Mohon tunggu...
Murwat
Murwat Mohon Tunggu... wiraswasta -

Trimo Ing Pandum

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Peluncuran Kompas TV: Padamu Negeri, Jual Ikan Segar, dan Kertas Origami

12 September 2011   02:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:02 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semula saya berniat menulis reportase Acara Grand Launching Kompas TV.  Akan tetapi karena ada kendala waktu dalam penulisannya, akhirnya saya putuskan untuk menulis surat kepada Simbok saya di desa. Minimal reportase itu bisa dibaca Simbok dan saudara-saudara saya di desa.

Kepada Ytc.
Simbok

Simbok,
Pada hari Jum'at, tanggal 9 Sepetember 2011, saya diundang untuk menyaksikan Acara Pagelaran Simfoni Semesta Raya di JCC Senayan.  Pagelaran itu sebagai penanda awal berkiprahnya Kompas TV di belantara pertelevisian Indonesia.  Acaranya meriah banget lho, Mbok.  Panggungnya besar, megah dan gemerlap.  Lampu warna-warni menyorot kesana-kemari membuat ruangan semakin indah.  Keindahan yang tidak pernah saya temui lagi di alam kota, sejak pelangi tak terlihat lagi selepas gerimis sore hari, hilang dari pandangan tertutup gedung tinggi.

Simbok,
Acara dibuka dengan Lagu Padamu Negeri.  Simbok masih ingat kan bagaimana Simbok dulu sangat bersemangat mengajari saya menyanyikan lagu itu? Bagaimana Simbok mencoba bersusah payah menjabarkan arti cinta negeri, cinta bangsa, cinta Indonesia? Sampai-sampai Simbok menunda jadwal saya bermain layang-layang bersama teman-teman.  Simbok bilang jangan dulu bermain layang-layang jika saya belum bisa meletakkan mata dilayang-layang itu, mata yang mampu melihat luasan pandang dari ketinggian.

Lagu Padamu Negeri dialunkan dengan syahdu dan mantap. Syahdu dalam cinta dan mantap dalam janji.  Inilah Mbok, isyarat janji Kompas TV yang katanya hendak menjadi Inspirasi Indonesia.  Bagus sekali ya, Mbok, motto Kompas TV.  Kita berharap Kompas TV benar-benar mampu menyuarakan suara negeri ini, merangkum jejak identitas negeri, dan mengobarkan semangat nasionalisme pada diri.

Simbok,
Simbok tahu istilah operet.  Bayangkan saja seperti adegan Ludruk atau Ketoprak. Di acara itu ada operet yang menggambarkan kehidupan pedesaan dengan segala dinamikanya.  Rasanya Simbok ikut di situ lho, soalnya ada yang pakai jarit dan menggendong bakul besar.  Kompas TV mungkin ingin mengatakan kepada kita bahwa dalam era polah tingkah dunia yang dinamis ini, kita tak boleh berpaling dari realitas  kita ini bangsa agraris. Kalau dipikir-pikir kita ini sungguh hebat.  Menjadi bangsa agraris artinya menjadi bangsa yang menyediakan bahan makanan untuk manusia seluruh dunia.  Simbok mungkin belum tahu kalau sampai detik ini, walaupun katanya manusia sudah bisa ke bulan,  manusia belum bisa membuat bahan makanan dengan mesin.  Makanan yang kita makan ya tetap harus ditumbuhkan di tanah, di bumi.  Misalnya, sampai sekarang belum ada mesin yang bisa membuat beras dari tanah, udara, dan air yang diaduk menjadi satu kemudian keluar butiran beras.  Jadi Simbok harus bangga sebagai petani.

Ada adegan yang menggelitik saya, Mbok.  Adegan munculnya pedagang ikan yang membawa gerobak bertuliskan MENJUAL IKAN SEGAR.  Saya ingat sebuah cerita renungan :

Ada sebuah kios yang bertuliskan Dijual Ikan Segar Di Sini.  Ada kawan 1 yang berkomentar bahwa tulisan itu tidak tepat, dia menyarankan dihapusnya tulisan "di sini" karena sudah jelas dijualnya di sini tidak di sana. Dihapus deh tulisan itu.  Kemudian ada kawan 2 menyarankan penghapusan kata "dijual" karena jelas ikan itu dijual bukan dipamerkan saja. Hapuslah tulisan itu. Berikutnya kawan 3 menyarankan dihapuskannya kata "segar" karena jelas itu ikan segar bukan ikan busuk.  Akhirnya yang tersisa hanya tulisan "Ikan".  Kritik belum berakhir, kawan 4 meledeknya. Sudah jelas itu ikan, mengapa harus ditulis.  Memangnya pembaca itu bodoh apa? Hapuslah semua tulisan, sehingga akhirnya tidak ada tanda satupun yang memberi identitas kios itu.

Intinya: Identitas harus diteguhkan. Itu ya Mbok barangkali yang hendak disampaikan oleh Kompas TV mengenai dirinya sendiri dan mengenai negeri ini.

Simbok,
Ada satu lagi yang akan saya ceritakan. Mbok sudah lihat logonya Kompas TV. Ternyata idenya adalah kertas origami, itu lho kertas warna-warni yang cucumu suka nangis pingin dibelikan.  Kertas origami yang berwarna-warni jika dikreasikan akan menghasilkan bentuk yang indah.  Suatu gambaran keragaman komponen negeri ini yang penuh warna.  Persatuan adalah kreasi cerdas yang harus terus-menerus dikelola oleh kita bersama.  Persatuan merupakan bentuk baru dari keragaman tanpa masing-masing kehilangan warna aslinya.  Kompas pinter ya, Mbok? Pinter membuat isyarat-isyarat yang akan memberi berjuta inspirasi.

Tadinya saya berfikir bahwa origami adalah permainan anak-anak semata.  Ternyata kita orang dewasapun harus memberdayakannya sebagai sebuah khasanah kearifan. Kita tunggu saja kiprah Kompas TV ya , Mbok!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun