Mohon tunggu...
Mas Muqoddasi
Mas Muqoddasi Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat

Belajar, belajar dan belajar. :)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenali Makna dari Momen-momen Hidup

7 Agustus 2017   14:04 Diperbarui: 7 Agustus 2017   14:36 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap manusia berjalan melewati serpihan rasa dari keadaan yang seringkali berubah. Tapi ada dari mereka melupakan suatu hal yang penting untuk diketahui. Mengenali makna dalam momen-memen hidup, mencari tahu peran cinta dan suara hati yang menjadi acuan untuk menjawab persoalan hidup. Tampa cinta dan suara hati untuk mengenali makna dalam hidupnya, ketakutan untuk menjawab persoalan seakan menjadi sahabat dari setiap keputusan yang akan kita ambil. Mungkin tidak selalu mudah untuk menulusuri dimana cinta dan suara hati berperan dalam hidup kita, 

tapi jika kita berhenti sejenak untuk merenungkan dan mencermati keputusan-keputusan kita, cinta dan suara hati akan tampak dengan jelas. kita yang bekerja siang dan malam tak kenal lelah untuk melihat anak kita bisa sekolah bisa ceria dengan mendapatkan keinginannya, kita memberi saran kepada orang lain untuk membantu mereka lebih efektif dalam menghadapi persoalan hidupnya,

 kita memilih meninggalkan rumah dan keluarga memberikan waktu kita untuk membantu mereka yang terkena bencana, kita melakukan hal yang tidak kita sukai untuk melihat orang yang kita sayangi tersenyum ceria. Semua itu berawal dari cinta dan suara hati, dan jika kita melihat bagaimana dunia ini saling terhubung dengan cara ini, kita akan menemukan makna dari setiap langkah kehidupan ini.

Salah satu hal yang mengancam manusia masa kini adalah pernyataan tanpa bukti tentang adanya makna dalam hidupnya. Perasaan takut akan kehilangan, akan salah menjawab persoalan, menjadi bagian dari setiap individu manusia. Rasa takut duduk di otak kecil manusia menjadi kabut raksasa yang menutupi kegembiraan yang nyata pada setip manusia. Semakin manusia itu bisa menghapus kabut itu eksistensi mereka sebagaimana manjadi manusia yang memahami makna dalam setiap langkahnya akan semakin terlihat. Berulang kali kita mendengar dan belajar dari kehidupan para ambiya'. Mereka berjuang, bangkit dan menemukan makna disetiap langkahnya.

 Yang harusnya kita lakukan di titik awal hanyalah meluangkan waktu di kehidupan kita, memberi perhatian pada hal-hal kecil dan mengenali makna yang di kandungnya. Di kamp konsentrasi di dalam laboratorium hidup ini penulis mengamati bagaimana sebagian manusia menjadi nabi dan sebagian lainnya menjadi babi. Manusia mempunyai kedua potensi itu, potensi yang mengemuka bukan bergantung pada kondisi tapi bergantung pada keputusan. Tetaplah melangkah dan belajar untuk menemukan makna disetiap momen dalam hidup ini. karena dari situlah mungkin kita menemukan jawaban, kenapa kita di ciptakan dan dipilih untuk tetap menikmati hidup di alam dunia ini. 

Rumi, seorang penyair abad ke lima belas pernah menulis "Tidak pernah terlambat untuk berlutut dan mencium bumi". Ungkapan yang menjadi sebuah pembelajaran kepada kita bahwa selalu ada ruang dan waktu untuk merenungi setiap momen yang pernah terlewati dalam hidup ini. selalu ada ruang dan waktu untuk berlutut dan mencium pengalaman yang pernah kita lalui. Selalu ada ruang dan waktu untuk mengenali makna di setiap langkah kehidupan di alam yang fana ini. Meluangkan waktu adalah langkah pertama membuka diri untuk mengenali makna.

 Namun!  perlu waktu untuk merenung, meskipun waktu yang tersedia sama banyaknya dengan yang pernah ada, sepertinya semakin sedikit waktu yang tersedia untuk kita. Teknologi telah menjadi pencuri waktu yang sangat handal. Tentu saja ada hal-hal yang baik, berkembangnya surat-menyurat melalui e-mail, akses informasi yang sangat luas melalui internet dengan di tunjang dengan teknologi telfon genggam dan berkat voice-mail tidak ada lagi pesan-pesan penting yang terlewatkan. 

Namun! Jika kita tidak berusaha dengan sungguh-sungguh meluangkan waktu untuk merenung, tidak ada lagi ruang untuk bersembunyi dari semua itu. Kita mungkin pernah melihat atau kita sendiri yang mengalami, telfon genggam bukan saja menjadi bagian dari tubuh kita tetapi juga memberi kita sebuah simbol atas tempat kita di dunia, kita tak akan pergi kemanapun tanpa telepon genggam di genggaman kita. Coba fikirkan, seberapa sering kita dipaska mendengarkan percakapan melalui telepon genggam di saat kita sibuk beraktifitas atau di saat tak ingin berbicara atau mendengarnya?. 

Berapa banyak orang yang kita kenal begitu terikat pada mailbox mereka?. Dan mereka tidak bisa membayangkan satu haripun tanpa memeriksanya. Penulis kira hal ini terjadi pada sebagian dari kita. Kita terhubung dengan kewajiban-kewajiban luar yang membatasi waktu dalam kehidupan kita. Dan hal ini Menjadi penting untuk difahami ketika teknologi menjadi dinding penghalang dalam mengenali makna di setiap momen kehidupan kita.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun