Mohon tunggu...
Mursiding
Mursiding Mohon Tunggu... Freelancer -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Antara Soekarno, A. Hassan, dan Demokrasi

19 Desember 2018   10:44 Diperbarui: 19 Desember 2018   10:52 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesimpulan Soekarno adalah : buat keselamatan dunia dan buat kesuburan agama, bukan untuk mematikan agama itu, urusan dunia diberikan kepada pemerintah, dan urusan agama diberikan kepada yang mengerjakan agama. "geef den Keizer wat des Keizers is, en god wat Godes is", kata Soekarno mengutip Bibel.

Tokoh Islam A. Hassan mengkritik keras pandangan Soekarno tentang kedudukan agama dan negara tersebut. Di majalah yang sama ia menulis artikel berjudul "membudakkan Pengertian islam". Hassan menyebut logika Soekarno sebagai "logika otak lumpur". Menanggapi perihal kedudukan negara dan agama yang dipaparkan Soekarno dalam artikel tersebut, A. Hassan menulis :

..."Kalau raja-raja, orang zalim, dan orang-orang bertangan besi menggunakan agama Islam sebagai alat penghukum -- katakanlah dengan cara yang zalim -- maka dapatkah ini berarti bahwa agama itu tidak mampu menjadi hukum negara, atau memang merupakan hukum yang tidak adil ?"...

Selain itu, menurut A. Hassan, penggunaan untuk memisahkan urusan negara dan urusan agama adalah alasan "sontoloyo". Dalam lanjutan tulisannya ia mengatakan bahwa:

... "saudara Ir. Rupanya tidak atau belum mengetahuinya, bahwa bencana dunia yang sebegini banyak datangnya justru dari negara yang tidak menggunakan agama sebagai hukum positif. Kalau negara diurus secara atau menurut agama, niscaya selamatlah dunia dari segala bencana."... (lihat M. Thalib dan Haris Fajar, Dialog Bung Karno-A. Hassan: 1985, p. 25-28, 75-78).

Salah satu momen dalam sejarah tersebut yang memperlihatkan adanya pergolakan sengit antar ideologi (Islam dan sekularis), menyiratkan makna bahwasanya apa yang dikatakan oleh Samuel Huntington di atas memang beanar adanya. Ajaran Islam yang komprehensif meliputi seluruh aspek kehidupan, individu, keluarga, masyarakat dan negara, dengan dasar ke-tauhid-an kepada Allah, Tuhan Yang maha Esa, tidak pernah bisa menerima apapun yang berupa "pemisahan". 

Karna pemisahan pada hakikatnya adalah pengingkaran, dan pengingkaran, adalah bagian dari kekufuran. Demokrasi yang bermakna kedaulatan rakyat dalam negara perlu diluruskan terlebih dahulu jika ingin dibumikan di bumi Indonesia, bumi yang dijajaki oleh manusia-manusia yang hampir keseluruhan menganut agama islam, dan menjadi api semangat bagi manusia-manusia tersebut dalam mengusir penjajahan di negeri ini. Wallaahu a'lam bishshawab

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun