Mohon tunggu...
Murni Oktarina
Murni Oktarina Mohon Tunggu... Auditor - Inspektorat Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir

Lahir dan menetap di Palembang. Penulis Novel Merindumu, Novel Goodbye My Days, dan Buku Kumpulan Cerpen Penantian di Bawah Sakura

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Surat untuk Februari

1 Maret 2017   00:15 Diperbarui: 1 Maret 2017   00:55 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Palembang, 07 Februari 2017

Februari yang biru....
Kutuliskan surat ini untukmu karena senjaku tak lagi sehangat dan sejingga dulu. Ada hujan yang berusaha menghapusnya. Ada malam yang menggantikannya. Akan tetapi, aku tetap berusaha menjaga senja itu. Meski kutahu hujan dan malam bisa datang kapan saja lalu dengan perlahan mengaburkan senjaku.

Februariku nan sendu....
Seandainya tiada lagi yang mampu kulakukan selain mengingat dirinya, apakah aku salah? Seandainya aku belum bisa melupakannya, apakah aku berdosa? Enam kali kita telah berjumpa di tahun yang berbeda, Februariku. Kau tak bosan bukan saat tahu bahwa aku masih dengan senjaku yang dahulu? Kautahu 'kan jika aku telah berusaha keras?

Dia terlalu indah untuk dilupakan, Februariku....
Hujan, malam, atau apapun itu, tak akan bisa menghapus senja di hatiku untuknya. Senja dan dia akan terus bersama. Selama dia masih sendiri, senja akan tetap ada di sini, di hati ini. Akan selalu hadir menjadi sebuah inspirasi. Akan selalu menjadi alasanku untuk tetap baik-baik saja.

Dia terlalu sulit untuk kuraih, Februariku....
Aku hanya mampu mencintainya menggunakan hatiku sendiri. Dulu, sekarang, dan nanti. Aku hanya bisa menyimpan sedikit kenangan yang sempat tercipta. Telah kubingkai dengan papan-papan rindu dan kubungkus dengan lembaran doa.

Untukmu, Februariku....
Seandainya nanti dia telah menemukan senjanya, kumohon kabari aku. Meski senja itu bukanlah untukku, aku akan baik-baik saja. Percayalah! Aku akan tetap di sini, menyimpan senja yang berusaha dihapuskan oleh hujan dan malam nan egois itu. Dan aku akan selalu menanti kabar darimu, Februariku.

(Aku dan senjaku)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun