Mohon tunggu...
Mursalin Abdulmanaf
Mursalin Abdulmanaf Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

(3P) : Pengajar | Peneliti | Penulis Email: mursalinamanaf@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Grogi (GR) di Pojok UM

15 Januari 2014   03:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:49 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

*Edisi2

Lelaki itu hanya ingin jatuh cinta dan mencintai. Seperti lelaki-lelaki lain yang seumurannya. Dulu sepertinya mustahil. Gadis mana yang tertarik dengan lelaki seperti dia ? Hampir seluruh teman-teman suka meledek, untuk apa suka sama dia. Dia bukanlah lelaki rupawan yang memiliki wajah tampan, tidak cakep seperti teman-temannya di kampus.

Setiap kali dia jatuh cinta, setiap saat pula dia merasa minder, dia menganggap dirinya bukanlah lelaki yang memiliki wajah rupawan, kegantengannya membuat dia syok, tidak pede untuk menyatakan perasaan.

Dia seringkali jatuh down sebelum berperang. Mungkin karena dia lebih sering mengaca diri sebelum menyatakan cinta. Karena hampir kebanyakan cewek-cewek itu seringkali tertarik sama lelaki yang tampan. Karena alasan inilah yang membuat dia sering kalah sebelum berperang. Tidak seperti teman-temannya yang lain di kampus, mereka pede sekali memperkenalkan orang-orang special kepada teman-teman dekatnya.

Tetapi hari ini, mungkin suatu keajaiban, dia merasa berbeda sekali tidak seperti dulu. Dia harus memberanikan diri, dia harus membuang jauh-jauh perasaan minder. ‘Kalah sebelum berperang’ itu namanya pengecut. Jadi lelaki harus berani.

Baru-baru ini, ternyata sifat yang dimiliki sebelumnya, cepat minder dibuang jauh-jauh. Dia baru saja menyatakan perasaan pada salah satu gadis, sebut saja namanya Ej. Entah kenapa dia bisa suka, padahal jika dilihat gadis itu jauh lebih dewasa dibanding dia. Namun, untuk menjelaskan perasaan ini sulit dinyatakan dengan kata-kata.

Yang sudah terjadi, ya sudah, dijalani saja, mungkin siapa tahu takdirnya pada gadis itu. Tidak ada seorangpun yang bisa meramalkan masa depan seperti apa, hanya berusaha dan berdoa saja.

Sejak kecil dia tidak pernah membayangkan bagaimana jatuh cinta pada seorang gadis yang jauh lebih dewasa darinya. Hari ini dia merasakannya langsung, dan gadis itu pula ternyata memiliki perasaan yang sama.

Untung saja dia tidak terlambat menjelaskan perasaannya, andaikan saja hari ini dia masih minder, sampai kapan dia bisa menyatakan cinta. Bukankah cinta itu harus diungkapkan ? bukan untuk dipendam.

Setelah beberapa hari jadian. Sebenarnya boleh dibilang jadian, boleh juga dibilang bukan jadian, hanya saja dia dan gadis itu saling mengungkapkan perasaan satu sama lain.

Semenjak saat itu, Dia belum pernah berjumpa setelah perasaannya diterima karena si gadis yang masih berada di kampung halamannya. Mereka mengungkapkan perasaan tidak dengan empat mata, melainkan melalui pesan-pesan singkat di inbok facebook.

Setelah Ej berbagi ceria dengan orang tuanya di kampung. Beberapa hari kemudian, Ej kembali ke tempat dia menimba ilmu, yang kebetulan Ej satu kampus dengan Mr pada salah satu universitas ternama di Jawa Timur, dan dia pingin cepat-cepat diajak ketemuan.

Akhirnya, mereka menyetujui untuk ketemuan di sebuah Kantin Pojok Kampus sebut saja Kantin Pojok UM.

Kantin itu tidak jauh dari asrama tempat tinggal Ej, tempatnya nyaman, dengan suasana kehijauan, suara yang tidak begitu ribut. Cocoklah untuk melepaskan suntuk, kerisauan, apalagi dilengkapi dengan fasilitas wifi.

“Aby….” nama yang dipanggil Ej untuk Mr.

“Aby, mau pesan apa.” tanya Ej sambil menujukkan daftar menu makanan.

Tersenyum, dan tersenyum ketika dia (Mr) melihat Ej menyodorkan daftar menu makanan, sambil malu-malu Mr mengambilkan daftar menu yang akan dipesan.

“Abi mau pesan nasi goreng special.”

“Terus apalagi, Abi.” tanya Ej sambil memandang dengan penuh perhatian.

“Abi mau tambah lagi, minumnya teh tarik.”

Dengan perasaan malu-malu, Ej menanyakan lagi,

“Abi, gak tambah lagi, itu ada menu-menu lain.” Ej sambil menunjukkan nama menunya.

“Oya, Abi tambah pisang bakar es crim, sudah ini aja Umi”

“Oke, Abi,”

“Umi, mau yang ini.” Sambil menuliskan daftar pesanannya.

“Terus, umi, mau es teh dua, tahu goreng satu.”

“Terus apa lagi ya,,,,” sambil memperhatikan lebih serius daftar menu yang seakan-akan ingin memenuhi selera makan di siang itu.

“Oke, sudah itu aja mas” sambil menujukkan daftar pesanan kepada sang pelayan kantin untuk segera di siapkan.

Sambil menunggu menu pesanan yang telah diserahkan ke pelayan kantin, Ej terus memandang Mr, sesekali tersenyum kecil yang tidak beraturan, kadang-kadang tingkah laku pun ikut tidak beraturan, salah tingkah adalah hal biasa, apalagi pertemuan pertama setelah mengatakan perasaan masing-masing melalui inbok facebook.

Wajar saja, pertemuan itu dipenuhi oleh tingkah-tingkah yang tidak karuan. Meski sebelumnya sudah sering bertemu dan berhadapan langsung pada saat perkuliahan. Namun, hari itu konteksnya berbeda, tidak seperti pada saat perkuliahan.

Terkadang Mr melihat ke arah lain, agar pusat perhatian tidak tertuju kepadanya, matanya sesekali melihat ke jalan, melihar keluar. Namun, Ej nya masih tetap saja dia tidak mengubah arah pandangan sehingga membuat Mr Grogi untuk saling menatap. Saling memandang dengan sesekali bersuara kecil, yang seakan ingin mengatakan atau menanyakan sesuatu yang masih tersimpan dihati kecil Mr.

Grogi bukan main, sampai-sampai Mr membuka facebook pada laptop yang sudah dibuka dari tadi, dia membuka inboknya Ej dan menulis pesan-pesan singkat.

Pesan singkat yang ditulis itu seharusnya mau disampaikan melalui kata-kata. Namun, karena saking groginya malah tak mampu mengatakan dengan lisan. Dia hanya kuat dengan tulisan, dia chattinglah dengan Ej melalui facebook, meski Ej dan Mr sudah berhadapan langsung.

Sesekali dia sempat tertawa karena melihat tingkah masing-masing tidak berani mengatakan dengan lisan, malah keduanya menggunakan inbok facebook sebagai sarana penyampaian pesan.

“Umi,,,,kita ini sedang memanfaatkan dua teknologi, tahu gak apa itu?” tanya Mr kepada Ej.

“Apa, Abi ?” tanya Ej lagi dengan raut wajah penasaran.

“kita ini sedang menggunakan teknologi manusia, dan teknologi tuhan.”

“Apa itu, Bi ?” tanya Ej lagi dengan penasaran.

“Teknologi manusia itu facebook, dan teknologi tuhan itu mulut kita.”

“Kita saling berkomunikasi tidak hanya dengan mulut saja.”

Keduanya tertawa girang gembira.

Perasaan senang seakan hadir ditengah-tengah mereka yang sedang dilanda kasmaran cinta. Jika cinta sedang berkumat, apapun rasanya nikmat, meski seleranya kurang, begitulah kira-kira pepatah cinta.

Begitulah singkat cerita, mereka saling berbagi pengalaman satu sama lain di hari itu, saling memperkenalkan keluarga masing-masing. Saling bercanda dan bersenda gurau. Cinta memang luar biasa. Wassalam.

****Bersambung ke Edisi 3 ~~~~~~~~~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun