Mohon tunggu...
Munir Hasan Basri
Munir Hasan Basri Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya sudah menikah dengan pendidikan terakhir sarjana elektro ITB, angkatan 84. Profesi sekarang adalah Spiritual Motivation Trainer dan Director perusahaan elektronik terkemuka. Saya concern di bidang pendidikan, edukasi pelanggan dan manajemen pemberdayaan diri.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Suka Komentar

10 April 2016   10:01 Diperbarui: 10 April 2016   10:36 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sifat umum manusia adalah suka komentar orang lain atau keadaan yang dilihatnya, dan yang repot adalah kemampuan yang dimiliki untuk berkomentar hanya sebatas ilmu sesaat yang mungkin hanya tahu tapi nggak paham. Bahkan ada yang paham tapi belum pernah mempraktekkannya. Akibatnya banyak sekali komentar yang berbeda yang bisa menimbulkan "konflik".

Suka komentar itu terwujud dalam banyak hal seperti ngerumpi, curhat, ngobrol dan sebagainya. Dan telah menjadi trending topik dalam acara tv dan radio. Semua acara yang berhubungan dengan komentar tersebut adalah yang paling tinggi rating dan paling banyak digemari penonton. Dengan berdalih kebaikan untuk tahu dan belajar tentang orang lain atau keadaan tertentu jika saat kita menghadapinya. Tapi faktanya suka komentar itu cenderung membuat persepsi buruk pada diri kita terhadap komentar yang kita terima dan bisa jadi berbuat kesimpulan yang sama untuk semua orang. Dan yang lebih hebat lagi, kita sendiri takut dikomentari.

Orang berjalan saja selalu menarik buat kita berkomentar, "kok jalannya seperti itu ?" lalu kita bilang "dia itu orang aneh". dan komentar pun selalu bertambah. Salahkah kita suka komentar ? jawabannya adalah bukan salah dan benarnya komentar kita. Dengan komentar yang bener bisa bikin kita sombong dan kalau salah kita bilang wajar saja namanya juga komentar. Jadi yang perlu kita pertimbangkan dalam berkomentar adalah tentang apa kebaikannya buat kita.

Yakinlah bahwa jauh lebih baik diam untuk tidak berkomentar agar kita mendapatkan kebaikan sekalipun komentar kita itu baik dan benar. Misalkan saat kita melihat orang yang berjalan aneh, maka kita mengucapkan "Alhamdulillahi rabbil alamin saya tidak seperti itu dan Insya Allah diberi kebaikan untuk berjalan yang santun dan menyenangkan banyak orang". Dan bisa pula kita memberikan doa untuk orang yang berjalan aneh itu ... "Insya Allah dia diberi kebaikan dan kesehatan".

Bandingkan suka komentar dengan suka "berkomentar dengan cara yang baik buat kita". Mari kita hiasi kehidupan kita ini dipenuhi oleh kebaikan yang mampu memenuhi pikiran, perasaan dan hati sehingga menumbuhkan aktivitas kita semakin baik dengan penuh kebaikan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun