Mohon tunggu...
fxfelly murwito
fxfelly murwito Mohon Tunggu... -

bapak satu istri dan satu putri.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengkambinghitamkan Gawai, Membuat Generasi Z Gegar Gawai

25 Oktober 2017   23:09 Diperbarui: 26 Oktober 2017   07:55 2197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Shutterstock

Dampak buruk gawai mungkin sudah diseminarkan ratusan kali. Sudah dituliskan ribuan lembar. Bahkan sudah dan sedang diteliti oleh para ahli berbagai negara. Hasilnya? Gawai membuat rusak mata, candu, merusak hubungan sosial, tumbuh-kembangnya terhambat, kegemukan karena kurang gerak, gangguan kesehatan hingga gangguan mental, dan sebagainya.

Apa iya gawai seburuk itu? Baiklah, coba kita kenali dulu siapa sih anak-anak generasi gawai ini. Banyak teori yang menyebutkan bahwa mereka adalah generasi Z. Generasi yang lahir saat internet bisa diakses, yang takjub ketika melihat kaset, yang lebih suka menonton youtube ketimbang sinetron, yang lebih suka belanja di Instagram dari pada harus jalan-jalan ke mall.

Supaya agak kontras, kita bandingkan dengan zaman Papa-Mamanya. Sebut saja mereka dari generasi X (MTV) dan Y (milenial). Dua generasi ini mengalami pergantian millennium. Papa-Mama ini adalah generasi yang sangat sosial, minimal pernah punya gang dan gemar menyeragamkan diri. Kaos, jaket, topi, atau aksesoris yang menandakan keanggotaan kelompok. Kalau ditanya tentang TV hitam putih, atau telepon koin Papa-Mama ini pasti sangat antusias dan akan bercerita dengan berapi-api.

Belajar dan Bekerja

Papa-Mama ini belajar di sekolah dengan menggunakan literasi yang tercetak. Buku dan perpustakaan adalah sumber utamanya. Belajar berkelompok, diskusi dan seminar terbuka adalah tempat berbagi dan menggali ilmu. Di pertengahan tahun 90 mereka baru mengenal internet, dan di awal millennium bahan-bahan di internet baru diijinkan sebagai bahan literasi. Telepon genggam sudah menjadi bagian, namun hanya sebatas telepon dan bertukar pesan pendek. Dalam hal teknologi digital, generasi ini masih gegar. Kagum dengan percepatannya, tapi juga enggan untuk kehilangan nilai-nilai sosialnya, nge-gang masih segala-galanya. Maka tak heran, jika kritik keras terhadap gawai banyak disampaikan dan diteliti oleh generasi ini. Bagaimana pendidikan generasi Z?

Saat belajar mereka akan membuka youtube, mencari materi, kemudian mencari guru atau pakar yang disukai. Generasi Z tidak akan membuat seminar dengan persyaratan tertentu, tidak harus bertanya dengan menunjukkan jari atau mengangkat tangan. Atau malah tidak tanya sama sekali karena malu. Mereka kini cukup melakukan atau ikut webinar. 

Membuat kliping tidak harus mencari koran atau majalah, tapi cukup mencari di dunia maya, dijadikan presentasi, dan dikirim lewat e-mail langsung ke alamat gurunya. Bahkan di Eropa, pertemuan di kelas sudah mulai dikurangi, mereka menggunakan Google Classroom, OSU (online.okstate.edu), Edmodo, Blackboard, dan lain-lain. Buku pelajaran sedang akan ditinggalkan, beberapa sekolah sudah menggunakan e-book dan computer tablet. Bagaimana dengan dunia kerja?

Di dunia pekerjaan, Papa-Mama ini masih menganggap bekerja secara fisik adalah sebuah pekerjaan. Pergi pagi, pulang petang. Bekerja itu membawa cangkul, membawa tas, atau bahkan komputer jinjing ke tempat bekerja. Lalu bagaimana dengan generasi Z? Di umurnya yang baru 17 tahun, Connor Blakley, telah menyatakan dirinya sebagai konsultan marketing yang sangat memahami generasi Z. Nick D'Aloisio, yang berusia sama dengan Connor, menjual Summly -aplikasi berita mobile-nya, ke Yahoo seharga $ 30 juta. Dan mari kita bertanya, siapa generasi X dan Y yang melakukan hal yang sama? Di usia 17 tahun generasi Papa-Mama lagi asik belajar atau asik jojing dan clubbing.

Melek Masa Depan

Nah, kini marilah kita berlaku sedikit cerdas dan bijak ketika menyikapi gawai. Gawai adalah alat yang menuntun generasi Z menuju dan menapaki masa depannya. Jika Papa-Mama melarang anak mengunakan gawai, hal itu sama dengan membekali anak kita cangkul untuk menjelajah masa depan. Jika Papa-Mama mengikuti saran Bill Gates yang baru memberi anaknya gawai di usia 14, sila saja, itu pilihan. Alasan apapun di balik itu termasuk, mengajari anak generasi Z bersosialisasi, mengurangi paparan sinar yang berlebihan, sampai kecanduan dan kegiilaan, hanya akan menjauhkan mereka dari masa depannya.

Papa-Mama tidak rela masa lalu dan masa kininya direbut oleh kendaraan masa depan yang disebut gawai. Papa-Mama, tidak bisa menerima bahwa ruang bersosialisasi generasi Z bukan lagi ruang publik dan ngumpul rame-rame, tetapi ruang-ruang di dunia maya. Papa-Mama tidak sanggup membayangkan bahwa nantinya generasi Z yang malas ini akan membuat sarapan dari gawainya, bahkan naik mobilpun tak perlu sopir atau nyetir, dan dalam perjalan mereka bisa sambal bekerja dan bersosialisasi. Papa-Mama lupa bahwa semakin maju teknologi, paparan sinar dari gawai makin ramah mata. Mereka juga lupa bahwa kegemukan pada generasi Z bukan karena gawai, tetapi karena stok makanan manis atau memanjakan generasi Z dengan makanan yang tidak sehat. Hal ini akan dikatakan oleh Generasi Z dalam karya ilmiahnya.

Nah, Papa-Mama, selamat melek masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun