Mohon tunggu...
Munawwaroh Ajhury
Munawwaroh Ajhury Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STAI Salafiyah Bangil

Iqra' bismi Rabbik!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ngaji Alumni Salafiyah Bangil (Al-Sabil) Jember "Upaya Meningkatkan Kapasitas Keilmuan Alumni Pesantren Putri"

11 Agustus 2024   18:02 Diperbarui: 11 Agustus 2024   18:53 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi AL SABIL Jember

Termasuk bentuk kebodohan adalah merasa puas dan cukup dengan kapasitas keilmuan yang ada, terlebih merasa paling ahli di bidangnya. Ilmu harus selalu dkembangkan, dengan terus belajar dan mengajar. Selain kesungguhan diri, seseorang juga butuh motivasi eksternal dari orang-orang terdekat. Maka perlu memberikan support system apapun bentuknya.

Minimnya ilmu dan pengalaman membuat generasi muda kerap kali mengeluhkan segala kesulitan dalam mencari ilmu. Hal ini perlu mendapat penguatan dari orang tua atau mereka yang bertanggung jawab, bukan malah mengkonfirmasinya sehingga menjadikan mereka generasi lemah yang tak sanggup menghadapi tantangan hidup.  Orang tua harus memotivasi dan menjadi road map bagi kehidupan generasi muda .

Ilmu adalah hal yang layak dan harus diperjuangkan. Berjuang untuk ilmu berarti berjuang untuk keabadian. Ilmu bersifat mulia, abadi dan  mengabadikan kemuliaan para pejuangnya. Kemuliaan karena rupa sifatnya temporer dan akan mengecewakan ketika tidak berimbang dengan ilmu dan kesalehan adab. Jangan surut dalam memperjuangkan ilmu sekalipun lemah secara finansial. Meski awalnya sulit, nyatanya ilmu punya daya tarik tersendiri  dan mampu menjadi maghnet rejeki.

Kisah inspiratif al Maghfurlah  KH Abdur Rohim Rochani Pendiri PPP SALAFIYAH BANGIL yang begitu teguh dalam keilmuan dan pengabdiannya saat menjadi Suriyah NU, memantik semangat pasang keilmuan. Tantangan finansial tidak lantas menjadi alasan untuk tidak mengabdi kepada ilmu. Meski tidak punya kendaraan, beliau rela menumpang dan berdesakan dalam pengabdian di NU, bahkan tak jarang beliau berada di posisi paling pojok. Beliau tidak hanya kuat tapi juga menguatkan, memotivasi dan mendoakan kemudahan perjuangan putra putrinya sebagai generasi yang meneruskan perjuangan dan pengabdian kepada ilmu.

Sebagai Alumni yang sudah tamat belajar di pesantren, tidak boleh merasa puas dengan ilmu yang ada. Manusia pasti memiliki titik kurang dan lemahnya, maka perlu terus menambah dan mengembangkan ilmu dengan mempelajari hal-hal baru sekalipun bersifat lintas disiplin. Mempelajari hal baru berarti berani keluar dari zona nyaman dan siap menghadapi tantangannya, baik intelektual, finansial dan mental. Mempelajari hal baru membuat seseorang memulai dari nol di saat rekan-rekannya sudah memiliki dasar keilmuan yang cukup dan mendukung. Bisa jadi dia menjadi yang paling bodoh sementara dia adalah seorang ahli di bidangnya. Hal ini juga menuntut ketahanan mental dengan mengesampingkan gengsi dan mempertebal kesabaran. Selain itu, belajar hal baru tentu harus rela mengorbankan biaya lebih untuk sampai pada target yang diinginkan, disamping harus rela meninggalkan segala kenyamanan dan privilege.

Kisah motivasi dari Ning Hj Diana saat beliau memilih kuliah jurusan Bahasa Inggris dengan latar belakang  keilmuan pesantren salaf. Tantangan yang dihadapi adalah saat beliau harus memulai dari nol di saat rekan-rekannya sudah jauh di depan di bidang bahasa Inggris. Kultur pesantren yang terus menempa santrinya, mampu membentuk karakter yang kuat untuk menghadapi segala kesulitan dan tantangan diluar, termasuk dalam mengejar segala ketertinggalan hal baru.  Keilmuan sebenarnya bersifat integratif dan saling melengkapi, maka tidak ada alasan untu mendikotomikannya. 

Sebagai alumni pesantren, mengajar sudah menjadi hal yang lumrah dan niscaya. Mengajar juga merupakan upaya peningkatan kapasitas keilmuan. Mengajar harus penuh dengan dedikasi yang dilakukan dengan belajar serius sebelumnya. Mengajar  tidak boleh dilakukan ala kadarnya dan tanpa persiapan matang, sekalipun kepada mereka yang kemampuannya jauh di bawah pengajar  dengan kepasrahan / taslim total. Karena mengajar lebih merupakan sebagai bentuk amanah dan tanggung jawab keilmuan.

Aktif dalam ngaji alumni juga merupakan usaha menambah dan mengembangkan kapasitas keilmuan pesantren. Jangan merasa cukup dan puas apalagi menganggapnya tidak penting, karena merasa pembahasannya pastilah tidak jauh berbeda. Ilmu bukan sekedar informasi pengetahuan, tapi keberkahan mujahadah para ulama' di dalamnya.Dari segala usaha untuk menambah dan mengembangkan ilmu, yang terpenting adalah niatnya, niat tholabul ilmi sebagai perintah wajib personal yang disabdakan Nabi.

Catatan penting dan perlu digarisbawahi dalam semangat mengembangkan kapasitas keilmuan adalah kewajiban birrul walidayn. Lakukan sebaik-baik bakti kepada orang tua selaku wasilah utama atas wujud diri dan eksistensi keilmuan yang dimiliki.

Disarikan dari keterangan Ning Hj. Diana dalam Ngaji Kitab Manhajus-Sawi Alumni Salafiyah Bangil (AL SABIL) Jember di PP Tanwirul Ulum Semboro Jember , Ahad 11 Agustus 2024. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun