Mohon tunggu...
Murwat
Murwat Mohon Tunggu... wiraswasta -

Trimo Ing Pandum

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menabung Artinya Menyimpan Uang di Dalam Tabung (2)

1 Juni 2011   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:59 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masa sudah berganti.  Cara kami menyimpan uangpun berganti.   Kami mulai dipercaya untuk "mengelola" uang lebih besar.  Maksudnya, kami sudah boleh memegang uang kertas.  Yaitu uang kertas yang di satu sisinya ada tulisan:

Barangsiapa dengan sengaja meniru atau menyimpan atau memalsukan, uang kertas tiruan atau uang kertas yang dipalsukan, akan dituntut di muka hakim.

Kami tidaktidak lagi menyimpan uang di ruas tiang bambu, tetapi menitipkan kepada bulik (bibi).  Alasannya masih sama dengan menyimpan di ruas bambu, yaitu supaya uang aman tidak mudah kami ambil. Bulik terkenal sangat ketat menyimpan uang.  Ketika uang sudah di tangan bulik, pantang diambil kembali sebelum jatuh tempo sesuai dengan kesepakatan.

Kenapa tidak ke ibu kami? Karena ibu kami punya dua kelemahan.  Pertama, tidak tahan mendengar rengekan kami untuk meminta uang yang kami titipkan.  Kedua, ibu kami tidak kuasa menolak permintaan kami untuk membuat lauk yang amis, walaupun uang belanja sudah tipis.  Uang kamipun pasti lenyap.  Pundi-pundipun senyap tak berisi.

Ternyata kebiasaan kami, terutama saya, terbawa sampai dewasa.  Persepsi saya tentang menabung adalah menyimpan uang di suatu tempat yang aman, yang harus sulit bagi saya untuk mengambilnya.  Jika uang itu mudah diambil, sama artinya dengan menyimpan uang di bawah bantal.  Kebiasaan ini menjadi hambatan yang besar dalam pengelolaan tabungan saya.  Ketika mulai menabung uang di bank, dan pulang diberikan kartu ATM, seolah-olah saya mendengar petugas bank berkata : Silakan uang Anda dipakai saja, uang Anda tidak jadi tersimpan.  Dengan bahasa kasar saya katakan: saya tidak bisa melihat uang menganggur.

Kalimat "saya tidak bisa melihat uang menganggur" tentu akan bagus ketika diucapkan oleh pebisnis.  Uang akan diberdayakan secara maksimal untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal pula.  Berbeda halnya dengan saya yang bukan pebisnis, yang akan membelanjakan uang secara maksimal, untuk pada akhirnya mencapai kakacauan maksimal pula.  Kacau akibat tidak memiliki dana cadangan sama sekali.  Untuk orang-orang yang setipe dengan saya, menabung yang tepat adalah deposito.  Jangka waktu yang dipilih harusnya sangat lama, syukur-syukur jatuh temponya dua hari sebelum pikun total.  Dan jikapun berniat berbisnis, haruslah pada sektor-sektor yang aman dan membutuhkan kesabaran menunggu hasil.  Misalnya, menanam pohon jati dari biji dan dipanen ketika ukuran lingkar batang sudah satu meter.  Semuanya adalah soal mengakali sifat atau kecenderungan pribadi dalam menilai dan menggunakan uang.

Inilah, mungkin, yang dimaksudkan oleh para bijak : kenalilah dirimu sendiri.  Jika mampu mengenali diri sendiri, tentu akan mudah memberdayakan diri sendiri dalam usaha mencapai tujuan hidup.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun