Melihat dari banyaknya terduga koruptor yang kena Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan mereka selalu mengalami sakit mendadak dengan dirawat di rumah sakit, tentu saja rumah sakitnya bukan kelas tiga atau dua, melainkan kelas VIP, maklum banyak duit.  Padahal sarana yang disediakan oleh KPK jika sakit, ya, ada standar tersendiri  tidak sampai VIP atau VVIP. Namun, karena sang tereduga koruptor banyak duit, saat memilih VIP itu harus bayar sendiri.
Saya bukan ahli psikiater, tapi ini berdasarkan pengalaman dari beberapa teman yang kena OTT atau yang ditetapkan tersangka oleh KPK masuk tahanan. Mereka ini awalnya  segar bugar, senyum selalu tersirat, punya akal sehat, bahkan mampu bercanda. Ini awalnya tetapi setelah setengah bulan berada di tahanan apakah titipan di  Mabes Polri, di tahanan KPK sendiri dan tempat lainnya, mulai terjadi perubahan wajah yang tidak lagi segar, mungkin ini karena stress berkelanjutan.
Bagaimana tidak stress, biasanya bebas bergerak, duit banyak, mau ke luar negeri hari ini juga bisa terpenuhi. Mau ke tempat istirahat yang indah, tenang, terpenuhi. Jika badan sakit, di spa, pijit sehat kembali. Pagi sarapan penuh dengan menu yang wah, kamar tidur besar. Nah, setelah di tahanan, kamar yang ditiduri saja ukuran beberapa meter, mau tidur melihat tembok sempit, bangun tidur, eh, tembok itu-itu juga.
Tidur di kamar sendirian, ini jika melihat fasilitas kamar tahanan di Gedung KPK. Ya, sepi dan kesepian.
Yang jelas para koruptor ini ketika ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan, Â mereka mengeluhkan tentang bagaiman tekanan dari kehidupan sosial yang tidak lagi banyak teman menjenguk yang dulunya teman dekat sekarang mulai menjauh, bahkan tidak muncul batang hidungnya untuk bezuk.
Kemungkinan faktornya, teman ini takut wajahnya terekam di  CCTV saat mau jenguk ditahanan yang nantinya akan diusut dugaan terlibat atau juga dicatat namanya ketika mengisi daftar tamu saat mau bertemu yang lengkap dengan nomor hp tamu bersangkutan di pintu mau masuk tahanan.
Sebab sekarang ini sangat mudah mendeteksi seseorang itu melalui nomor hpnya. Â Takut disadap, yaaaa. Bagi yang tidak melakukan tindak korupsi, disadap berapa kali juga, tidak takut.
Berdasarkan cerita, nih, seorang pejabat tinggi ketangkap bukan karena hp dia disadap, melainkan dari orang lain yang diincar orang ini mau kemana dan bertemu siapa saja.
Tanpa terduga, orang yang diincar ini datang ke seorang pejabat tinggi dan mengadakan negoisasi dengan memberikan uang dalam kotak. Â Akhirnya si pejabat tinggi yang oleh publik diangap master clean, eh, kena OTT. Hebohlah jagat raya, berita di televisi berulang-ulang, online, media stream. Jika diadakan survei dengan dua pertanyaan benar atau tidak si pejabat ini korupsi pasti banyak yang menjawab tidak, tanda tidak percaya pejabat ini kotor terlibat korupsi.
Ternyata, perbuatan si pejabat ini dalam korupsi tidak dari hasil OTT itu saja. Dibaliknya ketika proses pengadilan Tindak Pidana Korupsi dikenal Tipikor, dia menerima gratifikasi jika dihitung sudah berkali-kali, yang akhirnya terbongkar bahwa hampir ratusan miliar sudah dia kumpulkan dari korupsi itu.
Nah, setelah  diproses dengan tidak lagi tidur di rumah melainkan di tahanan KPK, barulah terlihat apakah sang koruptor itu kuat mental atau tidak.