Mohon tunggu...
didik arsa
didik arsa Mohon Tunggu... -

seorang animator dan suka bola

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Risiko Besar Pembiaran "Fake News" atau Hoaks

6 Juni 2018   14:15 Diperbarui: 6 Juni 2018   17:50 1951
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mencermati informasi yang berasal dari boardcast, link share via sosmedia macem FB, WAG, Twitter, Telegram dan sebagainya, sungguh luar biasa liarnya. Berita yang dishare dalam jumlah ribuan bahkan jutaan serta dengan kecepatan yang gila-gilaan. Dan news fake yang bombastis paling disukai oleh masyarakat sosial media.

Kaedah2 pemberitaan yang harusnya berimbang, teliti dan independen, saat sungguh diingkari. Berita-berita fake menemukan momentumnya, digemari bahkan mungkin dicandui oleh masyarakat umum.

Oke, ini adalah proses pendewasaan masyarakat dalam menerima dan menyaring beragam news. Oke ini adalah problem literasi terutama bagi bangsa ini. Oke bahwa ini hanyalah soal waktu saja, semua akan menemukan titip jenuhnya. Namun news fake sanggup menciptakan sejarah. Anda tidak percaya?

Awal September 1939, Adolf Hitler mengabarkan kepada parlemen Jerman bahwa militer Polandia telah "menembaki tentara Jerman pada pukul 05:45." Ia lalu bersumpah akan membalas dendam. Kebohongan yang memicu Perang Dunia II itu terungkap setelah ketahuan tentara Jerman sendiri yang membunuh pasukan perbatasan Polandia. Karena sejak 1938 Jerman sudah mempersiapkan pendudukan terhadap jirannya itu.

Kementerian Pertahanan AS mengabarkan bahwa kapal perang USS Maddox ditembaki kapal Vietnam Utara pada 2 dan 4 Agustus 1964. Insiden di Teluk Tonkin itu mendorong Kongres AS menerbitkan resolusi yang menjadi landasan hukum buat Presiden Lyndon B. Johnson untuk menyerang Vietnam. Tapi tahun 1995 bekas menhan AS, Robert McNamara, mengakui insiden tersebut adalah berita palsu.

Seorang remaja putri Kuwait, Nariyah, bersaksi di depan kongres AS pada 19.10.1990 tentang kebiadaban prajurit Irak yang membunuh puluhan balita. Kesaksian tersebut ikut menyulut Perang Teluk. Belakangan ketahuan Nariyah adalah putri duta besar Kuwait dan kesaksiannya merupakan bagian dari kampanye perusahaan iklan, Hill & Knowlton atas permintaan pemerintah Kuwait.

Pada 5 Februari 2003 Menteri Luar Negeri AS, Colin Powell, mengklaim memiliki bukti kepemilikan senjata pemusnah massal oleh Irak pada sebuah sidang Dewan Keamanan PBB. Meski tak mendapat mandat PBB, Presiden AS George W. Bush, akhirnya tetap menginvasi Irak buat meruntuhkan rejim Saddam Hussein. Hingga kini senjata biologi dan kimia yang diklaim dimiliki Irak tidak pernah ditemukan.

Berita palsu bisa menciptakan sejarah kelam, sejarah perang dan sejarah kehancuran peradaban kemanusiaan. Bahkan jika kita mencermati peristiwa saat Pilpres 2014 saat kandidat Jokowi berhadapan dengan kandidat Prabowo. Hoax atau news fake bahkan berupa media cetak beredar dengan sangat masif selain lewat media online. Bahkan sebagian masyarakat Indonesia masih mempercayai bahwa presiden Jokowi itu adalah seorang PKI, Jokowi keturunan Cina dan sebagainya.

Masyarakat saat ini mau tidak mau harus punya filter atas berita-berita yang beredar. Masyarakat harus mempunyai kesadaran pribadi untuk selalu melakukan croscek setiap berita apapun demi kevalidan berita tersebut.

Isu TKA dari Tiongkok yang menyerbu wilayah-wilayah pekerjaan di Indonesia juga memenuhi ruang2 berita fake. Bahkan akhir2 ini beredar berita bahwa TKA Cina ini dalam rangka pendudukan secara pelan-pelan negeri Indonesia, bahkan disebutkan bahwa inilah kejahatan Jokowi sebagai penguasa rezim untuk menciptakan Cinanisasi di Indonesia.

Warga negara Indonesia asli akan terusir dengan sendirinya. Dan macam-macam, bahkan banyak news fake sudah sangat buruk terkait data maupun argumentasinya. Anda boleh mengabaikan news fake model seperti ini, karena anda sudah paham bagaimana cara memfilter setiap berita, namun bagaimana dengan masyarakat yang lain? Anda abai atas bahaya besar yang mengancam negeri ini gegara sejumlah orang gemar mengkreasi berita bohong ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun