Mohon tunggu...
Mursiding
Mursiding Mohon Tunggu... Freelancer -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Prabowo & Adian Husaini Tentang Masa Depan Indonesia : Bubar Atau Adi Daya ?

6 Januari 2019   01:05 Diperbarui: 6 Januari 2019   01:20 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image result for prabowo bubar indonesia

Di sisi lain, China menganggap bekas Negara Indonesia itu sebagai wilayah penting yang tengah dikuasai. China mengklaim bekas negara Indonesia itu merupakan tempat beradanya cadangan energi.

"Kita masih harus menghalau mereka (Amerika Serikat) dalam kepentingan kita di Transyordan, Venezuela, Sudan, Emirat dan bekas Negara Indonesia," ungkap Wakil Laksamana Wang Xiaoqian.

Adian Husaini, Indonesia Adi Daya 2045

Image result for adian husaini
Image result for adian husaini

Saat Prabowo bersikap pesimis memandang masa depan Indonesia, sosok cendekiawan Indonesia ini justru bersikap sebaliknya. Adian Husaini, peneliti di Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES) Jakarta, Institute for the Study of Islamic Thought & Civilizations (INSIST), dan Staf di Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PKTTI-UI) Jakarta. Beliau pernah menjadi wartawan Harian Berita Buana Jakarta, Harian Republika Jakarta, dan analis berita di Radio Muslim FM Jakarta, serta dosen Jurnalistik dan pemikiran Islam di Universitas Ibnu Khaldun Bogor dan Pesantren Tinggi (Ma'had 'Aly) Husnayain Jakarta. Produktivitasnya dalam menulis buku cukup tinggi, dengan kebanyakan karyanya bersifat kontrainformasi terhadap maraknya gerakan liberalisme Islam (khususnya di Indonesia). Bukunya "Hegemoni Kristen-Barat dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi" terpilih menjadi buku terbaik ke-2 dalam Islamic Book Fair tahun 2007. Pada forum yang sama setahun sebelumnya. bukunya yang berjudul "Wajah Peradaban Barat: Dari Hegemoni Kristen ke Dominasi Sekuler-Liberal" menjadi buku non-fiksi terbaik.

Berbeda dengan Prabowo dan isi cerita dalam buku Ghost Fleet, Adian Husaini memandang bahwa, akar persoalan negeri ini adalah "Pendidikan", bukan ekonomi. Dalam bukunya yang berjudul Reformasi Pendidikan Menuju Negara Adidaya 2045 (Kompilasi Pemikiran Pendidikan, Menyambut Kemerdekaan Ri Ke-72) beliau menjelaskan bahwa akar masalah dari berbagai krisis yang melanda negeri kita adalah 'pendidikan'. Sebab, dari dunia pendidikan inilah dilahirkan para pemimpin, guru, pekerja, politisi, pengusaha, dan sebagainya. Dalam bahasa Imam al-Ghazali, akar masalah yang menimpa masyarakat adalah kerusakan ulama, yang berakar lagi pada kerusakan ilmu. Prof. Naquib al-Attas menyebut, akar masalah umat adalah loss of adab yang berakar dari confusion of knowledge. Karena itu, sudah saatnya bangsa Indonesia, dan kaum muslim khususnya berani melakukan evaluasi secara mendasar terhadap kondisi pendidikan kita saat ini, dalam berbagai aspek dan jenjang pendidikan.

Kita bersyukur memiliki konstitusi yang secara tegas menyebutkan tujuan pendidikan untuk membentuk manusia beriman, bertaqwa, dan berakhlak mulia. Juga, bukan kebetulan, jika para perumus Dasar Negara Kesatuan RI bersepakat dengan rumusan "Kemanusiaan yang adil dan beradab!" Istilah adil dan beradab sangat akrab di kalangan bangsa Indonesia. Beratus tahun sebelum datangnya penjajah, bangsa Indonesia telah menerapkan sistem pendidikan beradab -- yang dikenal sebagai "pesantren". Ciri utamanya, keilmuan, pengamalan, dan keteladanan diterapkan secara terpadu. Dari pesantren inilah lahir banyak ilmuwan dan pemimpin bangsa.

KH Wahid Hasyim, misalnya, salah satu perumus Dasar Negara, adalah produk pesantren yang menguasa berbagai bidang ilmu dan kepemimpinan. Ia putra dan murid dari KH Hasyim Asy'ari, pendiri NU, yang dikenal sebagai penulis kitab tentang adab, yaitu Adabul 'Alim wal-Muta'allim. Merujuk kepada rumusan "kemanusiaan yang adil dan beradab itu", sudah saatnya para pegiat pendidikan menggali kembali makna adab. Dalam kitab tersebut, KH. Hasyim Asy'ari menyebutkan, bahwa Imam asy-Syafii rahimahullah, pernah ditanya, "Bagaimana usaha Tuan dalam mencari adab?" Sang Imam menjawab, "Aku senantiasa mencarinya laksana seorang ibu yang mencari anak satu-satunya yang hilang."

Konsep "pendidikan beradab" (proses pembentukan manusia beradab), dikonseptualkan secara komprehensif oleh Prof. Naquib al-Attas, dalam Konferensi Internasional Pendidikan Islam pertama di Mekkah, 1977. Dalam wawancara dengan cendekiawan Muslim AS, Hamza Yusuf, Prof. Naquib al-Attas juga menyebutkan, bahwa akar krisis yang dihadapi oleh umat Islam saat ini adalah "loss of adab". Menurut al-Attas, "Adab is recognition and acknowledgement of the reality that knowledge and being are ordered hierarchically according to their various grades and degrees of rank, and of one's proper place in relation to that reality and one's physical, intellectual and spiritual capacities and potentials. (S.M. Naquib al-Attas, the Concept of Education in Islam." (1980). Intinya, adab adalah kemauan dan kemampuan seseorang untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya, sesuai harkat dan martabat yang ditentukan Allah. (Lihat, al-Attas, Risalah untuk Kaum Muslimin, (2001). Siswa beradab akan ikhlas taat kepada Tuhannya, hormat guru dan orang tua, cinta sesama teman, dan gigih belajar dengan jujur untuk mengembangkan potensi dirinya sebagai anugerah Allah SWT.

UU Pendidikan Nasional, No 20/2003 dan UU Pendidikan Tinggi, No 12/2012, telah memberikan landasan yang memadai untuk membangun sistem pendidikan nasional yang beradab. Aplikasinya, komponen sistem pendidikan -- tujuan, kurikulum, proses, dan evaluasi -- dirumuskan berdasar konsep Pendidikan Beradab (ta'dib). Tujuan pendidikan nasional untuk membentuk manusia beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, cerdas, kreatif, mandiri, dan sebagainya, perlu dijabarkan ke dalam standar kompetensi, sesuai potensi dan kondisi siswa, "tuntutan pasar", dan kewajiban ilmu fardhu ain (kewajiban tiap personal).

Mengacu kepada kompetensi yang beradab itulah dirumuskan kurikulum yang beradab pula. Yakni, kurikulum yang unik untuk setiap peserta didik, dan mengacu kepada perpaduan proporsional antara ilmu-ilmu fardhu 'ain dengan fardhu kifayah. Tidak beradab, kurikulum yang mengarahkan siswa sebagai kelanjutan "peradaban kera", cinta materi secara berlebihan, sehingga kebutuhan primer ibadah (QS 51:56) diletakkan di bawah kebutuhan makan dan minum. Aplikasinya sederhana. Siswa pemabok, penjudi, pembunuh, tidak bisa lulus, kecuali bertobat sungguh-sungguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun