Mohon tunggu...
Wildan Muqorrobin
Wildan Muqorrobin Mohon Tunggu... -

@wildanmu

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Menyelamatkan Informasi di Tengah Banjir Data Dunia Maya

27 Desember 2016   12:09 Diperbarui: 29 Desember 2016   15:24 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apabila kita amati, secara umum tampilan pada media sosial memiliki fungsi dari masing-masing icon tombol yang menyebabkan adanya aksi dari kejadian, dalam konteks ini adalah tindakan yaitu pengguna meng-klik atau tidak. Seperti pada perangkat gerak smartphone, apabila pengguna hanya menerima informasi kemudian meng-klik atau menyentuh saja tombol "Bagikan", maka secara cepat dalam hitungan detik informasi tersebut pun tersebar, dan ter-indeks otomatis di beranda, fenomena estafet informasi terus banyak mengalir sampai sekarang. Sebenarnya yang menjadi pertanyaan, apa yang ada pada informasi itu, mengapa saya (pengguna) harus membuka dan membagikan itu, apa yang ingin disampaikan,  dan dampak apa yang akan terjadi. 

Hari terus berganti, saat ini tentu pengguna semakin cerdas dengan selalu memeriksa verifikasi apakah data-data tersebut benar dan informasi yang beredar sesuai peristiwa yang ada. Sebuah survey menyebut bahwa 71,7 persen orang menggunakan media sosial untuk keperluan sosialisasi komunikasi sedangkan 51,2 persen dari total penduduk Indonesia semata-mata untuk mengikuti perkembangan jaman.

Meskipun tidak berlaku selamanya, bahwa kita mulai ber-media sosial, segala data-data kita akan tersaji dan kemudian membentuk pandangan siapa diri kita dan aktivitas apa yang kita lakukan di media sosial, yaitu terlihat data nama, alamat, pekerjaan, hobi, tautan dan lain-lain, tentunya tidak bisa di nilai secara lurus begitu saja hak akses berpatok pada kepentingan prioritas pengguna masing-masing dan yang tidak ketinggalan pihak ketiga yaitu peran ketersediaan koneksi internet itu sendiri. 

Apa yang bisa diselamatkan?

Walaupun akses informasi lewat internet sudah ada sejak lama, sampai saat ini tidak sedikit pengguna yang merasa bosan dan membiarkan akun informasi begitu saja dan bahkan membuat duplikat lagi namun  ada pula yang terus aktif melalui akun personalnya di media sosial, terlepas dari informasi yang hoax, provokasi atau hiburan tersebut, data kian menumpuk  tak  terhingga, yang pasti ada pemberi  dan penerima informasi dan konten adalah proses pesan kemudian itu menjadi keputusan bagi pencerna informasi pengguna media sosial.

Lalu apa yang bisa diselamatkan sementara informasi kian keruh, mengklasifikasi, mungkin dengan menyaring dan memastikan prioritas melalui informasi yang berbobot, contoh penerapan  yang  sudah  ada seperti ulasan dari pelayanan publik atau toko, alamat tujuan wisata, testimoni profil kepuasan customer, nomor telepon penting dan lain-lain semuanya disusun hingga menjadi sebuah informasi baik dalam bentuk perangkat gerak maupun website, ini memungkinkan kita berinteraksi atas kebutuhan kita, buat apa membuat kian banyak akun personal kalau hanya yang dipakai hanya satu media saja.

Secara pengalaman tentu kita sebagai pengguna tengah beralih ketika semua pelayanan berbasis informasi mulai dari pesan tiket, informasi kondisi jalan terintegrasi 24 jam, pemetaan geografis daerah, pelacakan status kiriman paket, dengan tujuan memudahkan pengguna atas kebutuhan, meskipun wilayah Indonesia sangat luas memiliki pola penggunaan yang berbeda-beda dan belum menyeluruh digunakan oleh publik, kebermanfaatan teknologi informasi memiliki masa depan yang dapat memberikan solusi atas masalah yang ada, lalu siapa yang dapat menggunakan, kenyataan sekarang era digital dari berbagai negara masuk persaingan apalagi pasar di Indonesia, tentunya ada tahapan analisa kelayakan informasi yang diiringi langkah baik, ketika program teknologi dari pemerintah dijadikan proyek dan masyarakat enggan menggunakannya, lantas siapa lagi, padahal masih ada masa yang akan datang dengan segala kemungkinan.

Indonesia punya banyak ragam di dalamnya seperti ciri permainan tradisional, pembelajaran edukatif siswa, hiburan, sistem pemasaran produk terintegrasi antar  perangkat, sistem  darurat  bencana,  lingkungan dan apapun bisa difungsikan dengan sentuhan teknologi informasi untuk keperluan yang layak, bukan hanya tren sekadar lewat begitu saja, semestinya digunakan untuk saat ini dan bisa dirasakan manfaat oleh anak-cucu nanti.

Referensi:

  1. Profil Pengguna Internet Indonesia 2014, Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
  2. Kebutuhan Data Ketenagakerjaan untuk Pembangunan Berkelanjutan, BPS Indonesia 2016
  3. The State of Social Media and Messaging In Asia Pacific
  4. Digital in 2016 We Are Social

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun