Mohon tunggu...
Mursyid Burhan
Mursyid Burhan Mohon Tunggu... -

Biasa biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pocong Pakai Kain Batik

24 November 2011   07:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:16 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pengalaman ini ketika saya masih kecil sekitar tahun 1973 usia saya pada saat itu lima tahun, pada tahun 73 an itu di jakarta belum banyak rumah rumah yang memakai listrik apa lagi di daerah saya,kebanyakan masih memakai lampu minyak tanah.

Ketika itu ibu saya masih mengajar ngaji di rumah saya,muridnya sih tidak banyak yah..sekitar sepuluh orang, rumah saya masih berdinding pagar dari anyaman bambu sebagian dinding atasnya dari bambu,bambu yang di silang silang sehingga kelihatan dari luar dan dari dalam..pas di depan rumah saya itu ada jalan umum yang tidak begitu besar.

Seperti biasanya ibu saya setiap malam mengajar ngaji satu persatu di lantai yang di alasi tikar ,..pada saat itu saya duduk di pangkuan abang saya, abang saya duduk di atas bangku, saya di pangku menghadap ke jalan yang pada saat cukup gelap gulita hanya ada beberapa cahaya lampu di depan rumah tetangga yang tidak begitu terang tiba-tiba muncul dari kejauhan dan agak samar samar kelihatan sesosok tubuh yang melompat lompat sambil berhenti di setiap pintu rumah tetangga, pada waktu itu saya belum gegitu engah kata orang betawi bilang maklumlah namanya juga masih kecil.

Saya terus mengamati sesosok tubuh yang sedang melompat lompat semakin lama semakin dekat, abang saya yang sedang memangku saya tidak melihat ke depan karena abang saya juga sedang mengajar ngaji , saya terus mengamati yang sedang melompat lompat yang semakin lama semakin dekat dengan rumah saya..sampai di depan rumah sosok tubuh yang melompat lompat itu memandangi saya dengan mata yang amat menyeramkan dan terbungkus oleh kain batik.

Kemudian saya memberitahukan kepada abang saya," bang...bang..itu apaan sih?' abang saya kemudian mendongakkan kepalanya .??..lalu berteriak..! Pot..pot..pocong..pocoooong..sepontan semua yang sedang belajar ngaji dan termasuk ibu saya lari kedalam kamar..dan pada malam itu murid muridnya ibu saya tidak ada yang berani pulang karena takut.

Dua hari kemudian saya sakit dan berteriak..teriak.,mungkin karena sawan melihat pocong,tapi aneh ya..pocong kog pakai kain batik bukan kain kapan.makanya sampai sekarang saya trauma kalo lihat pocong

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun