Mohon tunggu...
Muna
Muna Mohon Tunggu... Freelancer - Siswa MAN 1 Lamongan

Hobi saya menulis dan membaca. Saya gemar membaca komik dan novel horor.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pertukaran Pelajar Virtual Menghubungkan Siswa MAN 1 Lamongan dengan Siswa Jepang dan Filipina Mewujudkan SDGs melalui Zoom

9 September 2024   08:33 Diperbarui: 9 September 2024   17:12 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1. Kegiatan zoom/pribadi

Pernyataan umum:

Pertukaran pelajar adalah program pendidikan yang memungkinkan untuk siswa belajar dan memahami budaya serta sistem pendidikan negara lain. Selain itu memperluas wawasan dan menambah pengalaman, program ini juga bertujuan untuk meningkatkan minat juga kesadaran siswa terhadap isu-isu global, termasuk Sustainable Development Goals (SDGs). Meskipun pertukaran pelajar konvensional biasanya melibatkan kunjungan langsung ke negara tujuan, tetapi teknologi saat ini telah memfasilitasi konsep pertukaran pelajar yang terbarukan sehingga tidak memerlukan perjalanan fisik. Pertukaran pelajar virtual dilakukan melalui platform zoom, yang memungkinkan siswa dari berbagai negara tetap bisa belajar bersama dan bertukar pikiran tentang topik penting. 

Contoh sukses dari program pertukaran pejalar virtual ini seperti kerjasama antara MAN 1 Lamongan Indonesia, Akifuchu Senior High School Jepang, dan Immaculate Conception School of Baliuag. Melalui sesi zoom, siswa dari ketiga sekolah ini berkolaborasi untuk mendiskusikan berbagai isu global, termasuk upaya pencapaian dan pengaplikasian SDGs. 

Isi/Deretan penjelasan: 

Salah satu fokus tujuan utama dari program ini adalah membahas Sustainable Development Goals (SDGs). SDGs ini meliputi 17 tujuan global yang telah mencakup berbagai isu penting, seperti pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, perubahan iklim, dan pengentasan kemiskinan. Dalam sesi zoom ini, siswa dari ketiga sekolah dibagi menjadi grup kecil terlebih dahulu, kemudian dibentuk 8 tim yang per tim nya berisi 1 grup kecil dari masing-masing sekolah. Setiap tim melakukan diskusi mengenai SDGs yang paling relevan dengan situasi dari ketiga negara. Seperti hal nya tim 1 membahas bagaimana upaya Indonesia, Filipina, dan Jepang dalam mencapai SDGs 4 yaitu pendidikan berkualitas, serta tantangan yang dihadapi dalam meningkatnya akses pendidikan dari ketiga negara. 

Sementara itu, tim 2 berdiskusi mengenai SDGs 12 yaitu Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab. Yang membahas bagaimana upaya ketiga negara dalam mempromosikan ekonomi sirkular dan mengurangi limbah plastik. Mereka juga berbagi tentang kebijakan dari ketiga negara dalam mendukung pertanian yang berkelanjutan dan teknologi ramah lingkungan. 

Melalui interaksi dengan siswa dari negara lain, mereka mendapatkan perspektif baru tentang bagaimana tantangan global seperti kemiskinan, pendidikan, dan perubahan iklim mempengaruhi berbagai negara dengan cara yang berbeda. Pada salah satu sesi zoom bahkan melibatkan siswa untuk berbagi pengalaman dan budaya dari ketiga negara. Seperti adanya sesi presentasi mengenai alat musik tradisional dan kisah Sadako Sasaki dari jepang. Program ini dilaksanakan dari September hingga Februari yang menjadi puncak pertukaran pelajar ini. Pada Februari diadakan Global Youth Summit yang mana setiap tim akan mempresentasikan hasil diskusi mereka selama 5 bulan mengenai problem tree analysis SDGs. 

Diskusi seperti ini memberikan siswa wawasan tentang tantangan global dan langkah-langkah yang tepat untuk mencapainya, serta bagaimana kolaborasi internasional seperti ini dapat mempercepat proses tercapainya SDGs. Pengalaman ini tidak hanya membantu siswa memahami SDGs dengan lebih baik, tetapi juga memotivasi mereka untuk berkontribusi pada tujuan global ini di masa depan.

Kesimpulan:

Pertukaran pelajar virtual antara MAN 1 Lamongan, Akifuchu Senior High School, dan Immaculate Conception School of Baliuag telah membuktikan bahwa teknologi seperti Zoom dapat menghubungkan siswa dari berbagai negara untuk berkolaborasi dalam memahami dan mendukung SDGs. Meskipun tanpa pertemuan fisik, interaksi virtual ini tetap memberikan dampak besar dalam memperkaya wawasan, meningkatkan kesadaran global, dan mendorong siswa untuk menjadi agen perubahan dalam mencapau SDGs di masa depan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun