Dahulu dongeng sebagai pengantar tidur. Saat kecil dahulu sangat menyukai ceerita-cerita dongeng baik dari dalam ataupun luar negeri. Namun sekarang kita hampir tidak pernah menemui anak-anak mengetahui cerita dongeng Indonesia. Yang anak-anak tahu sekarang cerita animasi dari luar negeri seperti Pixar dan Disney, sayapun termasuk penggemar film-film animasi tersebut, namun harapan saya dongeng cerita rakyat kita jangan dilupakan dan harus tetap dilestarikan.Â
Putri-putri dongeng kita tidak kalah menarik dari para princess Disney. Jika generasi sekarang sangat mengenal sekali tokoh Cinderella, Jasmine, dan Elsa Frozen maka mereka juga harus mengenal Timun Mas, Putri Purbasari, Putri Candrakirana dan lain-lain.
Selain ceritanya yang menarik, dongeng kita memiliki nilai filosofis yang terkandung di dalamnya. Menurut saya salah satu bentuk mengenalkan budaya dan melestarikannya adalah tetap menceritakan kisah dongeng Indonesia kepada anak-anak seperti dahulu orang tua  atau guru kita lakukan. Kalau bukan dari kita, siapa yang akan meneruskan cerita dongeng ini untuk generasi ke depan.
Dongeng termasuk karya sastra paling menarik. Entah ceritanya berasal dari mulur ke mulut atau ditulis oleh pujanggga pada jamannya. Cerita dongeng begitu kental dengan cerita fantasi, supranatural, dan seputar tentang kehidupan keluarga kerajaan juga terkadang memiliki kaitan sejarah di masa lampau, yang kemungkinan dibuat untuk menggambarkan suasana kehidupan sosial yang dikarang dengan tujuan memberikan pelajaran atau nasihat.
Tidak hanya untuk anak-anak, cerita dongengpun dapat memberikan nilai kepada orang dewasa yang sudah mampu berfikir. Bahkan nilai yang terkandung masih bisa relate untuk kehidupan di jaman modern ini. Berikut adalah cerita dongeng untuk mengingat kembali. My childhood recall. Here we go.
Cerita Jaka Tarub identik dengan tujuh bidadari dengan berbagai banyak macam versi.
Cerita berawal dari Jaka Tarub bayi yang ditinggalkan di hutan karena kelahirannya tidak dikehendaki. Pada suatu hari seorang lelaki paruh baya bernama Ki Ageng Selondoko sedang berburu di tengah hutan menemukan seorang bayi sendirian. Ia berniat memboyong pulang ke rumah, namun ia ingin menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu. Kemudian bayi itu ia letakkan di bawah pohon.
Di lain tempat di suatu desa hiduplah seorang janda tua bernama Nyi Wulanjar yang hidup seorang diri. Ia tidak memiliki anak hingga suaminya meninggal dunia, namun begitu ia masih tetap berharap bisa memiliki seorang anak agar ia tidak kesepian. Pada suatu hari Nyi Wulanjar pergi ke hutan. Di sana ia mendengar ada suara tangisan bayi, kemudian ia mencari sumber suara tersebut.Â
Setelah dicari dan akhirnya ia menemukan sosok bayi mungil sendirian di bawah pohon. Ia bertanya-tanya mengapa ada bayi sendirian di tengah hutan ? kemanakah orang tuanya ? dalam keadaan bingung namun sebenarnya ia juga bahagia. Janda tua itu merasa mungkin saat ini doanya sudah terjawab bahwa akhirnya ia akan memiliki anak. Kemudian bayi itu ia bawa pulang untuk ia rawat.
Sementara itu Ki Ageng Selondoko telah menyelesaikan kegiatan berburunya dan kembali untuk mengambil bayi yang ia temukan tadi, namun sesampainya di sana bayi itu sudah tidak ada. Ia berfikir bayi itu pasti sudah dimakan oleh binatang buas yang ada di hutan. Ia pun menyesali perbuatannya dan merasa bersalah karena telah meninggalkan bayi itu seorang diri.Â
Saat di perjalanan pulang ia berpapasan dengn seorang yang mengabarkan kepadanya bahwa di suatu desa ada seorang wanita tua yang menemukan bayi dari dalam hutan. Tanpa pikir panjang Ki Ageng Selondoko langsung bergegas ke runmah wanita yang dimaksud. Ia yakin bayi yang wanita itu temukan adalah bayi yang ia temukan pertama kali.