Rumah gaeang di Nagari Sulit Air, Sumatera Barat. foto murdjani Dada
Dizaman modern sekarang ini, mulai luntur hubungan antara anak dan orang tua, sehingga pepatah Kasih Ibu Sepanjang Masa, sedangkan kasih anak sepanjang hasta. Ini mengena, sebab, banyak anak yang sudah sukses melupakan ayah dan ibunya atau lebih banyak perhatikan isteri dan anaknya daripada ayah dan ibu yang sudah renta sakitan dan perlu biaya untuk pengobatan.
Nagari Sulit Air (Nagari itu maksudnya kecamatan dalam bahasa Indonesia) salah satu contoh anak sayang kepada kedua orang tuanya karena mereka merantau dan hasil dari kerja di rantau itu mereka kirimkan kepada kedua orang tua di Nagari ini, baik kepada yang kedua orang tuanya masih hidup atau kepada bapak atau ibu yang salah satunya hidup.
Saat meninjau ke Nagari Sulit Air kebetulan sedang merayakan ulang tahun jadi Nagari ini ke 195, pada 30 April 2016 bersama para pimpinan MPR Oesman Sapta Odang kebetulan hari yang sama di Lapangan Koto Tuo di tengah Nagara Sulit Air diadakan juga Sosialisasi Empat Pilar MPR dan bersamaan itu di ujung lapangan ada juga masak massal makanan khas nagara ini Samba Hitam (makanan rendang warna hitam) dengan 500 tungku dimasak oleh para wanita berhisab semua, dan memecahkan guinness book of record dengan diberi penghargaan oleh Museum Muri Indonesia (MURI).
Bayangan penulis, Nagari Sulit Air ini, keadaannya gersang seperti di daerah NTT, maklum deh, namanya juga pikiran lagi negatif aja karena tahu sendiri Sulit Air, tentunya kayak di Padang Pasir..
Perlu Sarana Transportasi dan Hotel
Ini yang penulis inginkan agar dua tahun kedepan sudah saatnya dipikirkan ada landasan pesawat perintis ke lokasi nagari ini. Mengingat tempat ini ada yang harus generasi muda tahu tentang Bukit Merah Putih, nanti deh, ceritanyanya...
Saat penulis dari Kota Padang mau ke Nagari Sulit Air, sarana yang ada mobil bus kecil, ya, maklum penulis datang bersama rombongan MPR RI untuk misi Sosialisasi Empat Pilar MPR (Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika).
Waktu tempuh perjalanan dari Padang ke Sulit Air sekitar 3,5 jam itu pakai Polreader, ya, jika normal sekitar 4 atau 5 jamlah.
Ditengah perjalanan sekitar satu setengah jam dari Kota Padang, mulai mobil berliuk-liuk menelusuri jalan seperti mau ke puncak turun naik. Memasuki di daerah Danau Singkarak, ada belokan kiri mau naik ke bukit ke arah Sulit Air.
Mendekati Sulit Air, ya, harusmenanjak bukit, disinilah perlu kekuatan bagi yang naik kendaraan sering mabuk, karena jalannya menantang, lebar jalan kecil hanya bisa ditelusuri bus ukuran tanggung jika di Jakarta itu Metromini dengan bagi mobil pribadi jika berselisihan yang mobil pribadi mengalah dulu.