Mohon tunggu...
fxfelly murwito
fxfelly murwito Mohon Tunggu... -

bapak satu istri dan satu putri.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sarinah Pernah Menjadi Pusat Dunia Malam

12 Oktober 2017   07:45 Diperbarui: 12 Oktober 2017   08:05 1415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Menelusuri kembali jejak-jejak Sarinah Departemen Store sebagai pusat kelap-kelip malam yang mengundang kunang-kunang Jakarta akan menjadi cerita tentang Sarinah selanjutnya.  

Gemerlap malam Sarinah di masa lalu diawali dengan restu yang diberikan oleh Gubernur Jakarta saat itu, Ali Sadikin, kepada beberapa perusahaan yang ingin mendirikan klub malam. Tak pelak setelah itu menjamurlah pusat hiburan malam di sekitar Jl. Tamrin. Sebut saja La Casa Cosyndo atau yang dikenal sebagai LCC, Blue Gardenia, Cleopatra Night Life, Marcopolo, Indonesia Golden Gate, Galaxy Club, Tropicana, Paprica, dan masih banyak lagi. Di antara 21 klub malam yang ada saat itu ada Miraca Sky Club yang bertempat di lantai tertinggi gedung Sarinah, lantai 14, merupakan pelopornya. (Tempo, 14 Februari 1976).

Tahun 68-an Sarinah mengalami babak baru pengelolaan dan berupaya untuk menjadi pusat bisnis apa saja. Hal tersebut bisa dilihat dari gedung Sarinah yang berisi restoran, sasana tinju, bowling club, apotek, radio, klub malam, casino, bahkan toko senjata api.

Khusus tentang klub malam ini, Direksi --waktu itu- yang dipimpin oleh Komisaris Achmad Tirtosudiro dan Dirut Subowo mengatakan kepada publik, bahwa klub malam tersebut sebagai fasilitas bagi ekspatriat dan wisatawan asing yang ingin menikmati hiburan khas kesenian Indonesia. Sarinah yang pada awalnya didirikan untuk menjadi stabilisator harga kebutuhan pokok, dengan alasan keuangan yang merugi harus bergeser pada kebutuhan metropolis.

Pergeseran ini nampak ketika Sarinah tidak lagi beriklan daftar harga barang toserba mereka, namun di halaman yang biasanya Sarinah beriklan terpampang kolom 'Hiburan Malam'. Di beberapa kolom nampak nama Miraca Sky Club Sarinah yang menawarkan beberapa nama penari erotis dari luar negeri (Pakistan, Hongkong, dan lain-lain).

Ada nama besar dibelakang Miraca Sky Club yang mengawal jejak pendiriannya. Dia adalah Usmar Ismail. Tokoh film Nasional, salah satu karyanya Darah dan Doa (The Long March of Siliwangi). Hari pertama pembuatan film tersebut (30 Maret 1950) dibuka oleh Presiden RI ke 3, Bacharudin Jusuf Habibie, sekaligus dicanangkan sebagai Hari Film Nasional Indonesia.

Di gemerlap malam Jakarta, Usmar Ismail, di kenal sebagai 'Raja'-nya klub malam sekaligus salah satu pelopornya (Tempo 20 Maret 1971, Malam Bayangan dan Kenyataan Night Club Antara Terang dan Gelap). Namun, di penghujung tahun 1970 setibanya dari Italia, Sang Raja harus mem-PHK 160 karyawannya di Miraca Sky Club. Ketika pesta tutup tahun diadakan oleh klub-klub malam di seluruh Jakarta, Miraca Sky Club, klub malam pertama Indonesia ini bersama hitungan mundur tahun baru akan dinyatakan tutup.

Bisnis klub malam yang dibangun oleh Usmar Ismail dari tahun 1967 tersebut harus tutup karena Sarinah mengalami kemunduran yang sangat mengkhawatirkan, kabar tersebut disampaikan oleh caretaker, Mayjen TNI Josef Mustika. Padahal dunia hiburan malam di Jakarta sedang terang-terangnya.

Pada malam tanggal 1 Januari 1971, Usmar Ismail menyempatkan diri bertemu dan berfoto dengan karyawannya, pada kesempatan itu dia juga menyampaikan kesedihannya, "Baru pertama kali ini dalam sejarah hidup saya, harus berpisah dengan karyawan. Ini sangat berat bagi saya," kata Usmar, dengan nada terbata-bata. Dua hari kemudian tepatnya pada 2 Januari pukul 05.20 WIB Usmar Ismail wafat.

Berbulan-bulan kemudian Miraca Sky Club memang dibuka lagi tetapi dengan nama baru New Miraca. Pengelolanya pun juga baru, LCC-Group dengan aktor Galeb Husen yang menjadi Manajernya. Berbagai cara ditempuh untuk kembali mendatangkan pengunjung termasuk menambah jumlah hostes. Namun dengan penambahan ini pun ternyata tidak mendapatkan respon yang baik, menurut Galeb menambah hostes pun tak membuat pengunjung bertambah. Belum lagi beberapa masalah teknik, seperti perlengkapan klub yang tidak dirawat, lift sering macet, dan AC yang sering macet membuat New Miraca Night Club ditinggalkan para pelanggannya. Akhirnya New Miraca bangkrut di akhir Agustus 1975.

Perjalanan memang tidak pernah seindah yang terbayangkan. Batu dan kerikil yang bersentuhan dengan tapak perjalanan tidak pernah sama. Dan sepedih apa pun perjalanan tidak akan pernah berhenti sampai langkah tidak lagi bisa menjejak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun