Menjelang puasa dan nanti lebaran seperti biasa di negeri kita muncul “polemik” mengenai penetuan awal dan akhir bulan Ramadhan karena perbedaan metode penentuan. Dan kita tahu ini sudah berlangsung sejak dahulu.
Saya tidak membahas mengenai metode penentuan secara hisab atau rukyah nya karena saya tidak punya keahlian di sana.
Hanya yg mengusik saya adalah jika muncul wacana seperti ini : “Kenapa sih, kok kita enggak sama dengan Mekkah? Mekkah puasanya hari ini, kenapa kita besok?” seperti itu.
Kenapa saya terusik? Karena dari wacana itu pertanyaan yang timbul dari benak saya adalah :
“Siapa yg menentukan bahwa hari dan tanggal antara di Mekkah dan di Indonesia adalah sama?” “Siapa yang bilang bahwa kita lima jam lebih dulu pagi daripada Mekkah? ”
“Adakah ayat Qur’an dan hadists yg ditafsirkan untuk menjadi landasan fiqih mengenai masalah perbedaan hari, tanggal dan jam antara Mekkah dan tempat-tempat lain di dunia ini?”
Soalnya dari pengetahuan dasar yangsaya miliki, secara sederhana, samanya hari dan tanggal antara Indonesia dan Arab Saudi dan Indonesia lima jam lebih dulu dibandingkan dengan Arab Saudi itu karena adanya dengan apa yang disebut Meridian Nol dan Batas Penanggalan Internasional.
Kita tahu, bumi kita bulat dan dibagi menjadi menjadi 360 derajat garis meridian dengan patokan meridian nol nya adalah dari garis meridian yang ditarik melewati observatorium Greenwich di dekat London. Sebagai opositenya maka garis yang selurusan dengan merdian nol adalah merdian 180 derajat. Meridian 180 derajat ini “kebetulan” melewatisebagian besar Samudera Pasifik dan Laut Bering serta Laut Arctic. Dan meridian 180 derajat ini lah yang kemudian ditetapkan sebagai Batas Penanggalan Internasional (International Date Line/IDL).
[caption id="" align="alignnone" width="325" caption="Garis berliku-liku di ujung kanan menandakan Batas penanggalan internasional"][/caption]
Dengan adanya IDL ini terdapat perbedaan hari dan tanggal antara wilayah di sebelah kiri IDL dengan wilayah sebelah kanan IDL, dengan ketentuan wilayah sebelah kiri IDL hari dan tanggalnya lebih dahulu di muka. Perbedaan hari dan tanggal ini berlaku selama wilayah kanan IDL belum memasuki pukul 24.00 atau 00.00 waktu setempat.
Itulah kenapa saat tahun baru kita menonton berita siaran langsung perayaan tahun baru di New York pada 1 Januari malam hari, karena ketika kita sudah memasuki 1 Januari yang baru, di Amerika masih berada di tanggal 31 Desember.
Berdasar itu pula maka dengan Mekkah berdasarkan IDL tentu kita lebih mendahului waktunya, sehingga jika disebutkan kita berada pada hari dan tanggal yang sama untuk waktu setelah Mekkah melewati tengah malam memang benar.
Tetapi yang mengusik ya itu tadi, yang menetapkan bahwa meridian nol derajat harus lewat Greenwich sehingga IDL berada di sepanjang tengan Samudera Pasifik itu siapa? Apakah Qur’an dan Hadits menyebutkan?
Ternyata meridian nol melewati Greenwich dan IDL itu adalah hasil kesepakatan para ahli astronomi barat pada tahun 1884. IDL sendiri mengalami beberapa kali perubahan berkaitan dengan pergeseran garis di atas wilayah-wilayah kepulauan di Pasifik.
Sekarang kan begini, misanya waktu disepakati meridian nolnya adalah melewati India misalnya, maka artinya pada saat di Mekkah hari Kamis memasuki waktu maghrib, berarti di Indonesia masih berada di Hari Rabu kira2 pukul 11 malam kan, karena kita berada lebih di belakang daripada Mekkah. Jadi ketika Mekkah memulai puasa hari Jumat di keesokan harinya dan kita memulai puasa dua hari kemudian, maka sesungguhnya kita sama-sama puasa di hari Jum’at kan?
Begitulah.
Intinya adalah, menurut saya, janganlah menjadi suatu patokan mutlak bahwa jika Mekkah memasuki Ramadhan hari Jumat berarti kita seharusnya juga hari Jumat karena kita lebih dulu waktunya. Karena samanya hari antara Indonesia dengan Arab dan lebih dulunya waktu di Indonesia dibandingkan dengan Arab adalah hasil kesepakatan para ahli astronomi barat mengenai Meridian Nol dan IDL. Jika ada ayat Qur’an atau Hadits yang memang juga menetapkan hal yang sama dengan kesepakatan tentang IDL itu mohon ada yang bisa menguraikan dan memberikan pencerahan buat saya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H