Kegiatan berderma bagi orang yang berkecukupan adalah hal lumrah, walaupun tak semua orang yang berkecukupan gemar berderma. Berderma menjadi hal istimewa ketika dilakukan oleh orang yang hidup dalam keterbatasan. Kebaikan hati dan kepedulian kepada sesama lah yang melandasi perilaku ini.
Sebut saja namanya Pak Bin. Beliau sangat gemar berderma. Tak satupun pengemis pergi dari rumahnya dengan tangan hampa. Tak satupun pembangunan fasilitas sosial di lingkungannya yang tidak dia bantu. Bahkan para kolektor derma pembangunan mushola yang datang dari daerah lain pun pasti mendapatkan bagian, padahal belum tentu para kolektor itu bekerja untuk mushola, mungkin malah sama sekali belum pernah tahu rasanya dingin lantai keramik mushola. Pak Bin selalu berfikiran positif. Semoga benar, begitu prinsipnya.
Soal jumlah bantuannya tidak ada yang tahu, karena Pak Bin selalu menyumbang dengan amplop tertutup tanpa nama. Kalaupun ada hanya bertuliskan "Hamba Allah" Entah apa sebabnya. Mungkin berusaha ikhlas,atau mungkin malu jika diketahui jumlah sumbangannya. Tetapi belajar dari Pak Bin, sebaiknya dugaan pertama yang harus dianut, yaitu Pak Bin berupaya untuk ikhlas. Soal sumber pendapatannya tidak ada juga orang yang tahu. Yang jelas ada saja rejeki Pak Bin. Kabar burung yang beredar adalah benar bahwa Pak Bin memang hidup dalam keterbatasan. Istimewa tapi aneh, sulit sekali dicontoh.
Suatu hari ada saudara Pak Bin datang dari kampung jauh. Karena Pak Bin tidak ada di rumah, saudaranya itu menunggu di mushola yang berada tidak jauh dari rumah Pak Bin. Sebentar saja kehadirannya menarik perhatian warga. Beberapa warga menemuinya, berkenalan, dan berbincang-bincang. Saudaranya itu mendapat perlakuan istimewa dari warga,ada yang menyuguh kopi, pisang goreng, kripik singkong, dan lain-lain. Pokoknya suasana mushola menjadi meriah penuh suka cita.
Dari perbincangan itulah rahasia terkuak. Menurut pengakuan saudaranya setelah didesak oleh warga untuk bercerita banyak tentang Pak Bin, memang benar Pak Bin hidup dalam keterbatasan. Kebun sawitnya yang 1500 hektar di Sumatera sebelah utara dibatasi oleh sungai, sebelah timur dibatasi oleh hutan cagar alam, sebelah selatan dibatasi oleh kebun sawit Pak Has, dan sebelah barat dibatasi oleh kebun karet milik Pak Zam.
Ya, ya, ya. Oke lah kalau begitu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H