Kekayaan wisata tanah Sumatera Utara memang banyak dan beragam. Di tanah Batak banyak tempat yang diawali dengan huruf "Si". Dan akhir pekan kemarin kita mendatangi 3 diantaranya. Apa aja itu, ikuti saja petualangan kita.. Berangkat dari Binjai, rumah kita,  pagi-pagi, kabut yang cukup tebal menghadang saat menuju Medan. Kabut itu menipis dan menghilang saat melewati Kota Medan yang masih menggeliat dari bangun tidurnya di hari libur itu. Karena tadi tidak sempat sarapan, maka lapangan bola di komplek perkebunan PTPN gerbang Kota Tebing Tinggi jadi tempat menggelar bekal sarapan pagi dan mengenyangkan diri. Menjelang tengah siang, kita pun sampai di "Si" yang pertama, yaitu Kota Siantar, atau Pematang Siantar. Meski sudah beberapa kali mengunjungi kota pintu gerbang ke Danau Toba ini, kali ini tujuan kunjungan kita adalah menengok teman yang baru sembuh dari sakit karena kecelakaan yang menimpanya. Dan siang harinya ditraktir makan masakan jawa di Rumah Makan Madukoro, yang ternyata cabang dari yang ada di Binjai. Yah, jadi serasa masih di Binjai saja nih..haha.. Kenyang makan siang dan suguhan pempek ala Siantar, lanjut lah kita ke "Si" yang kedua yaitu Sidamanik. Sidamanik berjarak sekitar 16 km dari Siantar dan merupakan jalur alternatif ke tepian Danau Toba selain jalan utama Siantar-Parapat. Nah, Sidamanik inilah tujuan utamanya. Sidamanik dikenal dengan areal perkebunan tehnya, dan kalo tak salah satu2nya di Sumatera Utara. Ide jalan2 ke sini karena menampung usulan si Krucil yang nggak kesampaian jalan2 ke kebun teh saat mudik lebaran kemaren di rumah simbahnya di jawa. Jalan menuju Sidamanik kecil dan kurang bagus. Bahkan di Kota Kecamatan Sidamanik, jalannya rusak cukup parah. Kita berhenti di persimpangan kebun Bah Butong, 2 km setelah kota Sidamanik. Si Krucil senang banget keinginannya kesampaian. Sibuk kesana-kemari di sela-sela pohon2 teh yang berjajar rapi. Dia nampak sumringah  menikmati keindahan pemandangan dan kesegaran udara di sana. Keindahan pemandangan kebuh teh di sana masih belum dirusak oleh para pedagang kami lima yg biasanya membuat jorok tempat2 wisata. Makanya kita sampai tidak kepikiran mencari oleh2 selain foto2 saja. Tapi secara kebetulan ada bapak2 bermotor yg mendatangi kita dan menawarkan teh hitam/Teh Peko, yang katanya asli Sidamanik. Selain tawar menawar, kita juga dijelaskan pucuk daun teh mana saja yg dipetik dan jenis2nya. Maka oleh2 teh pun sudah kita peroleh. Menjelang sore perjalanan lanjut lagi. Kali ini sebelum gelap senja kita mengejar "Si" yang ketiga, yaitu Sipiso-piso, sebuah air terjun eksotis di pinggir Danau Toba. Di tengah perjalanan yg berjarak 40an km dari Sidamanik ke Sipiso-piso, kita terpaksa berhenti sejenak karena tak tahan untuk tidak menikmati pemandangan Danau Toba di Simarjarunjung. So, baru sesaat menjelang adzan maghrib, kamipun baru sampai di Sipiso-piso. Kebanyakan pengunjung sudah mulai meninggalkan lokasi wisata ketika kita datang. Dari kejauhan keindahan Sipiso-piso masih terlihat luar biasa di cahaya senja hari yang semakin lama semakin kelam. Maka sessi foto2 terpaksa dilakukan marathon. Apalagi ditambah angin kencang yang sangat dingin menggigilkan tulang. Malampun turun dan kita pun pulang melalui jalur Kabanjahe-Berastagi-Medan. Sempat juga singgah di Masjid Raya Kabanjahe untuk sholat. Hujan deras menyambut ketika sampai Binjai menjelang tengah malam. ------------------------
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H