(31/07) Kelompok 142 melakukan workshop ecoprint dengan siswa kelas 5 di SDN Tisnogambar 01 Kecamatan Bangsalsari Kabupaten Jember. "Kita memilih mengajarkan kepada kelas 5 sd di karenakan merka masih dapat meneruskan keterampilan ini pada kelas 4, 3, 2, 1 dan juga mengajari kakak kelas 6", ungkap Eka selaku koordinator proker ini.
Apa sih itu Ecoprint?
Ecoprinting adalah sebuah teknik cetak dengan pewarnaan kain alami yang cukup sederhana namun dapat menghasilkan motif yang unik dan autentik. Prinsip pembuatannya adalah melalui kontak langsung antara daun, bunga, batang atau bagian tubuh lain yang mengandung pigmen warna dengan media kain tertentu. Dalam proses ecoprint, dikenal dua teknik pewarnaan, yaitu teknik iron blanket dan teknik pounding. Dalam teknik iron blanket, langkah pertama yang dilakukan adalah mordanting (pembersihan kain dari kotoran). Proses mordanting ini sama saja seperti mencuci pakaian. Setelah itu, siapkan pewarna dari bahan alam dengan merendam dedaunan dalam larutan cuka. Hal ini bertujuan untuk mengeluarkan zat warna pada dedaunan dengan maksimal. Lalu, setelah pewarna siap, bentangkan kain yang sudah dibersihkan dan tempelkan dedaunan yang sudah direndam dengan larutan cuka. Kemudian, gulung dengan pipa paralon lalu ikat dengan tali. Tahap terakhir, yaitu kukus kain yang telah diikat selama 2 jam.
Karena dibuat dengan bahan alami, motif kain yang dihasilkan biasanya akan selalu berbeda meski menggunakan jenis daun dari tumbuhan yang sama. Warna dan motif yang tercetak pada kainpun pada umumnya akan memiliki karakteristik yang otentik bergantung pada letak geografis tanaman berasal. Untuk menentukan apakah sebuah tanaman bisa dijadikan pewarna alami dalam ecoprinting atau tidak, kita dapat mengujinya berdasarkan warna, kandungan air dan aroma tanaman. Kandungan air sangat mempengaruhi keberhasilan proses ecoprinting sendiri.
- Tanaman beraroma tajam dapat menjadi salah satu indikasi bahwa tanama tersebut dapat digunakan sebagai pewarna alami.
- Jika tanaman digosokan kesebuah kain dan meninggalkan noda maka daun tersebut potensial untuk dijadikan pewarna alami.
- Apabila daun direndam pada air panas selama 10 menit dan merubah warna pada air tersebut maka tanaman ini juga berpotensi menjadi pewarna alami.
- Ciri-ciri tersebut terdapat pada daun jati, eucalyptus, stroberi, jambu, pare, pohon Nangka, tanaman bougenfile, daun papaya, daun kelor, daun pakis dan sebagainnya.
Dalam proses pembuatan ecoprint, tidak semua jenis kain bisa dipakai. Hanya kain dari serat alam lah yang bisa digunakan. Kenapa hanya kain dari serat alam? Karena hal itu bertujuan untuk memudahkan penyerapan warna dari daun ke serat-serat benang. Beberapa serat alami yang bisa digunakan antara lain adalah serat kapas (serat yang berasal dari biji tanaman ordo Malvales), serat linen (serat yang berasal dari tumbuhan rami), dan serat sutra (serat yang bersumber dari larva ulat sutra murbei (Bombyx mori)). Jenis kain yang dapat digunakan pada ecoprinting; kain blacu, kain mori, kain dobby,kain paris, katun sari, kain sutra dan kain katun.
Kegiatan workshop yang telah dilakukan oleh mahasiswa KKN 142 di SDN Tisnogambar 01 berjalan lancar dan mendapatkan respon positif dari siswa -- siswi. Siswa -- siswi SDN Tisnogambar 01 sangat antusias dalam melaksanakan kegiatan ecoprint karena hal ini merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan oleh mereka. Kepala sekolah SDN Tisnogambar 01 juga memberikan respon positif dengan memperbolehkan mahasiswa KKN 142 mengajar ecoprint. Melalui kegitan ecoprint ini harapannya dapat meningkatkan kreativitas dan meningkatkan kepedulian akan lingkungan pada siswa -- siswi SDN Tisnogambar 01.
Website :
- UNEJ : https://unej.ac.id/
- UDS : https://uds.ac.id/
- UNIPAR : https://unipar.ac.id/
- ITS Mandala : https://itsm.ac.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H