Pagi tadi giliran saya menemani siswa yang terlambat masuk sekolah dan mengharuskan mereka menulis di kertas dengan tulisan "Saya tidak akan terlambat lagi. Saya harus berangkat lebih pagi." sebayak 50 kali.
Saya juga menulis afirmasi dengan tulisan yang berbeda sebanyak dua puluh lima kali. Afirmasi yang saya tulis yaitu, "Aku sehat, makmur, sejahtera, senang berbagi, rezekiku tak mungkin habis, penghasilanku membuat aku nyaman, Aman, Â setiap hari, Â setiap waktu."
Aku dan murid-murid yang terlambat sama - sama sibuk. Kadang jongkok, kadang lesehan atau duduk di teras samping rung guru.
Ada siswa yang menulis dengan huruf  besar-besar supaya terkesan sudah banyak atau sedang dengan dan rapi, bagi saya sama saja. Yang penting kalimatnya sama dengan jumlah 50 kali.
Saat menyimak tulisan, ada siswa yang dengan kalimat itu menjadi satu baris, ada juga yang membutuhkan jejak dua baris. Saya sendiri menulis afirmasi untuk diri saya, dengan afirmasi rutin itu, membutuhkan 3 baris. Ternyata kadang memerlukan 4 baris.
Bagiku, menulis afirmasi seperti berdoa, berharap, dengan getaran hasrat melalui pena, hati dan pikiran.
Menulis berulang-ulang kalimat yang sama, akan lebih membuat lebih fokus pada apa yang tertuang melalui pena, hati dan pikiran.
Jika menulis artikel apa pun itu, pikiran, hati dan gerakan pena akan berbeda. Kestabilan gerak tangan juga akan berbeda.
Mau tahu apa yang terjadi? Semua bisa kita rasakan. Cobalah membuat afirmasi dengan ditulis.
Meskipun tempat kita menulis ramai, menulis afirmasi lebih mudah daripada membuat artikel.
