Mohon tunggu...
Murni Oktarina
Murni Oktarina Mohon Tunggu... Auditor - Inspektorat Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

Lahir dan menetap di Palembang. Penulis Novel Merindumu, Novel Goodbye My Days, dan Buku Kumpulan Cerpen Penantian di Bawah Sakura

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Tuhan, Maafkan Kami

23 Desember 2018   18:01 Diperbarui: 23 Desember 2018   18:02 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit: Murni Oktarina

Kumandang subuh basuh luka-luka panjang
Kini lukisan langit pagi kembali menjelang
Kuncup kusuma satu demi satu telah mengembang
Hapus sisa tangis semalam yang masih menggenang

Di bumi pertiwi, satu per satu bencana terjadi
Kehilangan dan airmata menjadi sebuah saksi
Nyawa-nyawa yang hilang membekas bukti
Betapa tragedi menusuk-mengoyak sanubari

Indonesiaku, di sudut mana lagi lahirkan kesedihan?
Sementara serpih harapan dan cita-cita masih diperjuangkan
Dengan segenap sukma dan cucur air mata tak tertahankan
Tak akan pernah gentar demi napas kehidupan

Tuhan ... bila ini adalah peringatan-Mu.
Atas segala laku kami yang jauh dari perintah-Mu.
Atas setiap tutur yang jauh dari zikir pada-Mu.
Atas bisik hati yang bergetar bukan karena mencintai-Mu.

Tuhan, maafkan kesalahan kami.
Tuhan, ampuni dosa-dosa kami.

Kami sebenarnya takut, Tuhan.
Jika Engkau empaskan tangan-Mu dan terbelahlah seluruh lautan.
Kemudian hancurlah seisi bumi, menyisakan pilunya tangisan.
Tiada lagi kesempatan bersujud dan memohon ampunan.

Kami memang tak jarang mengabaikan-Mu.
Melalaikan shalat, jauh dari Al Qur'an, menyakiti hati sesama makhluk-Mu.
Bahkan mengambil hak yang bukan hak kami dan merasa memilikinya sendiri.
Terkadang mulut ini pun sering menimbulkan kekejaman fitnah dan melukai.

Tapi kami berharap pada-Mu, Tuhan.
Saat nyawa ini keluar dari tubuh, kami sudah bersama ampunan-Mu.
Saat hari yang Engkau kehendaki itu datang, kami telah bersama keridaan-Mu.
Hingga pada  kehidupan abadi di sana, kami bisa menjadi penghuni surga-Mu.

Palembang, 23 Desember 2018


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun