Mohon tunggu...
aris Munandar INSIDE
aris Munandar INSIDE Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, bekerja di lembaga riset, hobi menulis. Ada beberapa buku, diantaranya “caturwindu Kemenangan Perjuangan Trikora” pada 1995; “Wajah Jakarta”; dan lagi proses penyelesaian buku “62 Tahun Wajah HMI: Mengabdi Bagi Umat dan Bangsa”. Bersama Muhammad Syarif Ali Maulana, menggagas metoda teknis penyelesaian lumpur Lapindo. Caranya dgn buat waduk di pusat semburan. Sudah empat kali presentasi di hadapan para pakar dan tim ahli pemerintah. Pemaparan di Bapel-BPLS, di Sby 3 Oktober 2007; Dihadapan 13 ahli geologi di Badan Diklat Geologi, di Jkt 30 November 2007; Dgn top manajemen PT Lapindo Inc, di Jkt 6 Februari 2008; terakhir di Kantor Wakil Presiden Jusuf Kala. Namun, kebijakan Presiden RI tetap akan mengalirkan lumpur Porong ke laut.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Berdialog dengan BK

14 Maret 2010   09:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:26 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu udara sejuk di sekitar Istana Batu Tulis, Bogor yang asri dan apik. Warga sekitar kini melihat ada tulisan Wisma Hing Puri Bimasakti di istana itu. Acapkali dipergunakan oleh keluarga Bung Karno untuk acara keluarga. Seperti syukuranMegawati Soekarnoputri ke-62 pada bulan Janurai 2008 lalu. Belum lama ini pada saat Pilpres, pasangan Mega-Pro melakukan konsolidasi di sini.

Menurut Bambang Kesowo, mantan Mensekneg kabinet Gotong Royong, pada tahun 2000, dengan keputusan Presiden, oleh Presiden Abdurahman Wahid telah diserahkan kembali kepemilikannya kepada keluarga Bung Karno.

Seterusnya Bambang Kesowo menguraikan bahwa, keputusan Presiden tersebut diserahkan kepada Megawati yang pada waktu itu menjabat sebagai Wakil Presiden, selaku wakil keluarga. Hingga saat ini wisma Bima Sakti dipelihara dengan baik oleh keluarga Bung Karno dan selalu dijadikan tempat pertemuan seluruh keluarga Bung Karno. Jadi memang sejak awal, sesuai data dan sejarahnya, tanah di desa Batu Tulis ini telah dimiliki oleh Bung Karno secara pribadi. Wisma Hing Puri Bimasakti ini luasnya sekitar 3 hektar, dihiasi foto-foto dan lukisan Bung Karno dengan beberapa tokoh dan kalangan dari berbagai negara. Kelak kemudian, di saat-saat yang diperlukan untuk menuliskan pidato maupun ide tulisan lain khasnya, Bung Karno menginap di wisma Bimasakti ini, dan kala lainnya, Bung Karno akan berkunjung ke Istana Cipanas.

Ya, Siapa di dunia yang tidak mengenal Bung Karno yang namanya sekelas presiden Tito dari Yugoslavia, presiden Anwar Sadat atau Gamal Abdel Nasser dari Mesir, Ayub Khan dari Pakistan, Jawarhal Nehru Perdana Menteri India. Bukankah Konferensi Tingkat Tingi pertama negara Asia-Afrika dislenggarakan di Bandung pada 18-24 April 1955, Ada 29 negara di kedua kawasan itu yang hadir mewakili lebih dari setengan jumlah penduduk dunia. Hasil lanjutan KTT AA itu adalah terbentuknya Gerakan Non Blok pada 1961.

Di Istana Batu Tulis ini atau di wisma Bimasakti, sebagai salah satu tempat favorit BK membuat pidato dan menuangkan gagasan besar lainnya dalam tulisan. Kebiasaan BK pada setiap hari-hari nasional, khususnya pada setiap tanggal 17 Agutus, selalu menyampaikan gagasan besarnya kepada seluruh rakyat Indonesia. Saya membayangkan gaya pidato BK yang sangat memikat hati rakyatnya. Intonasi suara yg khas, ritme yang terjaga, tutur bahasa Indonesia yg menggelegar menggelorakan semangat nasionalisme Indonesia baru.

Sungguh saya kaget. Benar-benar kaget ada suara berat dengan suara khas yang sedang asyik saya lamuni.! Ya suara Bung Karno ada di belakang saya. Saya terhenyak secara reflek saya membalik badan. “Subhanallah…”

“Apa yang kamu lamunkan, saudara Aris,”

Terbata-bata saya jawab, “Sedang menikmati romantisme sejarah bapak. Wisma ini, istana ini adalah bagian dari mozaik sejarah perjalanan bangsa..”

Bapak bangsa diam dan hening. Suasana di sekitar menjadi syahdu.

Saya coba memberanikan diri memaanfatkan peristiwa bersejarah itu yang tak mungkin datang dua kali. “Menurut bapak, bagaimana keadaan Indonesia kini?” Tak ada jawaban

“Rakyat Indonesia adalah sumber kekuatan bapak. Mereka sumber inspirasi bapak, sehingga bapakmemberikan julukan marhaen. Bagaimana keadaan mereka saat ini?” Tak ada jawaban yang terucap.

The founding father diam dan hening. Hanya kepiluan yang menerpa hati saya, entah kenapa.

Aneh, justru penggalan-penggalan sejarah Putera Sang Fajar membentuk visualisasi pada fikiranku. Jelas, bahkan sangat jelas. Bagaimana beliau berani menolak presiden Amerikakala itu yang ingin mengeksplorasi kekayaan alam Irian Barat (Papua). BK memberikan komando RI keluar dari PBB pada 20 Januari 1965 dan mencoba membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai alternatif.Sebagai tandingan Olimpiade, presiden Soekarno bahkan menyelenggarakan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan diSenayan,Jakartapada10-22 November1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta diliput sekitar 500 wartawan asing.

Beliau memutuskan hubungan dengan IMF yg sudah dua belas tahun berhubungan dgn RI namun tidak memberikan keuntungan apa pun.

Aneh, saya dapat menangkap darah yang bergelegak keinginannya yg teramat sangat, agar rakyat Indonesia terbebas dari kemelaratan dan kebodohan. Agar Indonesia punya kedaulatan ekonomi, agar tercipta pembangunan yg se-besar2nya untuk kesejahteraan rakyat.

“Bagaimana caranya untuk mewujudkan cita-cita bapak?. Apakah dgn menggantikan pemerintahan SBY dengan kepemimpinan yang lebih revolusioner?”

BK cepat menyela, “Jangan terus gontok2an! Jangan menjatuhkan pemerintahan sah yang lagi berkuasa! Beri kesempatan sampai usai masa pemerintahannya.” Bila kalian ribut terus, berkelahi terus, saling menjatuhkan terus..ini sangat berbahaya bagi kedaulatan bangsa dan negara..

Ada suara di telingaku. Intonasi suara yg khas dan ritme yang terjaga.

..Sehebat apa pun pertikaian kalian, jangan sampai negeri ini pecah berantakan. Sekali pun langit akan runtuh, kalian harus tegak bersatu di atas bumi pertiwi. Sepahit apa pun penderitaan kalian di dunia ini wahai rakyatku semua, harapan itu selalu ada. Wahai para pemimpin bangsa, jangan kamu melenceng dari cita-cita mulia. Laksanakan amanat penderitaan rakyat. Dan ingatlah, kepemimpinan mu itu adalah amanah yang akan dipertanggung-jawabkan di hadapan Tuhan..

Setelah suara itu hilang, yang terdengar hanyalah gemericik air bening yang mengalir ke arah sungai. Suara hembusan angin sepoi-sepoi yang menerpa dedaunan di puncak pohon dan rimbunan bambu yang menghiasai alam sekitar.

Ada keheningan yang damai menyelimuti diriku. Istana Batu Tulis menjadi saksi. Dadaku lapang, fikiran pun tenang. Syukurlah, harapan itu masih ada ttg Indonesia yang kita cita-citakan bersama.. (dari berbagai sumber)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun