Mohon tunggu...
Murni Oktarina
Murni Oktarina Mohon Tunggu... Auditor - Inspektorat Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

Lahir dan menetap di Palembang. Penulis Novel Merindumu, Novel Goodbye My Days, dan Buku Kumpulan Cerpen Penantian di Bawah Sakura

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Aku (Tak) Ingin Menulis, Tapi..

6 Juni 2017   00:40 Diperbarui: 6 Juni 2017   00:45 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku ingin menulis tentang apa saja yang ada dalam pikiranku, yang ada dalam jiwaku, yang ada dalam perasaanku. Ah, tapi aku takut jadi terkenal. Takut diundang oleh presiden. Takut diajak ke sana ke sini. Takut menangis karena "dituduh" plagiat. Takut diajak foto oleh para pejabat. Takut diwawancara wartawan. Takut masuk koran. Takut masuk televisi. Takut "dibela" para fans.

Aku ingin menulis tentang apa saja yang ada dalam pikiranku, yang ada dalam jiwaku, yang ada dalam perasaanku. Ah, tapi aku belum siap menjadi terkenal. Belum siap ketemu presiden yang telah membawa banyak "perubahan". Belum siap diundang ke sana ke sini. Belum siap "dituduh" seorang plagiat. Belum siap diajak foto oleh para pejabat. Belum siap diwawancara. Belum siap masuk koran. Belum siap masuk televisi. Belum siap "dibela" para fans.

Aku ingin menulis tentang apa saja yang ada dalam pikiranku, yang ada dalam jiwaku, yang ada dalam perasaanku. Ah, tapi aku ingin menulis yang tidak menambah kemelut bangsa. Tulisan yang mencerahkan, dan mengajak pada kebaikan. Bukan sebuah tulisan yang memancing permusuhan atau hanya karena sebuah ketenaran.

Maafkan aku yang hingga saat ini belum sama sekali melakukan sebuah pergerakan untuk bangsa ini. Meski itu hanya lewat sebuah tulisan. Mungkin karena sebuah ketertakutan dan kebelumsiapanku, aku hanya mampu menjadi penonton, pembaca, pengamat. Hanya saja, aku berpegang teguh pada agamaku dan aku mengimani keyakinanku. Berbekal itu, aku selalu berdoa, meminta petunjuk dan cahaya kebenaran pada Tuhanku-Allah SWT. Semua itu tak akan lari dari hatiku.

"Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur’an) dari Rabb-mu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman. Katakanlah (Muhammad), ‘Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.' " (Q.S. Yunus: 57-58)

Palembang, 04 Juni 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun