Kalau Anda yang terbiasa menaiki KRL dari Stasiun Sudimara, cobalah sesekali perhatikan spanduk yang ada di depan tempat parkiran motor yang dekat dengan lapangan bola. Di sana tertulis jelas siapa yang buang sampah sembarangan di daerah situ, maka di sumpahin agar cepat mati. Mungkin ini bentuk komunikasi tertulis lewat spanduk yang sudah kesal karena banyak yang membuang sampah di situ. Akibatnya banyak tumpukan sampah.
Saya sendiri pernah mempunyai pengalaman di kampung. Ada tanah nenekku yang dipenuhi dengan tanaman bambu. Warga sekitar justru malah sering dijadikan tempat pembuangan sampah.Â
Padahal, tanah tersebut adalah tanah yang jelas-jeals ada pemiliknya dan sering dikunjungi. Jadi, bukanlah semacam tanah kosong tak berpenghuni. Secara pribadi saya merasakan dan memahami dengan isi panduk yang menyumpahi si pembuang sampah agar cepat mati.Â
Kemungkinan karena sudah kesal memuncak  dan berulangkali sudah ada tulisan "dilarang membuang sampah disini", namun tetap tidak dihiraukan. Akibatnya keluarlah spanduk ekstrim tersebut.Â
Kira-kira setelah ada tulisan itu, bagaimana ya perasaan si pembuang sampah? Â Takutkah? Sadar? atau tak peduli? Kalau sekedar takut dan tak peduli, maka sangat jelas si pembuang sampah memang orang yang tak berakhlak.Â
Namun sebaliknya, jika sadar, maka si pembuang sampah benar-benar orang yang terbuka hatinya dalam menerima kebaikan. Tipe orang seperti ini yang sejatinya akan bahagia kelak.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H