Mohon tunggu...
Mukhamad Murdiono
Mukhamad Murdiono Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Saya Pendidik, suka berdiskusi tentang tema-tema pendidikan, politik, dan hukum. Berdomisili di selatan Keraton Yogyakarta Hadiningrat. Selalu berusaha untuk melakukan perubahan agar setiap hari yang dilalui lebih baik dari hari kemarin dan dapat memberikan kemanfaatan yang sebesar-besarnya bagi orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengambil Hikmah dari Perilaku Anjing: Melayani

14 Agustus 2012   23:55 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:45 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perilaku binatang ciptaan Tuhan tidak akan pernah ada habisnya untuk dipelajari. Dari perilaku seekor binatang yang kecil, seperti semut sampai pada binatang yang bertubuh besar seperti gajah. Semua perilaku yang ditunjukkan kepada manusia mengandung berjuta makna yang perlu untuk dipelajari. Anjing sebagai mahluk ciptaan Tuhan juga menunjukkan perilaku yang perlu dipelajari. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan anjing seringkali dapat menggugah pikiran kita untuk menyadari bahwa terkadang binatang memiliki perilaku yang secara naluriah lebih baik dari manusia.

Anjing di samping memiliki sifat setia kepada tuannya, ia juga memiliki sifat melayani. Perilaku melayani merupakan sikap terpuji. Kenyataan yang terjadi sekarang, seringkali orang minta untuk dilayani. Berlagak seperti seorang bos besar yang tinggal menyuruh siapa saja yang dikehendaki. Apalagi kalau kita melihat para pejabat di negeri kita. Mentalitas melayani jarang sekali ditemui. Mereka memandang bahwa jabatan merupakan sebuah kehormatan yang luar biasa. Semakin tinggi jabatan seseorang, maka semakin besar pula keinginannya untuk minta dilayani. Padahal sebagai pejabat, semestinya justru harus memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada rakyat.

Ada sebuah kisah menarik yang dapat dijadikan sebagai pelajaran tentang perilaku melayani yang dilakukan oleh seekor anjing. Dikisahkan ada seorang pria bernama Parton. Ia memiliki seekor anjing yang bernama Endal. Parton pada suatu ketika mengalami kecelakaan mobil yang mengakibatkan kedua kakinya lumpuh. Ia harus melakukan aktivitasnya di atas kursi roda. Penderitaan parton semakin bertambah hebat ketika istri tercintanya meninggal dunia. Ia kini tidak memiliki apa-apa, kecuali seekor anjing. Sepeninggal sang istri kondisi Parton semakin memburuk. Melihat kondisi tuannya itu, Endal semakin sadar akan kesulitan yang sedang dihadapi Parton.

Endal mulai berusaha untuk menemani dan melayani keperluan yang dibutuhkan Parton. Aktivitas yang dilakukan Endal, membuat kagum banyak orang. Ia melakukan pekerjaan yang selayaknya dilakukan oleh manusia, seperti mengambilkan barang keperluan untuk Parton, menyelimutinya ketika ia akan tidur, mendorongnya di kursi roda, dan bahkan ia bisa mengambilkan uang dari ATM. Sungguh menakjubkan, aktivitas yang dilakukan oleh seekor anjing untuk melayani tuannya (http://unppadang.blogspot.com/anjing-melayani.html.).

Perilaku yang ditunjukkan oleh Endal dalam melayani tuannya memang sungguh sangat mengagumkan. Ia bekerja melayani tuannya tanpa pamrih. Ia pun rela berkorban melakukan pekerjaan yang dapat membuat tuannya itu merasa senang. Perilaku yang ditunjukkan Endal dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi manusia. Kita adalah mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Tuhan memberi kita dua buah tangan dan kaki, tapi terkadang kita malas untuk menggunakannya. Seringkali kita mudah untuk memerintah orang lain, padahal kita mampu untuk melakukannya sendiri. Mentalitas yang muncul adalah mentalitas ingin dilayani bukan melayani.

Perilaku yang ditunjukkan oleh seekor anjing telah banyak memberikan pelajaran bagi manusia. Hanya manusia yang berpikir yang dapat memetik pelajaran berharga dari seekor anjing. Pelajaran luar biasa dapat ditemukan manusia dari alam ciptaan Tuhan, baik berupa binatang atau pun tumbuhan. Perilaku seekor anjing yang setia, pantang mengeluh, suka memberikan pertolongan kepada sesama, peduli, dan melayani merupakan sedikit contoh perilaku yang dapat kita jadikan pelajaran. Perilaku-perilaku seperti itu adalah perilaku yang menunjukkan nilai moral yang sangat terpuji.

Perilaku melayani semestinya juga melekat pada pribadi seorang pemimpin. Ia mampu memberikan pelayanan terbaik kepada rakyat yang dipimpinnya. Bukan sebaliknya, minta untuk dilayani segala kebutuhannya. Pemimpin yang memiliki mentalitas pelayan, jarang kita temui di negeri kita. Bisa kita saksikan di masyarakat, bagaimana penyambutan terhadap seorang pejabat negara yang akan melakukan kunjungan kerja. Segala rupa disiapkan, agar bisa terlihat baik dihadapan sang pejabat. Bahkan, terkadang terpaksa mengada-ada supaya pejabat yang datang merasa senang.

Memilih pemimpin pun sebaiknya harus dengan cerdas, apakah orang yang akan dipilih memiliki mentalitas melayani atau ingin dilayani. Jangan sampai kita tertipu oleh rayuan dan pencitraan yang hanya akan "menyusahkan" di kemudian hari. Permainan dramaturgi yang hanya menipu sebaiknya dihindari. Fenomena semacam ini sangat kentara sekali dalam permainan politik di negeri kita. Memang sepertinya sudah menjadi trend bagi para politikus di negeri kita, bahwa untuk menarik perhatian orang perlu menerapkan teori dramaturgi. Biasanya, orang di kemudian hari akan terkecoh karena ada perbedaan antara peran yang dimainkan (front stage) dengan fakta yang sebenarnya terjadi (back stage) (Ritzer dan Goodman, 2010: 298).

Binatang telah banyak mengajarkan kepada manusia tentang banyak hal. Perilaku-perilakunya yang lucu dan unik dapat dijadikan sebagai media dalam pengembangan nilai-nilai moral. Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang diberikan berbagai kelebihan dibandingkan dengan yang mahluk lainnya, harus terus berupaya menuju kesempurnaan dengan kelebihan yang dimiliki. Jangan sampai kalah dengan binatang, apakah kita tidak malu jika kalah sama binatang?

Salam Cinta Binatang!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun