Malam tadi cuaca mulai mendung. Tampaknya akan turun hujan deras seperti kemarin. Lumayan buat menyegarkan alam akibat musim hujan terlambat datang. Hanya saja ada efek samping, yaitu memperdingin dan memperperih perut yang lapar. Perut Abik yang dari siang belum kemasukan karbohidrat satu gram pun
"Kamu punya uang?" tanya Abik kepada Endi
"Kosong", jawab Endi singkat. "Kenapa, lapar? Sama dong!"
"Hidup susah bener ya, kapan merasakan enak".
"Sabar kawan, suatu saat pasti berubah. Akan indah pada waktunya hehehehe..."
"Ah, teori! Sok tahu. Kalimat itu cuma bisa menenangkan hati, tapi nggak bisa mendiamkan musik keroncong".
"Hidup adalah misteri", Endin mengutip kata aneh lagi.
"Tapi perut lapar rasanya nyeri, tau!"
Mengobrol terbukti ampuh untuk menunda rasa lapar. Hanya menunda sih. Saat mulut jeda bicara, suara perut menggema memecah kesunyian.
Disaat kesunyian pecah, datanglah seorang wanita menghampiri mereka. Wanita itu dikenalnya sebagai seorang karyawati restoran siap saji. Tidak seperti restoran lain yang membuang sisa makanan yang tidak terjual, restoran tempatnya bekerja memperbolehkan karyawannya membawa makanan sisa itu pulang. Terserah mau diberikan kepada siapa. Yang penting penerima harus dikasih tahu terlebih dahulu bahwa makanan itu bukan makanan segar walaupun tidak basi. Biar penerima tahu bahwa makanan yang disajikan di restorannya rasanya jauh lebih enak saat masih segar. Jadi jangan sampai ada kesimpulan bahwa makanannya tidak begitu enak hanya berdasarkan fakta rasa makanan sisa itu.
"Sudah makan?"