Di saat dunia mengecam pernyataan Donald Trump terkait Yerussaleem, pelajaran IPS kelas 6 SD malah mendukung. Indonesia kecolongan.
Membaca buku yang diproduksi untuk SD-sederajat memang bukan ranah saya (pasti juga bukan ranah Anda). Tapi, demi pengetahuan yang benar nan sakral tentu tidak masalah untuk mengoreksi bacaan adik-adik, ponakan, dan atau anak-anak kita yang masih duduk di bangku SD seperti pelajaran IPS kelas 6 SD. Aneh tapi nyata! Kalimat ini yang mewakili pola pikir, saat kita membaca buku pelajaran tersebut.
Bagaimana tidak? Dalam buku tersebut, pada halaman 69 secara gamblang menegaskan bahwa Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Parahnya, buku ini macam tidak mengakui kedaulatan palestina bukan saja Ibu Kotanya. Percayalah, penderitaan dan ketimpangan sosial di dunia tidak akan musnah lantaran bantuan fisik. Mustahil fisik dapat mengobati penderitaan dan ketimpangan secara tuntas. Sebab fisik makin renta.
Untuk Guru
Sebagai orang yang paling dekat dengan peserta didik, guru jangan sampai terkesan ragu untuk menyampaikan 'salah' yang nyata dustanya dalam literasi yang sedang diajarkan. Di sinilah pentingnya guru membaca dan memahami terlebih dahulu apa yang akan disampaikan kepada peserta didik. Sehingga benar-benar tercipta peserta didik yang mempuni kualitas pengetahuannya.
Sebab disadari atau tidak, peserta didik yang masih belajar di tingkat SD sederajat akan menerima, percaya, dan menelan mentah-mentah semua yang termaktub dalam buku bacaannya. Maka, menjadi sebuah 'keterdesakan' bagi para guru (dan orang tua) untuk mengkoreksi bacaan anak didiknya utamanya yang menjadi pelajaran wajib seperti pelajaran IPS. Selanjutnya, hal ini bisa terwujud apa bila seorang guru memandang peserta didik dengan'ainil 'ilmi(mata pengetahuan) tidak dengan'ainil mal(mata sertifikasi).
Untuk Kemendikbud
Sehebat apapun sistem pendidikan yang diterapkan dan dicanangkan jika tidak menindak-lanjuti kesalahan-kesalah seperti yang terdapat dalam pelajaran IPS kelas 6 SD ini maka jangan harap bisa mewujudkan cita-cita leluhur yakni mencerdaskan kehidupan. Apalagi kedustaan dalam mata pelajaran SD tersebut berindikasi disengaja karena sangat kentara terstruktur. Apabila sudah terstruktur bisa dipastikan kedustaan macam ini akn terulang.
Ibarat memenuhi negeri dengan rumah sakit tapi penderitaan dan kesakitan kian berlanjut. Maka untuk memutus keberlanjutan ini Kemendikbud mengerahkan personilnya. Jelas mengerahkan personil bukan untuk berperang melainkan untuk lebih teliti dalam detail terkait konten mata pelajaran khususnya yang diperuntukkan SD sederajat.