Mohon tunggu...
Munawir Jumaidi Syadsali
Munawir Jumaidi Syadsali Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Dinas Tanaman Pangan, Hortikulturan dan Peternakan

Tertarik dengan Spiritualitas dan Pengembangan Diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rasa Senang dan Ilusi Dunia

18 Juli 2024   08:48 Diperbarui: 18 Juli 2024   08:57 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Mengapa Banyak ajaran yang mengatakan Dunia ini ilusi Kek?" Tanyaku ke Kakek tamparang saat menemaninya minum Kopi sore ini.

"Karena yang nyata itu adalah apa yang terasa di dirimu" kata kakek datar kemudian menyeruput lagi kopinya.

"Maksud Kakek?" Cepat ku cecar karena rasa penasaran atas jawaban kakek yg nanggung.

"Contohnya begini, Seorang Pengusaha MERASA SENANG karena Mendapatkan untung bermiliar miliar dan ditempat lain Seorang Ayah MERASA SENANG dapat bantuan dana gratis dari saudaranya untuk membiayai sekolah anaknya yang keterima di perguruan tinggi, ditempat lain lagi seorang istri MERASA SENANG ketika bertemu Suaminya yang pulang dari berlayar, ditempat lain lagi seorang Anak MERASA SENANG ketika memperoleh mainan baru dari orang tuanya !" Kakek tamparang berhenti sejenak menyeruput lagi kopi hitamnya.

"Semua mereka MERASA SENANG... dengan alasan yang berbeda, RASA SENANGNYA Hakikatnya sama saja, alasannya saja yang berbeda... Maka Alasan dari Rasa Senang itu yang adalah bagian dari dunia disebut ILUSI, sedang RASA SENANG yang terasa didirimu itu yang NYATA." Kakek tamparang berheti lagi kemudian menatap mataku dalam dengan tersenyum.

"Ingat pesan kakek ini Nak, Jangan tertipu oleh ILUSI dengan membuat bermacam macam syarat untuk Rasa Senangmu... Sederhanakan Rasa Senang mu, Semakin sederhana engkau akan semakin penuh Syukur. Dan manusia yang paling beruntung adalah Mereka yang Rasa Apapun yang ada di dirinya hadir tanpa Alasan dan Syarat lagi... 

Tapi ini tidak mudah, semoga Kehidupan membimbingmu untuk dapat Mengalaminya. Tetaplah Tulus Ikhlas Menerima apapun yang dihadirkan oleh kehidupan untuk melampaui Rasa yang ada di dirimu" Kakek mengakhiri nasehatnya dengan mengelus pundakku.

Setelah itu lama saya dan Kakek terdiam dan membersamai Keheningan yang hadir menemani sore kami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun