Mohon tunggu...
Mur yani
Mur yani Mohon Tunggu... -

pgsd-uad

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Nasib Desa yang Ditinggal Para Pemudanya

12 November 2014   20:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:57 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nasib Desa yang Ditinggal Para Pemudanya

Oleh: Muryani

Universitas Ahmad Dahlan

Di zaman modern seperti sekarang ini, setiap orang akan disibukkan dengan dunianya masing- masing. Mereka hampir lupa bersosialisasi secara langsung, terutama dengan teman- teman dekat dan keluarganya. Mereka lebih mementingkan melaksanakan pekerjaan. Anggapan mereka di zaman modern seperti saat ini, teknologi memudahkan dalam segala hal, termasuk untuk berkomunikasi. Sebenarnya situasi seperti itu tidak mereka inginkan, mereka hanya dipaksa oleh keadaan. Kalau disuruh memilih merekan akan memilih untuk berkumpul dengan keluarga di rumah. Atau setidaknya bekerja yang dekat dengan tempat tinggal mereka. Sebenarnya kalau setiap orang mau bekerja apapun dan gaji seberapa pun ada, namun mereka juga butuh gaji yang sesuai dengan tingkat pendiddikannya. Sehingga, mereka lebih memilih untuk hijrah ke IbuKota.

Mereka para anak muda atau para pencari pekerjaan beranggapan bahwa kalau bekerja di Jakarta dapat meningkatkan perekonomian keluarga serta dapat memenuhi apa yang mereka inginkan. Memang itu benar. Tapi mereka tidak sadar bahwa selama bekerja mereka di design sebagai robot. Robot- robot yang diperintahkan untuk mengerjakan ini dan itu, baik pekerjaan pabrik, kantor, toko, rumah, dan pekerjaan lainnya. Mereka berasa ingin memberontak keadaan itu, tapi itu tidak mungkin. Entah siapa yang harus di salahkan, pembuat robot atau manusia yang bersedia di jadikan robot. Entahlan, mungkin ini yang disebut dengan simbiosis mutualisme (keadaan yang saling menguntungkan). Keuntungan pembuat robot dapat terus menjalankan dan mengembangkan usahanya, sehingga pemasukannya akan bertambah. Sedangkan dari robotnya sendiri, mereka dapat memperbaiki perekonomian keluarga da terhindar dari ocehan masyarakat sebagai sampah masyarakat.

Hampir semua orang sudah mengetahui susahnya hidup di Jakarta, herannya mereka masih tetap saja tertarik untuk berbondong- bondong hijrah ke Jakarta. Oke, untuk mengetahui apa alasan orang- orang tertarik ke Jakarta, mari kita buat analisis tentang kelebihan dan kekurangan Ibu Kota Jakarta. Kelebihan Jakarta,(1) merupakan pusat pemerintahan di Indonesia, (2) tersedia lapangan pekerjaan yang banyak, (3) tempat wisata dan hiburan lengkap, (4) sarana kesehatan lebih canggih,(5) sarana transportasi tersedia dengan baik, (6) perekonomian berkembang dengan baik. Selanjutnya kelemahan Jakarta, antara lain (1) kepadatan penduduk setiap tahun meningkat, (2) kemacetan sering terjadi, (3) tindak kriminalitas tinggi, (4) persaingan dalam setiap sisi kehidupan tinggi, (5) sampah menggunung, (6) sering terjadi banjir tahunan, (7) banyak pengemis dan anak jalanan.

Melihat keadaan Ibu Kota semacam itu, kenapa masih banyak orang terutama para pemuda untuk hijrah ke Jakarta? Kenapa mereka tidak tinggal di desa dan berusaha menciptakan lapangan pekerjaan sendiri, serta berusaha untuk mengembangkan desa mereka? Nah, mungkin apabila ada pertanyaan seperti itu mereka akan menjawab belum ada pengalaman. Memang benar pengalaman sangat menentukan keberhasilan seseorang. Tapi apakah mereka tidak berpikir, bahwa mereka itu mau tidak mau akan menjadi penerus di desanya. Dalam artian kedepannya mereka yang akan mengelola dan mengembangkan desanya agar lebih maju. Padahal untuk mencapai itu tidak bisa langsung jadi, harus ada proses yng panjang. Dan itu semua di mulai dari mengenal keadaan desa tempat tinggalnya. Namun, sebenarnya para pemuda juga menginginkan kemajuan desanya, hanya saja masih terhalang oleh banyak faktor salah satunya masalah perekonomian.

Tapi bagaimana keinginan mereka bisa terwujud apabila tidak ada keinginan untuk mencoba. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMA/ SMK mereka langsung mengadu nasib ke Ibu Kota. Dan lama ke lamaan desa hanya akan di isi oleh orang- orang yang sudah tua dan tenaganya tidak kuat lagi. Kebanyakan dari mereka akan kembali pulang dan menetap di desa setelah mereka berkeluarga dan usianya sudah tidak produktif lagi. Dengan keadaan yang sedemikian rupa, untuk memajukan desa sangatlah sulit. Di tambah lagi, kekurangan pemuda yang produktif akan mengakibatkan organisasi di pedesaan tersendat bahkan akan mati.

Untuk itu, untuk menarik para pemuda agar tetap bertahan di daerah tempat tinggalnya perlu perhatian oleh banyak pihak. Pemerintah harus bisa menciptakan lapangan pekerjaan di daerah yang dekat dengan pedesaan. Selain itu, di perlukan juga pelatihan kewirausahaan untuk para pemuda. Dengan adanya pelatihan tersebut diharapkan para pemuda dapat mendirikan usaha secara mandiri. Dengan adanya para pemuda di desanya maka dapat menghidupkan kembali organisasi desa yang telah mati. Serta diharapkan dapat mengelola desa mereka menjadi desa yang maju dan mampu bersaing dengan desa- desa lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun