Lagi asik baca novelnya Mbak Neni yang judulnya "Sang Penari" di kompasiana. Eh ada suara gaduh dekat pintu. Antara bisikan ingin masuk karena takut, juga bisikan, daripada di luar dilihat teman-teman dari kelas.
Padahal kelas literasiku hari ini bukan anak-anak yang ada di depan pintu itu.
Bergegas aku menuju pintu. Kedatanganku yang tiba-tiba ada di samping mereka, membuat mereka kaget.
"Mau masuk Bu. Kita ga boleh masuk kelas karena sudah perjanjian, telat lebih dari sepuluh menit, boleh masuk jam berikut."
Aku mengetik obrolan mereka di ponsel.
"Jadi ceritanya hari ini tidak bisa masuk kelas. karena apa?"
"Ngantar Devi ke kamar mandi."
"Bukan Bu, dia ke kantin, lalu nyusul saya biar masuk bareng."
"Yah, karena ceritamu dan kamu beda, mending ditulis saja. Duduk di bangku deretan kiri. Meja tengah untuk giat literasi kelas sepuluh.
Mereka berlari menuju kursi yang telah aku rujuk. Seolah mendapat tempat duduk dalam ruang yang nyaman dari tatapan teman mereka dari kelas. Aku bisa mengerti kalau ini  merupakan kebahagiaan. Aku juga merasa beruntung, karena berhasil menyuruh mereka tidak saling menyalahkan lewat suara.Â