Jangan Sekali-Kali Meninggalkan Sejarah ( Jas merah) adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh Soekarno, dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966. Oleh karena itu, ulama dan santri adalah bagian dari sejarah yang tidak bisa untuk dilupakan atas kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Setelah adanya keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 2015 menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Artinya, ini adalah Hari Santri yang ketiga tepat pada tanggal 22 Oktober 2017. Pada tanggal 22 oktober 1945 oleh para santri dan ulama pondok pesantren dari berbagai penjuru Indonesia yang mewajibkan setiap muslim untuk membela dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari serangan penjajah.
Peringatan Hari Santri di adakan di  seluruh Indonesia tidak lupa juga diadakan di Rimbo Bujang. Majelis Wakil Cabang Nahdatul Ulama (MWC NU) Rimbo Bujang menggandeng seluruh pondok pesantren Rimbo Ilir, Rimbo Bujang dan Rimbo Ulu. Kegiatan Penetapan Hari Santri sekaligus untuk mengenang, meneladani dan melanjutkan peran ulama dan santri dalam membela dan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Setelah para santri dan santriwati mengikuti kegiatan upacara kenaikan bendera merah putih di Pondok Pesantren Nurul Jadid, selanjutnya para santri dan santriwati berjalan berbondong-bondong menuju masjid Al-Huda untuk mengikuti kegiatan puncak hari santri yakni pengkajian dan bershalawat bersama dengan para pemimpin pondok pesantren dan para tamu undangan.
Untuk kegiatan peringatan hari santri yang akan datang direncanakan akan ada penambahan dengan di adakannya festival hadroh dalam bentuk untuk meramaikan peringatan Hari Santri. Diharapkan, seluruh kelompok hadroh di Rimbo Ilir, Rimbo Bujang dan Rimbo Ulu untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut dalam beberapa hari.
Adi, merupakan seorang santri mengaku senang dengan diadakanya kegiatan peringatan Hari Santri ini. Dia berharap kegiatan peringatan Hari Santri ini akan terus diadakan sebagai bentuk pengakuan bahwa santri ada dan santri berpengaruh dalam membela Negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan  peringatan  Hari santri juga sebagai tempat berkumpul sesama santri.
Peringatan Hari Santri semua kegiatan kembali kepada santri, tidak terfokus pada figur tertentu. Dalam arti, hari santri akan hilang tetapi hanya figur tertentu yang akan menjadi sesuatu yang harus ada dalam kegiatan. Jadi Hari Santri diharapkan benar-benar hari santri. Semoga peringatan hari santri juga menjadi pendorong agar masyarakat yang mempunyai anak untuk dapat menyantri, Harapan Kiai Muhlis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H