Mohon tunggu...
Arafid Lawida
Arafid Lawida Mohon Tunggu... -

"Aku takut dan begitu takut bahkan sangat takut untuk kehilangan ketakutanku..."

Selanjutnya

Tutup

Catatan

"Uangku yang Saya Simpan di Bank-mu"

22 Juni 2012   02:31 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:41 1381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13403275091690295672

Ada satu cerita yang membuat saya pindah ke BCA, yakni pemberian pelayanan di jam istrahat. Alasan yang sangat sederhana namun sangat membenatu pekerja seperi saya. Sebagai seorang karyawan "waktu adalah uang" yang mana jam kerja harus berada dikantor kalaupun harus keluar kantor harus minta ijin. Mungkin sekali dua kali minta ijin tidak menjadi masalah tapi jika setiap kali bank minta ijin maka ini akan menjadi alasan yang kesannya di buat-buat apalagi saya sebagai seorang HR di perusahaan saya.

Dengan banyaknya jasa perbankan sekarang, perusahaan juga mulai mengurangi resiko dengan melakukan pembayaran  gaji karyawan dengan transfer ke nomor rekening karyawan (employee personal account).  Tentunya dengan banyaknya pengalaman perampokan uang gaji karyawan yang sering terjadi. Pembukaan nomor rekening tentunya oleh masing-masing karyawan pada bank yang ditunjuk atau di rekomendasi perusahaan, sehingga proses pentransferan gaji lebih mudah jika menggunakan satu bank. Setelah beberapa kali pindah perusahaan, dan setiap kali pindah perusahaan selalu berbeda bank untuk penggajian dan ini berarti harus membuka nomor rekening baru lagi yang di rekomendasi perusahaan untuk penyeragaman penggajian.

Keluhan saya adalah kenapa bank yang ditunjuk perusahaan semuanya tidak ada yang memberikan pelayanan di jam istrahat, sehingga untuk mengambil uang gaji yang di transfer ke rekening harus pada jam kerja yang cukup menyita waktu. belum lagi penyediaan teller yang sangat minim hingga menimbulkan antrian yang panjang.

Kejadian saya beberapa tahun lalu, pada saat jam istrahat saya meminta ijin untuk ke bank tapi kali untuk mengambil gaji tapi untuk mencairkan deposito yang simpan di salah satu bank swasta yang memang saat itu sudah jatuh tempo dan dapat di cairkan. Deposito itu sangat Saya butuhkan untuk dikirimkan ke Ibu saya yang akan di pakainya berobat ke rumah sakit. Berhubung Bank-nya tidak memberikan pelayanan di jam istrahat, saya harus menelpon atasan saya dari bank dan minta waktu sekitar 1 jam untuk terlambat masuk seteleh jam istrahat. Saya menunggu di ruang tunggu bank sambil istrahat dengan harapan pass nanti pukul 13.00 saya bisa langsung mendapat pelayanan. Hati saya mulai senang setelah melihat beberapa teller perempuan dengan make up tebal berkilauan masuk ke ruang teller. Saya akan segera dilayani, gumamku dalam hati. Namun, hati saya kembali dongkol setelah 30 menit berlalu para teller itu hanya asyik cerita dan tidak tau sedang mengerjakan apa, pada hal para nasabah sudah kembali mengantri.

Akhirnya dengan hati yang setengah marah Saya memberanikan diri mendatangi langsung teller-nya dan menyapanya dengan suara agak keras "Mbak, kok belum dimulai "

Dengan santai dan sedikit ketus, tellernya menjawab "sebentar lagi pak, nggak sabaran banget sih"

Hati Saya menjadi panas, ditambah lagi pada malam sebelumnya saya membaca berita bahwa Nasabah Bank Di Brasil memprotes kebijakan Bank di Brasil yang membatasi pengambilan uang hingga jumlah tertentu. Para Nasabah di Brasil  melakukan aksi protes dengan berargumen bahwa "mereka mau mengambil uang yang mereka simpan di bank, bukan mau mengambil uang bank kenapa harus di persulit dan dibatasi".

Argumen itu terasa sangat rasional, logis dan faktual. Argumen itu terasa sangat menginspirasi dan sangat sesuai kondisi Saya saat ini. Dengan nada agak keras, saya pun melontarkan kata-kata itu ke teller bank "Mbak, uang yang saya mau ambil uang saya, bukan uang bank. Mengambil uang sendiri kok jadi rumit, tidak seperti waktu mau menyimpan uang"

Tiba-tiba saja muka tellernya menjadi merah dan tidak bisa berkata-kata lagi. Dia hanya mengatakan "Pak tunggu sebentar yah, saya kedalam dulu". Tidak lama kemudian supervisor teller tersebut keluar menghampiri saya dan menyapa saya dengan sangat lembut "Pak, ada yang bisa saya bantu".

"Bu, saya mau mencairkan deposito saya tapi dari kok para pegawai itu hanya santai tidak melayani kami, jadi bungung saya" jawabku agak emosi ditambah lagi waktu ijin saya sudah lewat dan harus mencari alasan lagi untuk di kantor nanti.

"Mari saya bantu Pak" tawarnya dengan sangat lembut. Akhirnya supervisor itupun membantu saya mencairkan deposito saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun