Mohon tunggu...
Mursiding
Mursiding Mohon Tunggu... Freelancer -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Prabowo & Adian Husaini Tentang Masa Depan Indonesia : Bubar Atau Adi Daya ?

6 Januari 2019   01:05 Diperbarui: 6 Januari 2019   01:20 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image result for prabowo bubar indonesia

Mengenakan baju putih dan songkok, Prabowo tampak berapi-api ketika menyampaikan pidato. Kedua tangannya senantiasa bergerak memberikan tekanan terhadap apa yang dia ucapkan. Prabowo pun beberapa kali menunjukkan tangannya ke arah bendera serta kader Gerindra di ruang pertemuan yang besar.


"Saudara-saudara, kita masih upacara, kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini."

"Tetapi di negara lain, mereka sudah bikin kajian-kajian di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030. Bung, mereka ramalkan kita ini bubar!"

Demikian kata Prabowo dalam acara konferensi dan temu kader nasional Partai Gerindra di Bogor, Jawa Barat, Oktober tahun 2017. Dalam pidatonya tersebut, Prabowo Subianto mengajukan argumen-argumen tentang penguasaan tanah dan kekayaan.

"Elite kita ini merasa bahwa 80% tanah seluruh negara dikuasai 1% rakyat kita, tidak apa-apa. Bahwa hampir seluruh aset dikuasai 1%, tidak apa-apa."

"Bahwa sebagian besar kekayaan kita diambil ke luar negeri, tidak tinggal di Indonesia, tidak apa-apa. Ini yang merusak bangsa kita, saudara-saudara," ujarnya.

Dalam pidatonya di depan kader Partai Gerindra, Prabowo Subianto, tidak secara spesifik menyebut nama negara atau 'kajian' yang menyatakan Indonesia bubar tahun 2030. Akan tetapi, dalam sebuah seminar di Universitas Indonesia pada 18 September 2017, Prabowo menunjukkan tiga buku, salah satunya berjudul Ghost Fleet, karangan August Cole dan P. W. Singer.

"Ghost Fleet ini sebetulnya novel tapi ditulis oleh dua ahli strategi dan intelijen Amerika, menggambarkan sebuah skenario perang antara Cina dan Amerika tahun 2030. Yang menarik dari sini bagi kita hanya satu. Mereka ramalkan tahun 2030 Republik Indonesia sudah tidak ada lagi," kata Prabowo dalam seminar itu.

Nasib Indonesia Dalam Ghost Fleet 

qmwvxnnw4kd66uth4dwt.jpg
qmwvxnnw4kd66uth4dwt.jpg

Novel yang jadi rujukan Prabowo itu ditulis oleh P.W Singer dan August Cole, memiliki tebal sebanyak 400 halaman. Buku itu diterbitkan pada 30 Juni 2015 oleh Houghton Mifflin Harcour di New York, Amerika Serikat.

Selayaknya sebuah novel, 'Ghost Fleet' menawarkan bahan bacaan renyah penuh imajinasi. Jika terbiasa membaca novel-novel penulis kenamaan dunia seperti Dan Brown maupun Sydney Sheldon, maka sepintas 'Ghost Fleet' menawarkan aroma serupa dengan latar yang agak berbeda.

'Ghost Fleet' mengawali cerita pada sebuah situasi 10.590 meter di bawah permukaan laut, Palung Mariana, Samudera Pasifik. Dikisahkan ada seorang geologis China bernama Zu Zhin yang tengah berada di sebuah kapal selam. Sebagai seorang geologis yang jauh dari keluarga, Zu Zhin digambarkan tengah merindukan istrinya.

Konflik kemudian mulai mengemuka saat pecahnya perang dunia ketiga antara Amerika Serikat melawan China dan Rusia. Dalam novel itu, China dengan segala teknologi canggih yang dimiliki mampu melumpuhkan sistem satelit dan Global Positioning System milik Amerika Serikat.

Tak hanya itu, China juga berhasil menguasai Hawaii dan mendirikan kawasan administratif di sana. Kala itu, hampir seluruh Armada Pasifik Amerika Serikat hancur di tangan China. Amerika Serikat yang hampir porak-poranda berusaha melakukan perlawanan. Di sinilah kemudian istilah 'Ghost Fleet' itu dimunculkan sebagai upaya perlawanan terakhir. 'Ghost Fleet' yang secara harfiah bermakna 'Armada Hantu' mengacu pada armada cadangan Angkatan Laut Amerika Serikat.

Tokoh fiktif bernama Komandan Jamie Simmons yang kemudian menjadi tokoh kunci dalam 'Armada Hantu' itu. Ia mengarungi lautan bersama kapal perang USS Coronado. Semaksimal mungkin ia berusaha untuk merebut kembali Hawaii dari cengkeraman China yang ia sebut sebagai penjajah.

Di tengah berkecamuknya perang tersebut, Indonesia rupanya dilibatkan dalam novel tersebut. Namun, saat itu Indonesia dikisahkan tak lagi menjadi sebuah negara yang berdiri dan memiliki kedaulatan. Yang ada hanya lokasi yang disebut sebagai bekas Negara Indonesia. Menariknya, baik China maupun Amerika Serikat berkepentingan pada lokasi tersebut.

Dari sisi Amerika Serikat, bekas wilayah Indonesia itu menjadi titik penting bagi perjalanan Kapal USS Coronado untuk melintasi Selat Malaka.

"Lebih dari separuh pelayaran dunia melewati jalur ini, yang mengakibatkan setiap titiknya berbahaya dan menjadi kekhawatiran global," kata Komandan Simmons sambil menunjuk peta wilayah Indonesia.

Lebih jauh lagi, sang penulis, PW Singer dan August Cole, mengelaborasi wilayah bekas Negara Indonesia tersebut sebagai negara yang hancur akibar Perang Timor kedua. Tak jelas apa maksud dari Perang Timor itu.

"Sekitar 600 mil jalur antara bekas Negara Indonesia dan Malaysia, kurang dari 2 mil lebarnya pada jarak tersempit, hampir memisahkan masyarakat otoriter Malaysia dari kekacauan, Indonesia lenyap setelah Perang Timor kedua," tulisnya.

Di sisi lain, China menganggap bekas Negara Indonesia itu sebagai wilayah penting yang tengah dikuasai. China mengklaim bekas negara Indonesia itu merupakan tempat beradanya cadangan energi.

"Kita masih harus menghalau mereka (Amerika Serikat) dalam kepentingan kita di Transyordan, Venezuela, Sudan, Emirat dan bekas Negara Indonesia," ungkap Wakil Laksamana Wang Xiaoqian.

Adian Husaini, Indonesia Adi Daya 2045

Image result for adian husaini
Image result for adian husaini

Saat Prabowo bersikap pesimis memandang masa depan Indonesia, sosok cendekiawan Indonesia ini justru bersikap sebaliknya. Adian Husaini, peneliti di Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Jakarta, Institute for the Study of Islamic Thought & Civilizations (INSIST), dan Staf di Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PKTTI-UI) Jakarta. Beliau pernah menjadi wartawan Harian Berita Buana Jakarta, Harian Republika Jakarta, dan analis berita di Radio Muslim FM Jakarta, serta dosen Jurnalistik dan pemikiran Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor dan Pesantren Tinggi (Ma'had 'Aly) Husnayain Jakarta. Produktivitasnya dalam menulis buku cukup tinggi, dengan kebanyakan karyanya bersifat kontrainformasi terhadap maraknya gerakan liberalisme Islam (khususnya di Indonesia). Bukunya "Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi" terpilih menjadi buku terbaik ke-2 dalam Islamic Book Fair tahun 2007. Pada forum yang sama setahun sebelumnya. bukunya yang berjudul "Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Liberal" menjadi buku non-fiksi terbaik.

Berbeda dengan Prabowo dan isi cerita dalam buku Ghost Fleet, Adian Husaini memandang bahwa, akar persoalan negeri ini adalah "Pendidikan", bukan ekonomi. Dalam bukunya yang berjudul Reformasi Pendidikan Menuju Negara Adidaya 2045 (Kompilasi Pemikiran Pendidikan, Menyambut Kemerdekaan Ri Ke-72) beliau menjelaskan bahwa akar masalah dari berbagai krisis yang melanda negeri kita adalah 'pendidikan'. Sebab, dari dunia pendidikan inilah dilahirkan para pemimpin, guru, pekerja, politisi, pengusaha, dan sebagainya. Dalam bahasa Imam al-Ghazali, akar masalah yang menimpa masyarakat adalah kerusakan ulama, yang berakar lagi pada kerusakan ilmu. Prof. Naquib al-Attas menyebut, akar masalah umat adalah loss of adab yang berakar dari confusion of knowledge. Karena itu, sudah saatnya bangsa Indonesia, dan kaum muslim khususnya berani melakukan evaluasi secara mendasar terhadap kondisi pendidikan kita saat ini, dalam berbagai aspek dan jenjang pendidikan.

Kita bersyukur memiliki konstitusi yang secara tegas menyebutkan tujuan pendidikan untuk membentuk manusia beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Juga, bukan kebetulan, jika para perumus Dasar Negara Kesatuan RI bersepakat dengan rumusan "Kemanusiaan yang adil dan beradab!" Istilah adil dan beradab sangat akrab di kalangan bangsa Indonesia. Beratus tahun sebelum datangnya penjajah, bangsa Indonesia telah menerapkan sistem pendidikan beradab -- yang dikenal sebagai "pesantren". Ciri utamanya, keilmuan, pengamalan, dan keteladanan diterapkan secara terpadu. Dari pesantren inilah lahir banyak ilmuwan dan pemimpin bangsa.

KH Wahid Hasyim, misalnya, salah satu perumus Dasar Negara, adalah produk pesantren yang menguasa berbagai bidang ilmu dan kepemimpinan. Ia putra dan murid dari KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU, yang dikenal sebagai penulis kitab tentang adab, yaitu Adabul 'Alim wal-Muta'allim. Merujuk kepada rumusan "kemanusiaan yang adil dan beradab itu", sudah saatnya para pegiat pendidikan menggali kembali makna adab. Dalam kitab tersebut, KH. Hasyim Asy'ari menyebutkan, bahwa Imam asy-Syafii rahimahullah, pernah ditanya, "Bagaimana usaha Tuan dalam mencari adab?" Sang Imam menjawab, "Aku senantiasa mencarinya laksana seorang ibu yang mencari anak satu-satunya yang hilang."

Konsep "pendidikan beradab" (proses pembentukan manusia beradab), dikonseptualkan secara komprehensif oleh Prof. Naquib al-Attas, dalam Konferensi Internasional Pendidikan Islam pertama di Mekkah, 1977. Dalam wawancara dengan cendekiawan Muslim AS, Hamza Yusuf, Prof. Naquib al-Attas juga menyebutkan, bahwa akar krisis yang dihadapi oleh umat Islam saat ini adalah "loss of adab". Menurut al-Attas, "Adab is recognition and acknowledgement of the reality that knowledge and being are ordered hierarchically according to their various grades and degrees of rank, and of one's proper place in relation to that reality and one's physical, intellectual and spiritual capacities and potentials. (S.M. Naquib al-Attas, the Concept of Education in Islam." (1980). Intinya, adab adalah kemauan dan kemampuan seseorang untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya, sesuai harkat dan martabat yang ditentukan Allah. (Lihat, al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, (2001). Siswa beradab akan ikhlas taat kepada Tuhannya, hormat guru dan orang tua, cinta sesama teman, dan gigih belajar dengan jujur untuk mengembangkan potensi dirinya sebagai anugerah Allah SWT.

UU Pendidikan Nasional, No 20/2003 dan UU Pendidikan Tinggi, No 12/2012, telah memberikan landasan yang memadai untuk membangun sistem pendidikan nasional yang beradab. Aplikasinya, komponen sistem pendidikan -- tujuan, kurikulum, proses, dan evaluasi -- dirumuskan berdasar konsep Pendidikan Beradab (ta'dib). Tujuan pendidikan nasional untuk membentuk manusia beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, kreatif, mandiri, dan sebagainya, perlu dijabarkan ke dalam standar kompetensi, sesuai potensi dan kondisi siswa, "tuntutan pasar", dan kewajiban ilmu fardhu ain (kewajiban tiap personal).

Mengacu kepada kompetensi yang beradab itulah dirumuskan kurikulum yang beradab pula. Yakni, kurikulum yang unik untuk setiap peserta didik, dan mengacu kepada perpaduan proporsional antara ilmu-ilmu fardhu 'ain dengan fardhu kifayah. Tidak beradab, kurikulum yang mengarahkan siswa sebagai kelanjutan "peradaban kera", cinta materi secara berlebihan, sehingga kebutuhan primer ibadah (QS 51:56) diletakkan di bawah kebutuhan makan dan minum. Aplikasinya sederhana. Siswa pemabok, penjudi, pembunuh, tidak bisa lulus, kecuali bertobat sungguh-sungguh.

 Mahasiswa muslim di UI, IPB, ITB, Unpad, dan lain-lain, tak patut lulus, jika melalaikan shalat lima waktu, buta aksara al-Quran, durhaka kepada guru dan orang tua, curang dalam ujian, dan sejenisnya. Sepintar apa pun si mahasiswa. Sebab, begitulah panduan Tujuan Pendidikan sesuai UU No 20/2003 dan UU No.12/2012. Inilah hakekat pendidikan. Dengan pendidikan yang hakiki inilah, Indonesia insyaAllah akan menjadi negara maju, kuat, adil, makmur dan beradab (negara taqwa). Sebab, negara taqwa dijamin oleh Allah SWT akan mendapat kucuran berkah dari langit dan dari bumi.

Kita berharap, pendidikan kita tidak melahirkan manusia tak beradab (biadab): yang membangkang pada Tuhan Yang Maha Esa (Allah SWT), serakah harta dan tahta, serta gila hormat dan popularitas. Jika berbagai penyakit jiwa manusia -- munafik, sombong, dengki, malas, penakut, bakhil, serakah, dan sebagainya -- berhasil disucikan melalui proses pendidikan, maka insyaAllah dalam waktu tidak terlalu lama, manusia-manusia Indonesia akan menjelma sebagai manusia hebat. Itulah tugas pendidikan! Karena itu, sudah saatnya para pemimpin Indonesia berani melakukan pekerjaan besar: Reformasi Pendidikan Nasional! Tahun 2045, tak lama lagi. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) akan berumur 100 tahun. Kita berharap, pendidikan nasional mampu melahirkan manusiamanusia hebat; bukan melahirkan manusia-manusia bejat.

Mengingat begitu tegasnya komitmen pembentukan manusia taqwa dalam UUD 1945, UU Pendidikan Nasional dan UU Pendidikan Tinggi, sebagai orang muslim dan orang Indonesia, kita yakin, jika kurikulum taqwa itu dirumuskan dan dijalankan dengan sungguh-sungguh, maka pada tahun 2045, insyaAllah Indonesia sudah menjelma menjadi negara taqwa; yakni satu negara yang lebih hebat dari Cina dan Amerika Serikat.

Sumber :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun