Mohon tunggu...
Zakiyya Sakhie
Zakiyya Sakhie Mohon Tunggu... Wiraswasta - Dokumen pribadi

housewife, book lovers, like traveling

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Jangan Pernah Mengajak Bicara Orang yang Memegang "Gadget", Ini Alasan dan Solusinya!

18 April 2018   12:24 Diperbarui: 18 April 2018   14:55 1001
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah  nggak sih ketika kamu serius mengajak berbicara atau bertanya sesuatu  pada seseorang yang sedang sibuk memegang handphone, dan kamu tidak  dihiraukan alias diabaikan begitu saja karena orang yang kamu ajak  bicara malah tetap fokusisasi pada layar handphone yang dipegangnya.  Sama sekali tidak mendengar apa yang kamu bicarakan meskipun kamu sudah  meninggikan suara sekuat halilintar. Atau ketika kamu menceritakan suatu  hal, panjaaang lebaaar tinggiiii dan berapi-api eh orang yang kamu ajak  bicara jangankan menyahut atau menanggapi celotehanmu, menolehpun  tidak.

Orang tersebut justru terlihat asyik sendiri dengan dunia  gadgetnya, tersenyum dan tertawa-tawa sendiri. Dua ibu jarinya tampak  dengan sangat lincahnya mengetik huruf demi huruf di keyboard dan  memainkan touchscreen gadgetnya entah dia sedang chatting di whatsapp,  messenger, nge-youtube, googling, main medsos, dan atau apa.

Padahal di  saat yang sama kamu sedang mengajaknya berbincang. Gimana perasaan kamu?  Dongkol ? Jengkel ? Gemas? Pengen guling-guling di atas kasur? Pastinya  dongkol jengkel binti gemas jadi satu ya, sobat. Karena seolah kamu  dianggap orang yang tiada guna dan tidak dianggap ada atau lebih  menyesakkan lagi dianggap barang mati. Ihik, ... benar-benar menyebalkan  ya, Sob.

Berbincang dengan orang yang sedang fokus pada gadgetnya adalah bentuk kesia-siaan.

Diakui  atau tidak memang begitulah fakta yang banyak terjadi di sekitar kita  sekarang ini. Sejak gadget membumi, orang seperti mendadak bisu, tuli, dan tidak saling mengenal. Diajak berbicara bagaikan tidak mendengar,  ditanya hanya diam. Mata dan perhatiannya tidak bisa lepas dari  gadgetnya. Kekuatan gadget memang sungguh luar biasa dahsyatnya seperti  menghipnotis penggunanya. Membius seluruh konsentrasinya. Berbincang  dengan orang yang memegang gadget adalah bentuk kesia-siaan .

Bagaimana  tidak? Sebanyak buih di lautan kita bicara, kalau lawan bicara kita  perhatiannya hanya ke gadget, sepenting dan semenarik apapun pembicaraan  kita tidak akan berdampak apapun alias nihil. Lebih baik kita menahan  diri untuk tidak mengajak berbicara siapapun yang terlihat sedang sibuk  memainkan gadgetnya!

Jikalaupun terpaksa karena suatu keadaan, kamu bisa  mengetest terlebih dahulu tingkat kesadaran dia yakni dengan cara  menjentikkan ibu jari dan ujung telunjuk ke muka orang tersebut, apabila  dia bereaksi pada suara jentikan jarimu, itu artinya dia masih di bawah  sadar namun apabila konsentrasi dia tetap pada gadgetnya, baiknya kamu  tinggalkan, jangan mengajaknya bercakap-cakap dan sejenisnya. Hehe.  Andaipun kamu bersikeras mengajaknya bicara itu artinya kamu membuang  energi cuma-cuma lho, Sob.

Mengobrol dengan orang yang memegang gadget membuat kita kecewa

Ya  pasti kecewa ya, Sob. Coba ada tidak dari kalian yang dicuekin dan  dianggap tidak lebih berharga dari gadget namun merasa biasa biasa saja?  Ada tapi saya yakin tidak banyak. Atau boleh dikata jumlahnya bagaikan  mencari jarum di tumpukan jerami. Susah dicari. Saya sendiri tidak  jarang mengalaminya. Bahkan dengan orang terdekat saya.

Ketika saya  serius membahas suatu hal, orang yang saya ajak bicara hanya diam  membisu menekuri layar kaca gadget, sama sekali tidak mendengar saya  bicara apa, saya bertanya apa, saya sedang butuh apa. Bahkan dia tidak  bereaksi meskipun dengan kalimat basa basi pendek, katakanlah "heh",  "apa", "gimana" atau paling tidak "ya". Meskipun benar saja jika jawaban  semacam itupun tidak akan nyambung dengan apa yang saya bicarakan.  Terkadang saya harus mengulang hingga beberapa kali atau kalau tidak  saya akan berhenti untuk tidak bicara lagi.

Dan tentu saja perasaan  sebal menancap dalam dada kalau sudah seperti ini. Langkah selanjutnya,  saya memilih untuk mengambil air putih dan meminumnya banyak-banyak.  Hehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun