Mohon tunggu...
Alaik Murtadlo
Alaik Murtadlo Mohon Tunggu... Administrasi - Bankir

Percaya Bahwa Semua Manusia Terlahir Sempurna

Selanjutnya

Tutup

Money

Melukis 'Pelangi Nusantara' dengan Potongan Kain Perca

1 Oktober 2017   12:19 Diperbarui: 1 Oktober 2017   12:19 1459
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
galeri pelangi nusantara (Sumber: pelanginusantara.org)

Berbicara tentang melukis, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) melukis diartikan sebagai membuat gambar dengan menggunakan pensil, pulpen, kuas dan sebagainya baik dengan warna ataupun tidak. Jika pengertian melukis seperti itu, apakah mungkin melukis dengan potongan kain perca? Yuk, mari saya beritahu caranya melalui tulisan berikut ini. 

Awal Pertemuan Adalah Waktu Untuk Mengambil Banyak Pelajaran


Ibu Noor, begitulah orang-orang biasa menyapanya. Saya pernah bertemu beliau pertama kalinya dan masih sekali itu saja sampai saat ini. Waktu itu sekitar bulan april tahun 2016, kebetulan beliau menjadi narasumber dalam kegiatan Youth Ecopreunership Challenge. Lantas siapakah sosok ibu Noor ini sehingga menjadi narasumber acara tersebut. Ibu Noor memiliki nama lengkap Noor Suryanti (45), pengusaha Garmen asal Singosari, Malang, Jawa Timur. Beliau merupkan pelukis dari 'Pelangi Nusantara'. Bagaimana ya, caranya melukis dengan kain perca? Usut punya usut pelangi nusantara bukanlah sebuah lukisan, melainkan sebuah nama dari komunitas yang telah dibuat oleh ibu Noor.

Komunitas pelangi Nusantara merupakan komunitas ibu-ibu yang telah diberdayakan Ibu Noor untuk memproduksi tas, sarung bantal, kain selimut dan lainnya yang berbahan dasar kain. Nama Pelangi Nusantara sendiri telah dipatenkan pada tahun 2011. Uniknya, semua barang yang diproduksi tersebut berbahan dasar dari kain perca sisa dari industri garmen dan usaha kain lainnya. Nah begitulah gambaran awal mengenai melukis dengan kain perca.  

Berbicara mengenai pelangi nusantara, jika dilihat dari segi ekonomi kegiatan tersebut merupakan salah satu sebuah kegiatan berwirausaha., atau lebih tepatnya sociopreunership (berwirausaha di bidang sosial). Karena fokus utamanya adalah pemberdayaan masyarakat khususnya ibu-ibu.  Jika boleh mengutip konsep bisnis yang dipelopori oleh ibu Noor ini "Bisnis bukan melulu aktivitas menjual produk demi meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Bisnis juga bisa dibangun dengan melibatkan kelompok ibu-ibu dan masyarakat di sekitar kita sehingga turut membantu perekonomian mereka, dan berpartisipasi dalam mengurangi angka keluarga miskin".  

Itulah sedikit cerita dari pertemuan singkat tersebut, tentunya banyak ilmu yang bisa diperoleh dan diterapkan untuk kedepannya. Namun cerita belum habis sampai disini, masih ada cerita selanjutnya di bawah.

Tak hanya biduan yang bisa mendapatkan 'saweran'


Nah! mungkin sebagian pembaca bertanya-tanya, mengapa harus kain perca atau kain sisa? Kan masih banyak kain bagus yang ada di pasaran, pastinya hasilnya akan lebih bagus jika menggunakan kain yang baru. Alasannya sederhana ternyata, Ibu Noor merupakan salah satu anak yang mendengar kata-kata ibunya.  Sebagai pengusaha garmen yang sudah malang-melintang selama tujuh tahun. Ketika ada kain sisa, Sang ibu, Kiptijah, selalu meminta Noor tidak membuang sisa kain. Bahkan, bahan limbah kain tersebut kemudian dibuat menjadi sarung bantal oleh Kiptijah. Ibu Noor juga bercerita bahwa pernah pada saat pameran, selain memajang produk usaha garmennya, dia juga memajang produk kain perca desain ibunya. Ternyata sepanjang pameran berlangsung, produk kain perca ibunya laris terjual. Nah itulah yang megawali pemilihan kain perca sebagai bahan utama dari produksi Komunitas Pelangi Nusantara.

Ada cerita dan perjuangan yang unik dalam awal pembentukan komunitas Pelangi Nusantara ini. Tepatnya pada saat pelatihan kepada anggota komunitas selama 6 bulan awal. Pada saat itu Ibu Noor dengan uangnya sendiri melakukan pelatihan kepada anggotanya, baik itu biaya transportasi dan juga bahan untuk pelatihan. Beliau tidak meminta dan mendapat bantuan dari manapun. Setidaknya Ibu Noor harus memberikan materi setiap dua minggu sekali, dan tak terhitung biaya yang telah dikeluarkan.

Setelah beberapa bulan komunitas ini berjalan, akhirnya ada inisiatif dari anggota untuk melakukan saweran.  NAmun saweran disini bukan seperti saweran untuk biduan pada acara konser music dangdut. Saweran disini adalah iuran untuk membeli bahan latihan. Misalnya, ada salah satu anggota yang memiliki mesin jahit maka alat jahit itu digunakan terlebih dahulu. Bisa juga iuran kain perca sebagai bahan ataupun uang untuk keperluan bahan lainnya. Nah, disini aroma gotong royong khas masyarakat Indonesia terasa banget. Dari sini kita juga bisa belajar bahwa selalu ada cara untuk mengatasi masalah asalkan diselesaikan secara bersama-sama.

Penghargaan Adalah Salah Satu Bentuk Kecil Dari Sebuah Kesuksesan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun