Ziarah makam keramat Empang Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas adalah suatu warisan leluhur yang diturunkan secara turun temurun. Ziarah makam Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas biasanya disebut dengan ziarah makam terhadap nenek moyang.Â
Sejak zaman dahulu masyarakat kampung Empang mempercayai keberadaan leluhur mereka dan menganggap Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas sebagai orang yang mulia yang dekat dengan sang Pencipta, atau bisa di katakana sebagai leluhur di kampung mereka. Banyak peziarah makam yang tidak hanya berasal dari masyarakat daerah saja melainkan ada juga peziarah makam dari luar daerah.Â
Kondisi inilah yang membuat peneliti tertarik melakukan sebuah studi tindakan sosial dan Motivasi terhadap fenomena ziarah pada makam Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas, dikarenakan sampai pada saat ini tradisi ziarah makam Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas masih tetap dijalankan oleh masyarakat peziarah, baik oleh masyarakat daerah maupun luar daerah. Dalam penelitian ini, peneliti lebih menekankan pada tindakan sosial yang berupa bentuk perilaku dan bentuk motivasi yang dilakukan oleh peziarah.
Perilaku ziarah pada makam salah satu keramat wali merupakan suatu aktifitas yang menjadi kebiasaan bagi sebagian masyarakat, karena tidak semua peziarah datang hanya sebagai bentuk penghargaan atas jasa wali tersebut. Berbagai macam niat yang melatarbelakangi ziarah makam muncul berdasarkan tindakan dan motivasi mereka terhadap makam wali tersebut. Banyak tindakan para peziarah selama berada di makam dapat dianalisis ke dalam teori tindakan Weber juga teori motivasi dari Abraham Maslow
1. Perilaku Masyarakat Ziarah ke Makam Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas dalam Teori Tindakan Max Weber
Tindakan Weber terbagi menjadi empat kategori yakni rasionalitas, berorientasi pada nilai, tradisional dan afektif. Ziarah secara umum maka dapat dikategorikan ke dalam tindakan tradisional. Bahwa tindakan melalui ritual ziarah oleh peziarah didasarkan pada kebiasaan yang muncul dan sudah biasa dilakukan dari generasi ke generasi atau yang dilakukan secara turun temurun.Â
Seseorang yang melakukan ritual ziarah akan membenarkan atau menjelaskan bahwa tindakan melakukan ziarah itu selalu dilakukan dengan cara yang sama dan perilaku yang demikian merupakan suatu kebiasaan baginya. Biasanya kebiasaan-kebiasaan tersebut akan didukung oleh kelompok masyarakat lainnya untuk melestarikan suatu tradisi, yaitu tradisi yang sudah lama ada dalam masyarakat.Â
Hal ini disebabkan karena sejak jaman Rasulullah, tindakan mendatangi makam untuk berziarah telah banyak dilakukan. Walaupun ziarah pada zaman dulu dilarang, tetapi masih banyak masyarakat yang melakukan ziarah. Pada masa modern seperti saat ini tradisi ziarah masih banyak dilakukan oleh masyarakat dan banyak mempercayai bahwa makam atau kuburan adalah tempat yang dikeramatkan oleh banyak masyarakat, terlebih lagi jika makam tersebut adalah makam dari seorang waliyullah, yaitu makam orang-orang shaleh.
Banyak dari mereka yang datang dalam ritual yang datang dari luar daerah seperti yang dijelaskan dalam wawancara tersebut. Masyarakat yang datang mempunyai hajat agar senantiasa diberikan keberkahan dan dapat dijauhkan dari hal-hal yang tidak baik, kemudian sesorang dalam bertindak, tidak sekedar berperilaku sesuai alur. Akan tetapi, orang bertindak didasari oleh motivasi yang membuat sesorang bergerak.
Setiap manusia atau individu dalam melakukan sesuatu biasanya muncul karena adanya suatu dorongan yang menyebabkan seseorang ingin dan bersedia untuk melakukan suatu hal. Demikian juga dengan para peziarah yang datang ke Makam Keramat Empang, yakni makam Habib Abdullah Bin Mukhsin Al-Attas, tidak akan pernah terlepas dari adanya suatu dorongan atau motivasi dalam melakukan ziarah kubur.
Banyak tindakan peziarah selama berada di makam dapat dianalisis ke dalam teori tindakan Weber. Tindakan Weber terbagi menjadi empat kategori yakni rasionalitas, berorientasi pada nilai, tradisional dan afektif. Ziarah secara umum maka dapat dikategorikan ke dalam tindakan tradisional. Bahwa tindakan melalui ritual ziarah oleh peziarah didasarkan pada kebiasaan yang muncul dan sudah biasa dilakukan dari generasi ke generasi atau yang dilakukan secara turun temurun.Â