Mohon tunggu...
Mursalin Abdulmanaf
Mursalin Abdulmanaf Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

(3P) : Pengajar | Peneliti | Penulis Email: mursalinamanaf@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Gejolak Cinta di Awal Tahun 2014

8 Januari 2014   23:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:00 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

*Edisi 1

Pada kesempatan ini, saya akan menceritakan sebuah kisah pengalaman hidup yang mungkin kisah ini juga pernah dialami oleh pembaca. Saya menceritakan ini karena saya ingin berbagi kisah, pengalaman, atau hal-hal menarik yang pernah saya alami.

Andaikan kisah ini kurang menarik, tidak masalah, karena ada kalanya pengalaman hidup anak manusia itu menarik, tidak menarik, tidak masalah, yang terpenting bagi saya bisa berbagi kepada pembaca semua.

Berikut kisahnya:

Waktu berlalu begitu cepat, tidak terasa sudah memasuki tahun 2014. Namun, diawal tahun ini ada hal-hal menarik yang terjadi pada diriku, salah satunya adalah gejolak perasaan yang telah tersimpan sejak menjalani perkuliahan pada salah satu mata kuliah bersama para ibu-ibu kelas kerja sama di sebuah Universitas di pulau jawa.

Perasaan ini sebenarnya biasa saja, karena hari-hari aku menjalani perkuliahan dengan seperti biasa, sepertinya tidak ada tingkah laku dariku yang membuat mereka terkesan. Entah kenapa, suatu ketika pada saat aku memberitahukan kepada dosen mata kuliah bahwa kelompok presentasi minggu depan hanya satu orang, karena teman satu kelompok denganku tidak jelas status kehadirannya. Tiba-tiba salah satu dari teman-teman mengusulkan bantuan untuk membantu dan menemani presentasi materi kuliah, saat itu terjadi tumpang tindih, siapa yang mau menemani presentasiku.Nah.ternyata ditunjuklah salah satu teman dari mereka, sebut saja namanya Er.

Setelah presentasiku selesai. Sejak saat itu mulailah terasa ada sesuatu yang terjadi pada kami, disaat-saat saya memasuki kelas selalu saja ada guyonan teman-teman tentang kecocokan dan keserasian kami berdua, mereka sepertinya senang sekali kalau kami jadian dengan seorang teman yang sempat membantuku pada presentasi mata kuliah (Er). Dan sampai-sampai pada saat saya terlambat masuk kuliah, mereka mempersilahkan duduk dekat dengan yang namanya Er.

Sesekali mereka menoleh ke arahku, sesekali mereka membisik sesuatu, ada juga sesekali mereka tersenyum ketika melihat aku, dan juga sesekali mereka sempat bilang bahwa mereka setuju banget kalau kami jadian. Yang anehnya dosen pun sepertinya mengetahui ada sesuatu yang sedang terjadi di kelas, karena pada saat saya terlambat masuk sekitar 20 menit, dan ketika memasuki kelas, sambil memberi salam, saya melihat kok didalam kelas posisi duduknya cuma sebelah kanan semua, laki-laki dan perempuan sudah satu posisi, aku bingung mau duduk di sebelah kiri tidak ada teman disamping, yang ada hanya dosen pengampu mata kuliah. Aku melihat ke arah ibu-ibu ada yang menyuruhku agar duduk di sebelah mereka karena ada satu kursi kosong, dan ternyata disamping kursi kosong itu adalah Er seorang teman yang sempat membantu presentasi ku minggu yang lalu.

Pikiranku terbesit,

“aduh bagaimana ini,aku duduk disana, atau disini”, tanyaku dalam hati.

“bingung”, sampai-sampai dosenpun melihat ke arahku dan ke arah kursi kosong, ada siapa di dekat kursi kosong.

Nah, akhirnya aku memilih duduk sendiri sebelah kiri didepan dosen.sambil menyimak presentasi kuliah, sesekali aku melihat ke arah ibu-ibu, mereka tersenyum, sambil mengagguk menunjuk ke arah Er. Aku juga senyum dan kembali memperhatikan presentasi kuliah.

Kemudian, pada minggu berikutnya, dimana minggu itu adalah pertemuan terakhir perkuliahan,disaat penutupan oleh sang dosen sempat memberikan canda-candaan yang menarik perhatianku untuk mendengar. Berikut kata-kata terakhir yang masih teringat.

Dosen: “ini adalah forum perkuliahan, disamping perkuliahan, bisa juga dijadikan sebagai forum menemukan jodoh, nah, kalau misalnya ada yang masih sendiri, moga-moga cepat mendapatkan, siapa tahu ada belum dapat, gak apa-apa semoga cepat dapat, kan lebih bagus, sekali menyelam dua danau terlampaui,,,,gak apa-apa kalau misalkan Atjjeehh kallssell, kan tidak jauh to,,Cuma berapa jam saja,,3 jam udah sampai.

Mahasiswa semuanya tertawa sembari melihat ke arahku, Aku juga tertawa mendengar kata-kata nasehat dari dosenku, tapi aku tidak berani memandang para ibu-ibu dikelas, karena semua mata mereka melihat ke arahku. Dalam hati aku sempat berpikir, “kenapa bapak itu memojokku, aduh-aduh……………”

Tertawa lebar dihari itu menjadikan aku tekesan, kok bisa dosenku langsung-langsung mengatakan begitu. Sampai aku pulang yang teringat dipikiran hanya sebuah kata ‘aceh-Kalsel’. Mulai saat itu aku penasaran dengan kata tersebut, sampai-sampai aku menelusuri ada pesan apa dibalik kata tersebut. Sehingga pada suatu malam aku mulai menelusuri sejarah ulama Aceh dan ulama Kalsel.

Ooh ternyata aku menemukan satu pelajaran baru bahwa banyak para ulama Kalsel dulu belajar/berguru pada Ulama Aceh. Banyak kitab-kitab berbahasa melayu dipelajari di pondok pesantren di daerah Kalsel. Salah satu ulama terkenal di Kalsel Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari adalah muridnya Syeik Muhammad Zain Al-Asyi (Aceh), Syeikh Abdurrauf As-Singkili, dan Syeikh Nuruddin Ar-Raniry (Aceh) mempunyai andil besar bagi para ulama Kalsel.

Maka dari itu aku sering memposting situs-situs yang menjelaskan tentang hubungan dekat antara ulama Aceh dengan ulama Kalsel tempo dulu, sehingga aku beranggapan bahwa suasana agamis masih kental, adat dan tradisi sunnah nabi pun dijalankan layaknya seperti di Aceh sendiri. Bahkan ketika aku mendengar di Kalsel ada sebuah kota yang dijuluki dengan sebutan Kota Serambi Mekkah dan Kota Santri di Martapura, hatiku tersentak ketika mendengar itu, merasa kagum mendengarnya. Sementara di Aceh sendiri di juluki Provinsinya yang Serambi Mekkah. Berarti lagi-lagi disini saya merasa kagum dan merasa penasaran untuk menelusuri sejarahnya.

Nah, kembali lagi ke masalah tadi, aku sebenarnya juga merasa senang ketika sang dosen menyebutkan kata ‘Atjeh-Kalsel’, yang seakan-akan mendukung kami seperti halnya para ibu-ibu dalam kelas yang selalu memberikan guyonan.

***Bersambung ke edisi 2 ~~~~~~~~~~~

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun