Mohon tunggu...
muna_ wrsh
muna_ wrsh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa- wiraswasta

My hobby is cooking

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meminimalisir Sikap Hubbuddunya melalui Puasa bagi Siswa SD

8 November 2024   23:44 Diperbarui: 9 November 2024   04:25 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Oleh: Yulvia Mardlatillah

Hubbud dunya atau cinta dunia yang berlebihan adalah sikap yang dapat mengganggu perkembangan karakter siswa. Sikap ini sering kali tercermin dalam perilaku materialistik, ketergantungan pada barang-barang duniawi, dan kurangnya perhatian terhadap nilai-nilai spiritual serta moral. Godaan dunia yang semakin kuat saat ini, penting sekali untuk menemukan cara efektif dalam mengatasi sikap ini, terutama pada siswa sekolah dasar yang sedang dalam masa pembentukan karakter.

Pendidikan karakter harus mulai dibentuk sejak dini pada siswa sekolah dasar melalui nilai-nilai keagamaan. Ini merupakan bagian dari upaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan siswa dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat, guna mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Tujuan pendidikan nasional juga mencakup pengembangan potensi peserta didik agar menjadi individu yang beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. (UU Sisdiknas, 2003).


Pendidikan karakter di sekolah harus selaras dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Penyelenggaraan pendidikan di setiap jenjang harus dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini berkaitan dengan pembentukan karakter siswa agar mereka dapat bersaing, beretika, bermoral, sopan santun, dan mampu berinteraksi dengan masyarakat.  

Harvard University, salah satu universitas terkemuka di Amerika Serikat, menyatakan bahwa kesuksesan seseorang tidak hanya ditentukan oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skills), tetapi lebih banyak oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skills). Bahkan, orang-orang yang paling sukses di dunia mencapai keberhasilannya lebih banyak karena didukung oleh soft skills dibandingkan hard skills. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan mutu pendidikan karakter peserta didik sangatlah penting (Suroto 2022).

Salah satu cara yang efektif dalam pembentukan karakter adalah melalui pelaksanaan puasa. Puasa adalah ibadah yang melibatkan penahanan diri dari makan, minum, dan perbuatan yang membatalkan puasa dari dahaga, puasa mengajarkan nilai-nilai penting seperti kedisiplinan, pengendalian diri, dan ketahanan. Nabi Muhammad SAW bersabda, "Puasa adalah perisai dari perbuatan dosa" (HR. Bukhari dan Muslim).

Puasa mengajarkan anak untuk menahan diri dari keinginan duniawi dan mengembangkan empati terhadap sesama. Saat berpuasa seseorang tengah mengasah batinnya menuju ketajaman yang sejati. Sehingga muncul kepedulian dan empati kepada orang yang kurang mampu dan tidak berdaya (Nafis 2015). Apabila siswa menjalankan puasa, mereka belajar mengendalikan diri dan keinginan, serta menahan egoisme. Puasa mengajarkan mereka untuk lebih menghargai apa yang dimiliki dan meningkatkan empati terhadap orang lain.

Selain dapat mengendalikan keinginan dan nafsu duniawi, puasa juga mengajarkan siswa kesabaran. Siswa yang berpuasa dilatih untuk menahan diri dari godaan makanan dan minuman serta perilaku negatif lainnya. Ini membantu siswa memahami pentingnya pengendalian diri dan menahan godaan materialistik. Siswa juga harus menunggu hingga waktu berbuka untuk makan dan minum. Kesabaran ini dapat diterapkan dalam aspek kehidupan lainnya, seperti dalam belajar dan berinteraksi dengan teman sebaya.

Puasa juga berfungsi untuk meningkatkan kesadaran spiritual siswa. Jika siswa menahan diri dari keinginan duniawi, siswa diajarkan untuk lebih fokus pada ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Aktivitas seperti shalat tarawih, membaca Al-Qur'an dan berdzikir selama bulan Ramadan memperkuat nilai-nilai spiritual dan membantu siswa memahami bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya berasal dari hal-hal duniawi.

Selain itu, puasa juga dapat mengurangi perilaku konsumtif pada siswa. Anak-anak yang terpapar budaya konsumtif cenderung mengembangkan sikap hubbud dunya. Puasa dapat menjadi cara efektif untuk mengurangi perilaku konsumtif tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun