Dalam beberapa hari kemarin nama Mahyudin ramai muncul di mess media, baik cetak, elektronik maupun social media. Sebab, nama ini berhubungan dengan jabatan Wakil Ketua MPR yang oleh haril Rapat Pleno DPP Partai Golkar ingin menggantikan jabatan orang kelahiran dari Kalimantan Timur itu kepada puteri mantan Presiden Soeharto, Â SitI Hediyanti.
Mahyudin merasa tidak punya kesalahan pun menjadi berang tanpa hujan dan panas atau tanpa kena tuduhan negative dalam melaksanakan tugas sebagai waket MPR, diganti.
Gemparlah suasana di DPP Partai Golkar yang akhirnya Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto menjadi kelimpungan menjawab pertanyaan seputar alasan menggantikan Mahyudin kepada puteri mahkota Cendana itu.
Mahyudin tidak diam dia berusaha untuk melawan dengan cara proses hokum, sehingga ada yang mengumpamakan nasib Mahyudin sama dengan Fahri Hamzah tapi beda persoalan.
Fahri diganti setelah diberhentikan dari Partai Keadilan Sejahtera, sementara Mahyudin tidak diberhentikan, hanya ujuk-ujuk dia langsung dari haril Rapat Pleno Partai Golkar mau diganti begitu saja.
Sewaktu bertemu Mahyudin dia juga agak berang dengan keputusan DPP Golkar, partai yang membersarkan namanya itu. Sebab, dia setelah mengungkit-ungkit UU MD3 ada kelemahan dari keputusan DPP Partai berlambang pohon beringin itu yang kini sudah terdaftar sebagai partai peserta pimilu nomor 4.
Ada pertanyaan besar kenapa Mahyudin diganti? Dari kabat burung, Ketua Umum Airlangga yang ujung namanya Hartarto, nama ayahnya yang pada Soeharto berkuasa menjabat menteri Perindustrian. Sehingga sekarang untuk memberikan kehormatan kepada  keluarga Cendana itu, maka tanpa piker panjang Airlangga langsung menempatkan Titi sebagai wakil ketua MPR, namun ada masalah!
Mahyudin yang diganti bereaksi melawan karena tidak merasa bersalah dalam melaksanakan tugas sebagai pimpinan MPR untuk mengemban nama Partai Golkar.
"Saya tidak kawin lagi. Bekerja mengabdi sebagai wakil ketua MPR dan membawa nana Partai Golkar ke seluruh pelosok Indonesia. Masa, sih, kita tidak melanhggar ketentuan perundang-undangan, tiba-tiba diganti. Siapa yang tidak mau melawan!" tegas Mahyudin saat bertemu di Lobi Gedung Nusantara III DPR RI, beberapa hari lalu.
Airlangga sewaktu dikonfirmasi soal pergantian Mahyudin yang ribut, menurutnya tidak ada masalah. Semua masih dalam proses pergantian itu.
Jika kita melihat proses hukum yang dilakukan oleh Fahri Hamzah saat dia dipecat oleh induk partainya, setelah melalui beberapa waktu di pengadilan akhirnya sampai sekarang Fahri tetap bertahan menjabat Waket.