Dari semua materi yang telah dipelajari, ada banyak hal yang menarik dan di luar dugaan yang selama ini telah saya terapkan kepada murid. Hal-hal tersebut menjadi renungan untuk diri saya agar bisa merubah prilaku sebagai seorang guru dalam menciptakan budaya positif di sekolah.
Setelah mempelajari materi pada modul 1.4, cara berpikir saya dalam menciptakan budaya positif baik di sekolah maupun di kelas mengalami perubahan diantaranya yaituÂ
- Pemberian penghargaan terhadap murid yang hanya efektif untuk jangka waktu pendek saja dan dapat menghilangkan motivasi intrinsik murid jika dilakukan dalam jangka waktu yang panjang.
- Harus berusaha untuk mencari tahu kebutuhan dasar murid jika melakukan suatu pelanggaran dan mengetahui kebutuhan dasar apa yang belum terpenuhi
- Merubah kesepakatan kelas yang telah dibuat bersama para murid menjadi keyakinan kelas
- Melakukan segitiga restitusi dalam menyelesaikan masalah bersama murid.
Ada suatu pengalaman mengenai penerapan konsep inti dalam modul 1.4 tentang budaya positif yaitu saya bersama murid telah melakukan penyusunan kesepakatan kelas dengan konsekuensi yang telah disusun berdasarkan curah pendapat bersama murid.Â
Para murid dengan sadar menjalankan konsekuensi jika melanggar kesepakatan kelas tersebut. Saya merasa senang karena keadaan kelas menjadi lebih tertib, saya memberikan apresiasi kepada para murid atas keberlangsungan kesepakatan kelas tersebut.
Hal yang sudah baik dalam penerapan konsep budaya positif  yaitu melibatkan siswa melalui curah pendapat dalam menyusun kesepakatan kelas tersebut. Tapi ada yang perlu diperbaiki yaitu merubah kesepakatan kelas tersebut menjadi keyakinan kelas sehingga konsekuensi dari pelanggaran yang harus dilakukan murid itu terfokus kepada nilai kebajikan yang harus disadari siswa.Â
Konsekuensinya harus relevan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, contohnya jika siswa terlambat masuk kelas saat pembelajaran sudah dimulai sekitar 15 menit yang lalu maka konsekuensi yang bisa diberlakukan itu berupa mengurangi waktu istirahat murid tersebut sebanyak waktu murid saat terlambat masuk untuk mengerjakan soal yang berkaitan dengan materi hari ini.Â
Jangan memberlakukan konsekuensi yang tidak sesuai dengan pelanggaran, contoh terlambat masuk kelas saat pembelajarna sudah dimulai 15 menit yang lalu dengan lari keliling lapangan karena hal itu tidak akan menyadarkan anak tentang suatu nilai keyakinan yang harus dipertahankan.
Sebelum saya mempelajari modul ini, posisi kontrol yang sering saya pakai yaitu posisi pembuat merasa bersalah, posisi teman, dan posisi pemantau. Jujur saya sering merasa kecewa karena tidak sepenuhnya berhasil menimbulkan kesadaran dari para murid yang melakukan pelanggaran untuk tidak kembali melakukannya lagi.Â
Setelah mempelajari modul ini, saya ingin konsisten untuk berperan pada posisi manager, perasaan saya lebih excited untuk menerapkan prinsip posisi manager karena melalui peran ini saya bisa menuntun murid untuk menyelesaikan masalahnya secara mandiri, bertanggung jawab, dan bisa membangun ikatan batin yang harmonis dengan murid.
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi kasus murid yang sering kabur saat pembelajaran di sekolah masih berlangsung dan siswa tersebut sudah beberapa kali tidak hadir ke sekolah tanpa keterangan.Â
Saya mempraktekkan segitiga restitusi pada semua tahapannya tapi tidak berurutan. Saya mempraktikannya dengan mengajak murid tersebut untuk berbicara empat mata dengan tenang dan tidak emosi. Saya mengungkapkan beberapa pertanyaan seperti :