Mohon tunggu...
murdjani dada
murdjani dada Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masjid Agung Oesman Al-Khair, Buah Berbuat Baik dari OSO

23 Oktober 2016   06:44 Diperbarui: 23 Oktober 2016   08:30 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
penulis dengan latar belakan Masjid Agung Oesman Al-Khair.,| Dokumentasi pribadi

Di Kecamatan Sukadana, Kayong Utara, Kalimantan Barat, nama OSO hanya sebagian yang kenal, masyarakat di tempat ini sangat akrab dikupingnya dengan nama Oesman dari kepanjangan Oesman Sapta Oedang, tokoh masyarakat Kalimantan Barat pada umumnya, Kayong Utara, khususnya.

Bagi masyarakat di Pontianak, sekarang ini nama Oesman, sudah sangat-sangat dikenal karena Wakil Ketua MPR RI dan perannya dalam memajukan kota terlama di  Kalimantan ini.

Selain itu, namanya juga dikenal sebagai donatur dalam pembangunan Masjid Raya Mujahidin yang kini bangunan masjid ini sangat kokoh berada di tengah kota Pontianak. Bangunan masjidnya akan mengingatkan ciri masjid Al Aqsa di Jerusalam. Memang kubah di masjid ini  terbuat dari perunggu.

Masjid Raya Mujahidin kini menjadi wisata religius bagi masyarakat di Kalbar terutama dari daerah Ketapang, Singkawang dan lainnya. Bahkan, masjid ini terkenal sampai Brunei Darussalam serta Malaysia, karena sebagian masyarakat dari negara jiran ini jika ke Pontianak pasti mampir dan shalat di masjid yang asri ini. Ini menurut penuturan Satpam bernama Hamid yang bertugas menjaga lingkungan masjid.

Sementara di Sukadana jauh dari Ibukota Provinsi Kalbar, kini ada juga dibangun Masjid  Agung (ini kelas dari Kabupaten, sedangkan Masjid Raya  ini kelas dari Provinsi) Oesman Al-Khair, jika sepintas bangunan masjid ini mengingatkan bangunan Taj Mahal, warnanya serba putih. Tapi Masjid Oesman di atas permukaan laut.

Hanya saja ornamen dalam Masjid Oesman Al-Khair bernuansa penuh dari Arab, tidak satupun mengambil ornamen dari budaya Dayak Kalimantan Barat. Penyebabnya, karena keinginan dari Oesman Sapta Odang yang jika masjid ini dibangunn harus seperti masjid di Jeddah di pingiran Laut Merah.

Jadi, jika kita shalat di dalam masjid  Oesman ini, perasaan kita terbawa seakan-akan tidak lagi berada di Indonesia, melainkan di Jeddah, nuansa Arab .

Sejarah berdirinya Masjid Agung Oesman Al-Khair agak unik, menurut salah satu Pelaksana Pembangunan Masjid, Hildi Hamid, yang juga Bupati Kayong Utara, pembangunan itu tidak termimpikan satu firasatpun. Karena, niat awal hanya ingin memperbesar masjid kecil di depannya bernama Al-Qudsi. Mengingat masjid itu tempat shalat lima waktu termasuk saat shalat Jumat sangat kurang mampu menampung jamaah.

Nah, benar juga, saat penulis shalat Jumat di masjid Al-Qudsi ini, sehari  sebelu diresmikan Masjid Oemar Al-khair oleh Presiden RI Joko Widodo, maklum masjid besar ini belum bisa digunakan karena alasan belum diresmikan. Masjid lama membludak jamaahnya, jamaah saat shalat Jumat berlangsung sampai ke luar halaman parkir dan berpanas-panasan lagi.

Saat itu terlihat Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, mungkin terlambat, dia pun bisa shalat Jumat di pelataran masjid.

Kubah dalam Masjid Oesman Al-Khair.fotopribadi
Kubah dalam Masjid Oesman Al-Khair.fotopribadi
Beberapa tokoh masyarakat terutama yang mengelola masjid lama itu, berkumpul membicarakan untuk perbesar masjid lama itu dan mereka mengusulkan kepada Hilmi agar hasil pembicaraan mereka disampaikan kepada Oesman Sapta Oedang, tokoh masyarakat tempat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun