Mohon tunggu...
Mursiding
Mursiding Mohon Tunggu... Freelancer -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Dari "Pelataran" Monas ke Markas Besar PBB, ke Mana Perginya Media?

20 Desember 2018   13:35 Diperbarui: 20 Desember 2018   14:56 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hal tersebut dibenarkan oleh penulis buku "The End of History", Francis Fukuyama. Di dalam bukunya itu, Fukuyama menyatakan bahwa dalam politik, Islam pernah menjadi tantangan bagi demokrasi liberal dan praktek-praktek liberal. Ia mengaskan:

"Tidak diragukan lagi, dunia Islam dalam jangka panjang akan nampak lebih lemah menghadapai ide-ide liberal ketimbang sebaliknya, sebab selama seabad setengah yang lalu liberalisme telah memukau banyak pengikut Islam yang kuat. Salah satu sebab munculnya fundamentalisme adalah kuatnya ancaman nilai-nilai liberal dan Barat terhadap masyarakat Islam tradisional." (Francis Fukuyama : 1992, 45-46)

So, ada apa dengan media?

Media menjadi pihak yang paling memiliki kuasa dalam era clash of civilization. Peranannya mampu mengarahkan opini dan persepsi publik. Dalam kasus yang menyangkut "Terorisme", jika pelakunya Muslim dan berciri-ciri Muslim, maka gorengan berita semakin gurih dan renyah. Tak ada kata garing. Peristiwa WTC 9/11, bom di Paris, London, dan Jakarta menjadi berita laris manis. Dunia pun menyatakan bela sungkawa mendalam, disertai dengan tanda #AgaintsTerorism, #Savetheworld. Pelaku media mainstream saat ini dapat dipahami akan lebih tendensius jika berkaitan dengan Islam dan Muslim.

George W Bush, mantan presiden Amerika Serikat periode 2001-2009, pernah keseleo lidah dengan menyatakan "perang salib" saat runtuhnya gedung simbol kapitalis dunia WTC dan Pentagon. Pernyataan Bush senada dengan Menhan AS Donald Rumsfeld, yang berkali-kali menuduh pemerintahan Saddam Hussein berhubungan 'gelap' dengan Osama bin Ladin dan dengan digempurnya kekuatan Islam militan di sebuah kota di Iraq dengan alasan bahwa mereka adalah 'patner' Taliban. Menurut Charles E. Carlon dalam "Attacking Islam" seperti dikutip The New American Magazine, mengatakan bahwa kampanye kebencian anti-Islam selalu di lansir oleh media-massa yang sepenuhnya berada di bawah kontrol kelompok Yahudi.

Artikel-artikel di media-cetak, buku-buku, acara entertainment TV, film, dan diskusi, mulai memunculkan gambaran tentang orang Arab dan masyarakat Muslim sebagai masyarakat yang culas, tidak dapat dipercaya, tidak menghormati hukum, melecehkan wanita, dan sebagainya yang isinya meracuni pendapat umum masyarakat dunia dan terutama sekali pikiran masyarakat awam Amerika. Sehingga istilah Radikal, Ekstrim, Militan dan Teroris melekat pada kelompok Islam yang akhirnya di anggap "musuh manusia beradab".

Finally, Kita kembali ke pelataran. Dari uraian singkat diatas nampaknya mulai sedikit memberi jawaban, kemana perginya media saat Reuni yang terjadi di Pelataran Monas dan saat Pidato Prof. Marc Lamount Hill di Markas Besar PBB. Ya, kita harus menerima kenyataan bahwa hampir tidak ada media yang meliput kejadian di pelataran yang dipadati jutaan ummat Islam yang menuntut keadilan ditegakkan terkhusus dalam ranah politik. 

Dan kita juga menerima kenyataan bahwa, seorang aktivis Hak Asasi Manusia yang juga kontributor salah satu Media ternama di Amerika Serikat, dipecat karena menyuarakan keadilan bagi ummat Islam di Palestina. Sekiranya dari dua kenyataan ini cukup menguatkan tulisan Samuel Huntington dan Francis Fukuyama diatas, bahwa : ...especially Islamic and Western civilizations have more likely to be clashed because Islam is the only civilization that aspires universalist values and poses a significant challenge to the West.


Semoga dapat membuka mata kita semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun