Setiap selesai bergiat ulangan umum akhir semester, selalu ada kertas bekas pakai. Biasanya kertas bekas itu, langsung dimasukkan ke gudang. Hanya lembar jawab saja yang dirawat. Diserahkan ke masing-masing guru mapel. Selanjutnya, oleh guru mapel untuk bahan penilaian siswa, bergabung dengan penilaian lain. Misal nilai harian, nilai PR atau tugas, sikap dan kerajinan.
Dari pengalaman membuat daur ulang kertas bekas, prosesnya lama dan hasilnya tidak seperti kertas yang diterima dari toko. Di pabrik, kertas biasanya diolah dengan mesin. Menggunakan batang kayu menjadi bubur. Kayu yang dipilih untuk dijadikan kertas biasanya memiliki serat lembut. Sehingga saat digunakan untuk menulis tidak terasa bergelombang. Apalagi diproses dengan mesin khusus kertas yang memiliki alat peras atau dipres.
Proses membuat kertas itu seperti memasak kacang atau sayur lain. Perlu dipetiki. Pertama, kertas bekas penilaian akhir semester perlu dipetiki dari staples yang tersemat disalah satu ujung kertas. Dibersihkan dari kotoran seperti isolasi, karet, dan kotoran lain seperti plastik yang mungkin menempel. Setelah itu memetiki kertas dengan cara menyobek menjadi sobekan kertas kecil-kecil.
Seperti pengolahan kertas di pabrik, latihan membuat kertas dari kertas bekas ini juga dibuburkan dengan cara direndam air. Kemudian diblender, diganti air bersih untuk mengurangi tinta dan diberi obat khusus. Setelah halus, tuang bubur ke saringan persegi empat yang telah dibuat terlebih dahulu. Adonan diratakan setipis mungkin dan diamkan hingga kering. Boleh juga dibantu dengan kipas. Prosesnya terasa lama. Padahal kemarin ketika digunakan untuk ulangan semester, berganti menjadi kertas bekas hanya beberapa menit saja.
Dari pengalaman itu, lalu mencoba memperpanjang umur kertas yang sudah dipakai dengan menyatukan dua kertas menjadi satu lembar kertas. Satukan 2 lembar kertas berisi soal dengan saling berhadapan. Sisi segi empatnya diolesi lem, lalu disatukan. Agar mudah menjilidnya, sisipkan kertas bekas dari map di salah satu sisi kertas.Â
Mengingat bekas lem untuk merekatkan kertas akan sulit distaples. Maka perlu adanya kertas lain untuk tempat menjilis. Kertas lain seperti kertas map bekas.  Kertas map bekas dipotong selebar 4 cm dan panjangnya, sepanjang kertas soal. Nantinya, kertas bekas map  memudahkan membendel dengan staples. Selain itu sisipan kertas map, bisa digunakan untuk membedakan jurusan atau kelas.
Kini kertas telah menjadi kertas baru, siap ditulisi apa saja selera penulisnya. Biasanya, kertas hanya ada soal satu sisi saja. Sisi yang lain dibiarkan kosong. Setelah semua selesai membuat karya, semua kertas karya siswa disatukan dalam satu bendel, lengkap dengan lampiran foto. Diberi sampul yang dibuat bagus lebih akan lebih menarik.
Rapinya karya siswa yang dibendel, memudahkan memindah ke komputer. Karena semua sudah terbendel di situ, lengkap dengan prakata, pendahuluan,daftar isi, profil penulis serta lampiran foto peserta literasi kelas dengan foto kegiatannya.
Pemberian sampul yang menarik, akan menjadikan buku kumpulan karya siswa dari kertas bekas ini lebih otentik. Selanjutnya, pengetikan akan lebih mudah. Baik untuk bahan mading atau penegetikan untuk dikirim ke penerbit.
Dengan cara ini umur kertas menjadi lebih panjang dan bisa menjadi abadi untuk koleksi otentik di perpustakaan. Selain itu, membantu bumi mengurangi beban limbah sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H