Mohon tunggu...
Murdani Tulqadri
Murdani Tulqadri Mohon Tunggu... -

Saya adalah orang yang senantiasa haus akan ilmu. Maka kumohon tolonglah saya untuk menghilangkan dahaga ini dengan ilmu yang Anda miliki walaupun itu hanya satu ayat...

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisahku dengan Sesuatu yang Bernama "Hotpantsss"!!!

17 September 2012   16:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:20 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baik! Kumulai kisah ini dengan berpikir bebas bahwa tugas kuliah telah tiada dan final telah jauh melangkahi hariku—yah, walaupun hanya untuk semester ini. Hm, tebakan Anda mungkin benar, bahwa aku masih berstatus mahasiswa di sebuah perguruan tinggi dengan kadar temperamental mahasiswanya rata-rata tinggi dan sering menyebabkan bentrokan dengan atmosfer cukup tinggi (baca: panas). Perguruan tinggi itu bernama Universitas Negeri Makassar.

Baru saja aku menghadiri suatu musyawarah untuk kegiatan penyambutan Ramadhan. Nama kegiatannya ialah Penataran Seputar Ramadhan (untuk selengkapnya, lihat artikel sebelumnya, semoga Anda dapat berpartisipasi). Dalam kegiatan tersebut, peserta akan dibina dan diberikan tips bagaimana menghadapi bulan Ramadhan agar dapat mengeluarkan kemampuan maksimal dan optimal untuk meraih kebaikan dan pahala yang begitu besar terpampang dan terhampar di bulan yang penuh berkah tersebut.

Sebelum aku menulis kisah ini, banyak hal yang kutemui dalam perjalanan pulang ke “rumah”-ku setelah agenda musyawarah kubungkus pulang. Sembari mengayuh sepeda bekas yang sekitar beberapa bulan lalu kubeli di depan lapangan Matoanging, Makassar—kalau tidak salah, pikiranku melayang entah ke mana. Sekadar menikmati kesunyian malam dan berpikir untuk kehidupan masa depan. Terkadang pikiranku sedang membayangkan Madinah—karena aku ingin sekali kuliah di Universitas Islam Madinah, doakan kawan semoga terwujud.—, terkadang di rumah keluarga di Daya, Makassar, terkadang di Parepare kampung halaman tercinta, dan paling sering membayangkan berjuta kenikmatan di taman surga.

Banyak hal yang kutemui dalam kayuhan sepedaku. Namun satu hal yang belum terlupakan sama sekali! Wanita tepatnya. Yah benar, wanita, siapa lagi kalau bukan dia yang tercipta dari tulang rusuk sebelah kiri itu dengan paras yang memikat nan hati yang lemah gemulai.

Masih saja ada wanita yang keluar malam-malam tanpa disertai mahramnya. Ada yang bersepeda mendahuluiku dengan memakai celana yang kata orang disebut Hot Pants yang ketika dialihbahasakan berarti celana panas. Aku tak tahu, apakah benda tersebut pantas disebut celana atau kain lap dapur. Aku juga tak tahu, mengapa ada wanita yang mau memakai celana dengar kadar temperatur yang “panas” dan pendek super duper pendek.

Satu dari sekian banyak tanya dalam kepalaku, apakah ia tidak takut masuk angin atau minimal takut digigit nyamuk? Entahlah, toh saya tidak pernah memakai celana panas tersebut.

Celakanya, mata ini yang sedari tadi tenang menatap jalan, tiba-tiba terganggu dengan pemandangan panas sepanas benda yang ditatap. Astagfirullah, lalu kualihkan pandangan sejauh 180 derajat—kurang lebih—sesuai perintah Allah. Padahal kejadiannya hampir tengah malam loh!.

Ada yang lucu. Jangan pernah menundukkan pandangan ketika dalam keadaan dan situasi seperti di atas! Mengapa? Bukannya aku melarang Anda untuk menundukkan pandangan seperti perintah Allah. Namun ketika Anda memandang ke bawah maka justru Anda makin mantap menatap pusat benda yang belum pantas untuk Anda nikmati dan katanya “panas” itu.

Aku serius! Maka, menundukkan pandangan di sini mungkin berarti bahwa menjaga pandangan dari pemandangan yang belum pantas untuk dipandang—tahanlan kawan, pasti Anda akan memandangnya juga dalam keadaan yang halal, tapi nanti, intinya SABAR. Entah dengan cara menundukkan pandangankah atau mencari arah yang lain untuk menaruh mata agar tetap aman dari area terlarang, mungkin itu maksudnya.

Beberapa waktu kemudian, setelah wanita yang memakai kain yang sangat kekurangan itu mendahuluiku jauh di depan sana, pikiranku kembali melayang entah ke mana. Ia berpadu dengan mata menatap nanar sang aspal kering yang senantiasa sabar untuk dilalui. Sampailah aku di sebuah pasar mini (minimarket) yang buka 24 jam. Nama belakang bagian pasarnya ialah “mart”, nama belakang pasaran yang sedang merambah dan menjalar di setiap pelosok di Indonesia, mungkin mulai dari tumbuhnya pohon kelapa di Sabang sampai dengan ditebangnya sagu di Marauke, sekali lagi, itu mungkin, catat itu! Kuparkir sepedaku di area bebas pembayaran parkir—iyalah aku hanya ingin membeli barang sedikit, masa aku harus kena uang parkiran, lagi pula kendaraanku sepeda, kawan.

Kaki kanan melangkah masuk, di sambut musik disko tak karuan. Aku yakin, orang yang membuat musik jenis ini, khususnya yang terpaksa aku dengar ini—karena memang musik haram bagiku—adalah pemula dalam dunia per-disko-an! Ritme tidak teratur, nada acak-acakan, bas tak karuan, sangat jauh dari kebagusan. Tujuanku hanya satu, sebuah cairan putih kental dan pekat bernama lotion untuk menyenyakkan tidur dan mengenyahkan sang parasit bernama “nyamuk”. Di tengah pencarianku, ada lagi seorang wanita bermata sipit, berkulit kuning langsat—mungkin. Mungkin orang beretnis Tiong hua. Sekali lagi mungkin, dan sekali lagi catat itu!—masuk ke toko yang sama tempat aku berpijat. Tak kalah parah dengan wanita sebelumnya, wanita ini menggunakan celana yang tak kalah panasnya.

Akhhhh… ingin rasanya aku berteriak sekencang-kencangnya. Kukutuk orang yang mengorbitkan celana jenis setan seperti itu, kekutuk orang yang menjahitnya hingga ia tak ubahnya kain lap atau celana anak berusia empat tahu-an, kukutuk orang yang menjualnya, kukutuk model yang memeragakannya baik yang pertama kali memeragakannya di catwalk Perancis atau pun orang yang terakhir kali memeragakannya di pasar Labukkang, Parepare. Hati ini hanya bisa mengingkari, apalagi mata ini, yah mata ini sebagai korban perzinahan paksa harus berspekulasi memandang barang yang tak pernah terbetik dalam hati untuk membelinya. Maunya mulut menegur, namun setan dibisikkan bahwa ia bersama suaminya masuk ke tokoh tersebut, nanti aku kena pukul katanya, akhhhh inilah selemah-lemah iman. Akhirnya kudoakan, semoga mereka mendapat hidayah agar berpakain yang sesopan mungkin, kalau perlu pakai jilbab!

Dapat! Dengan wangi bunga Granium satu pak dan wangi kulit Jeruk satu pak kubawa ke kasir lotion itu. Kembali musik disko tak berseni itu memaksa masuk menghentakkan gendang telinga yang tak berdaya untuk tidak mendengarnya. Sungguh musik yang tak berseni! Kukutuk pula orang yang menciptakannya dan menyebarluaskannya, paling tidak semoga mereka sadarlah.

Aku masih bingung, kok bisa ada orang yang menyukai musik jenis setan ke-2 demikian. Bagaimana pula orang-orang yang senantiasa berjoged di tempat dugem (dunia gemerlap), lebih gaulnya diskotik itu. Musik itu bisa membangkitkan syahwat manusia untuk bermaksiat ketika terlena dan mabuk kepayang mendengarkannya. Benar-benar kukutuk orang yang menciptakannya!

Selepas menyelesaikan transaksi pembayaran, kulangkahkan kaki menuju keluar untuk menunggangi kuda besi tak bermesinku. Alhamdulillah, aku benar-benar bebas dari biaya parkiran—maklumlah kawan, aku masih berstatus mahasiswa. Kembali kaki mengayuh dengan berat sepeda yang kuberi nama Al Asykar itu. Eits, baru beberapa puluh meter kujalani, kulihat lagi seorang wanita dengan empat orang lelaki berbincang. Entah apa yang mereka lakukan. Sang perempuan memakai pakaian yang juga kekurangan kain—namun masih mending daripada dua wanita sebelumnya. Entahlah, entah apa yang mereka bicarakan.

Dunia ini benar-benar akan kiamat!!! Terbukti lagi perkataan Rasulullah saw bahwa ia belum melihat penghuni neraka yang memakai pakaian tapi telanjang. Sekarang, kamilah umatnya yang senantiasa dipaksa dan dicocori pemandangan panas tak sedap tersebut. Ya Allah, inikah hasil dari sebuah paham kebebasan sampai-sampai ingin bebas bertelanjang di depan umum? Inikah yang disebut hak asasi manusia (HAM) yang melanggar mata-mata orang untuk memandang secara aman dan nyaman? Inikah pemahaman liberalisme yang senantiasa memembunuh adat ketimuran yang sopan dan santun itu? Inikah pemahaman sekuler yang senantiasa diagung-agungkan sehingga kehidupan terpisahkan dari agama, padahal agama sebagai sarana untuk berinstropeksi serta sarana menapaki jalan kehidupan yang haq dan benar?

Kumohon Anda yang membaca susunan-susunan huruf ini agar sadar dan menyadarkan yang lain bahwa kita sedang dijajah. PEMIKIRAN KITA yang DIJAJAH oleh MEREKA KAUM KAFIR senantiasa menjauhkan kita dari agama kita, menjauhkan kita dari Alquran, menjauhkan kita dari Assunnah, dan menjauhkan kita dari para ulama. Bahkan kita sendiri yang alergi terhadap sesuatu yang berbau agama, padahal hal itu merupakan sarana untuk kita keluar dalam alam kegelapan menuju alam yang terang dan menerangkan. Kalimat yang sering kita ucapkan ketika membuka suatu diskusi atau pagelaran acara.

Lalu, aku bertanya kepadamu wahai kawan, apa bedanya kita dengan orang-orang di zaman Jahiliah kalau begitu keadaannya? Terbukti lagi perkataan Rasulullah saw, Islam datang dalam keadaan terasing dan akan kembali dalam keadaan terasing pula. Maka kawan, beruntunglah orang-orang yang senantiasa terasing karena Allah. Kapan kita sadar? Kapan kita mau bertobat? Ketika sudah tua? Apakah kita yakin kita hidup sampai tua? Benar-benar yakin? Betulkah ungakapan bahwa ”Muda hura-hura, tua foya-foya, mati masuk surga”? Murobbiku bilang sih “Punna Upa’”—kalau beruntung!!!

Kisah ini kukhususkan bagi kaum wanita yang memang nantinya paling banyak memasuki neraka—ini pernyataan dari Rasulullah saw kawan. Begitu pula dengan kaum lelaki untuk senantiasa menjaga pandangan dan menahan kemaluan. Susah kawan? Benar sekali, sungguh benar, sangat-sangat susah! Karena memang cobaan dan ujian terbesar dalam dunia sang penipu ini bukanlah harta dan tahta, namun WANITA, kawan. Namun tak mengapa, kebaikan dan pahala yang kita dapatkan berbanding lurus dengan usaha kita untuk menegakkan syiar dan menaati perinta Allah Swt serta menahan dari yang mungkar. Lalu dimanakah posisi kita sekarang? Karena tidaklah seseorang dikatakan beriman sebelum ia mengalami ujian yang membuktikan keimanannya, sekali lagi, catat itu!

Sekadar nasehat kawan (wanita), jagalah hijab Anda, kumohon jagalah. Ketika engkau menjaganya, niscaya engkau melakukan dua bahkan lebih kebaikan. Engkau telah mengikuti perintah Allah untuk menjaga hijab dan setidaknya engkau tak memaksa kami untuk berzina melalui mata kami. Jangan katakan bahwa sang penulis adalah orang bersih dan saleh. Aku katakan, jauh dari itu. Anda dosa itu mengeluarkan bau busuk, niscaya engkau aku akan menciumnya dari tubuhku dan menjauhiku. namun senantiasa aku memulai untuk menghilangkan bau itu dan memperbaiki diri. Itu kawan, dan terakhir kali, catat itu! :)

Sekadar catatan: pandangan-pandangan yang senantiasa kuceritakan ialah pandangan yang tak sengaja karena terpaksa dan pandanganku pun langsung kualihkan kawan. Maka jangalah Anda menghardik, mencelah, dan berpikiran buruk kepadaku. Kukisahkan ini agar kita dapat mengambil hikmah di dalamnya. Ketika ada yang salah dan menyinggung perasaan Anda maka itu datangnya dari aku pribadi dan setan laknat Allah. Namun ketika ada yang menyinggung Anda dan itu adalah kebenaran maka kuucap syukur karena itu datang dari Allah Swt. Wallahu ‘alam.

29 Juni 2012

Pedih dan perih untuk umatku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun