Warung kaget, pasar kaget, tenda kaget, telah menjadi kebiasaan yang keberadaannya ada di sekitar kita. Menjadi bagian dari geliat kehidupan dan pertukaran uang. Untuk menggapai hidup dan melanjutkan hidup agar lebih bermakna dengan berusaha.Â
Warung-warung ini tidak buka 24 jam. Hanya saat - saat tertentu saja. Jika pagi, biasanya menjelang subuh hingga pukul delapan.Â
Setelah itu, lahan yang sejak subuh sudah ada  gerobak dan pelanggan setiap harinya, akan menjadi tempat parkir jika waktunya telah tiba. Ini tidak tentu. Kadang ada yang menggunakan dan menjadikan lahan itu untuk parkir. Kadang juga sepi.
Biasanya yang menggunakan lahan parkir itu para siswa -- anak-anak di sekolah saya. Padahal sekolah sudah menyediakan lahan parkir yang digunakan untuk tempat parkir guru, karyawan dan siswa.Â
Ternyata, dari bisik-bisik beberapa anak, mereka menggunakan lahan itu untuk parkir supaya bisa pulang lebih awal. Awalnya tidak ada penunggu.Â
Lama kelamaan, seseorang dari tempat di sekitar itu juga bergeser ke motor di mana terparkir motor para siswa. Akan menjadi keberuntungan tukang parkir --  ketika  ternyata -- banyak siswa yang hari itu berniat parkir di luar.
Mereka --para siswa bisa keluar gerbang jika tidak ada orang di dekat gerbang. Gerakan gesit bagai seorang pelari cepat dalam sekejap menghilang  tertutup lalu lalang kendaraan lewat.Â
Mau berteriak juga percuma. Memanggil mereka untuk kembali tidak akan berhasil  kita temui. Besok pagi menjadi tugas BK.
Saya pernah bertemu dengan orang yang menunggu motor para siswa. Waktu itu sedang menghitung uang dengan tersenyum. Mungkin senang mendapat lembaran uang  dari para siswa.Â
Uang lembaran seribuan, dua ribuan, lima ribuan, sepuluh ribuan, lima puluh ribuan -- terjepit diantara jempol dan telunjuk kirinya. Jari tangan kanan jempol dan telunjuk  untuk menghitung. Ternyata lembaran seratus ribu juga ada.Â