di malam yang hening ini, saya mencoba menulis dengan kemampuan menulis saya yang masih terasa minim, namun jika tidak saat ini, maka kapan saya akan mencoba. tidak apalah sedikit tapi insya Allah akan bermanfaat untuk orang lain atau saya setidaknya.
Setiap hari di jalan, di tempat kita bekerja bahkan dimana pun kita melihat tiap orang sibuk dengan pekerjaannya. Jika kamu adalah seorang guru maka kamu akan sibuk dengan mengajar, membuat lesson plan, dan kegiatan rutin guru di sekolah. Dan jika kamu seorang dokter maka akan sibuk dengan mengobati pasiennya, dan begitu seterusnya, masing-masing kita sibuk dengan yang kita lakukan bahkan presiden pun yang merupakan kepala negara yang mempunyai banyak tugas negara, namun walau begitu, pertanyaannya adalah apakah masing-masing kita akan sukses karena pekerjaan dan kesibukan kita?? apakah setiap kita mendapatkan kebahagiaan dan kesuksesan yang sama karena kesibukan yang sudah kita lakukan ? ? apakah setiap kita mampu berprestasi dalam kesibukan kita?? jawabannya adalah ada pada langkah pertama kita. ketika kita melangkah memulai melakukan kesibukan kita dengan setengah hati maka sebenarnya mereka sudah menanamkan satu bibit kegagalan. Al mutanabbi (salah satu penyair Abbasiyah yang karyanya dikenal dan salah satu penggalan puisinya tertulis di dinding perpustakaan nasional di Jakarta) mengatakan "Manusia dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Kebesaran jiwa mereka yang menentukan karya besar mereka memang besar". Saudaraku, bila kita sadari bahwa awal perubahan besar itu bila kita berpikir besar. Kita tidak akan menjadi besar bila hati kita disibukkan oleh perkara remeh dan hina yaitu karena kita menghamba pada alam fana dan tidak menyandarkan semuanya pemilik pencipta. Seorang guru misalnya jika ia tidak mengajar dengan setulus hati karena menjalankan amanahnya yang berprofesi sebagai pendidik maka percuma saja. kenapa??? karena boleh saja ia mengajar, mentransfer ilmu nya kepada anak didik untuk menjadi pintar secara akademik, namun anak itu tidak akan dijamin menjadi anak sholeh dan baik yang kelak akan bermanfaat untuk orang lain bahkan bisa jadi kelak menjadi orang pintar yang menipu na'udzubillahimin dzalik dan begitupun profesi lainnya jika dilakukan setengah hati. Mengapa kita sering membiarkan momentum berlalu tanpa prestasi bermutu? masing-masing kita mempunyai waktu, jam, hari, minggu yang sama. Mari kita belajar dari orang biasa yang luar biasa yaitu orang yang tidak membiarkan waktu berlalu tanpa diisi dengan amal islami. Saudaraku, WE HAVE NO TIME. YUK segera menata diri dan menata waktu yang ada ini agar bermanfaat menjadi amal jariyah di dunia dan di akhirat. Kunci nya adalah "SELAI GA-DO" :mulai dari SEkarang, muLAI dari yang terkecil, mantapkan itu sehingGA menjadi habit barumu, bangunlah ketika kamu DOwn.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H