Mohon tunggu...
Muriatun Nafisah
Muriatun Nafisah Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1

Berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Harga Beras Melonjak, Pedagang dan Konsumen Mengeluh

16 Desember 2024   13:20 Diperbarui: 16 Desember 2024   17:20 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Harga beras di sejumlah pasar tradisional di Indonesia terus mengalami kenaikan dalam beberapa minggu terakhir. Kenaikan ini membuat para pedagang dan konsumen mengeluh karena semakin sulit menjangkau kebutuhan pokok sehari-hari. Berdasarkan data yang dihimpun dari beberapa pasar di Jakarta, harga beras premium kini mencapai Rp15.000 per kilogram, naik dari Rp13.000 per kilogram hanya sebulan lalu.  

Menurut pedagang di Pasar Induk Cipinang, kenaikan harga beras terjadi karena pasokan yang menurun akibat cuaca ekstrem yang melanda sejumlah daerah penghasil beras. “Hujan deras dan banjir membuat produksi menurun. Pasokan dari petani ke pasar jadi terganggu, sehingga harga otomatis naik,” ujar Siti, salah seorang pedagang beras di pasar tersebut.  

Kondisi ini juga dirasakan oleh para konsumen, terutama ibu rumah tangga yang harus mengatur pengeluaran rumah tangga dengan cermat. “Harga kebutuhan pokok semuanya naik, bukan cuma beras. Kami benar-benar kewalahan,” keluh Diana, seorang warga Jakarta Timur yang ditemui sedang berbelanja di pasar tradisional.  

Kementerian Perdagangan dan Kementerian Pertanian telah menyatakan bahwa pemerintah sedang mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan harga beras. Dalam konferensi pers, Menteri Perdagangan, Zulkifli Hasan, menyampaikan bahwa pemerintah akan meningkatkan suplai beras melalui impor dan menyalurkan cadangan beras pemerintah ke pasar. “Kami berupaya agar harga beras kembali stabil dalam waktu dekat. Langkah-langkah strategis sedang kami lakukan untuk menjaga daya beli masyarakat,” tegasnya.  

Namun, kebijakan impor ini menuai kritik dari sejumlah pihak, termasuk organisasi petani. Ketua Asosiasi Petani Padi Nasional, Surya Gunawan, menilai bahwa impor beras bukan solusi jangka panjang. “Impor hanya akan menekan harga gabah petani lokal. Pemerintah seharusnya fokus pada perbaikan infrastruktur pertanian dan memberikan subsidi kepada petani agar produksi meningkat,” kata Surya dalam sebuah diskusi publik.  

Fenomena kenaikan harga beras ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga musim panen berikutnya pada awal tahun depan. Masyarakat diharapkan tetap bijak dalam mengatur pengeluaran dan, jika memungkinkan, mencari alternatif sumber karbohidrat lain seperti jagung atau singkong untuk mengurangi ketergantungan pada beras.  

Pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang dan tidak melakukan aksi borong beras yang dapat memperburuk situasi. Sementara itu, pedagang berharap distribusi beras dari Bulog dapat segera dilakukan guna menekan harga di pasaran.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun